Jatim

Masyarakat Durenan Trenggalek Rawat Tradisi Kupatan hingga 2 Abad Lebih

Jum, 19 April 2024 | 08:00 WIB

Masyarakat Durenan Trenggalek Rawat Tradisi Kupatan hingga 2 Abad Lebih

Tumpeng ketupat di Durenan, Trenggalek. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online

Tradisi turun-temurun Kupatan di Desa/Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur  tetap dipertahankan sampai sekarang. Sudah lebih dari 2 abad tradisi kupatan sebagai ajang silaturahim penanda setelah puasa 6 hari di bulan Syawal.


Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan, Trenggalek, KH Abdul Fattah Mu'in mengatakan, tradisi kupatan di Durenan tetap dijaga dan sekarang sudah meluas. Berbeda dengan wilayah lain yang banyak mengadakan hiburan sebagai acara utama.


"Sudah 200 tahun lebih tradisi kupatan ini, kalau sini pembeda dengan lainnya yakni niatnya silaturahim yang tidak bisa ditiru," ujar Kiai Abdul Fattah, Rabu (17/4/2024) dilansir NU Online Jatim.


Pihaknya menerangkan, di daerah lain tidak sedikit yang mengadakan kupatan, mungkin ada iuran sebagai dana diperuntukkan hiburan. Ketika tidak ada acara, maka masyarakat tidak berkunjung silaturahim.


Menurutnya, kupatan di sini diperingati lebih dari 200 tahun yang lalu. Mulai zaman kakeknya, dahulu cuma satu rumah dan merembet 3 rumah dari keluarga pondok. Hingga akhirnya, seperti sekarang ini sudah meluas ke berbagai desa se-Kecamatan Durenan, bahkan Trenggalek.


Selain itu, masyarakat sudah mengetahui jika selama hari raya pertama sampai keenam tidak ada yang silaturahim. Pasalnya, sudah mafhum adanya menerima tamu sewaktu hari raya ketupat h+7.

 

"Masyarakat kalau belum kupatan kemari umumnya sungkan silaturahim. Karena umumnya keluarga di sini puasa semuanya," jelasnya.


Kiai Fattah menerangkan, dalil puasa 6 hari Syawal yaitu barang siapa yang berpuasa Ramadhan diteruskan dengan 6 hari bulan Syawal akan mendapat pahala sebagaimana orang puasa selama satu tahun.


"Amalnya orang Islam itu dilipatkan 10 kali. Kalau 1 bulan sama dengan 10 bulan kalau yang 6 hari berarti 60 hari," paparnya.


NU Online Jatim melaporkan, arak-arakan ketupat lanang (laki-laki) dan wadon (perempuan) mulai start di Pondok Pesantren Babul Ulum. Usai seremonial sambutan-sambutan, langsung didoakan oleh Kiai Fattah.

 

Tak berselang lama, kedua tumpeng ketupat diarak menuju Lapangan Durenan. Sampai di lapangan menjadi rebutan masyarakat untuk mencari keberkahan.