Khutbah

Khutbah Jumat: Urgensi Ukhuwah Insaniyah di Tengah Kehidupan

Rab, 8 Mei 2024 | 16:15 WIB

Khutbah Jumat: Urgensi Ukhuwah Insaniyah di Tengah Kehidupan

Khutbah Jumat tentang Ukhuwah Insaniyah di tengah kehidupan (freepik).

Ukhuwah merupakan konsepsi dalam Islam yang memiliki arti persaudaraan sebab memiliki suatu kesamaan. Ada beberapa kategori konsepsi ukhuwah yang disebut dalam Islam, yaitu: ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan yang didasarkan atas kebangsaan) dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam).
 

Ketiga konsepsi tersebut pada dasarnya merupakan bentuk dari cara Islam untuk menciptakan kedamaian, kenyamanan dan keterikatan di tengah relung perbedaan yang nampak pada umat manusia. Dengan mengaplikasikannya, diharapkan umat manusia dapat hidup berdampingan, beriringan, saling asih, dan saling membantu satu sama lain tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
 

Kini, umat manusia berada pada zaman di mana kemajuan teknologi yang sangat masif. Akses informasi dan pertukaran data hingga komunikasi dapat dilakukan di manapun dan kapanpun lewat teknologi internet. 
 

Di tengah masifnya arus modernisasi tersebut, kita dapat melihat bagaimana ruang medsos (media sosial) yang bisa dikatakan rumah kedua bagi kebanyakan umat manusia sekarang sedikit banyak merenggut jiwa sosial dan persaudaraan penggunanya baik sebagai saudara sesama muslim, sesama bangsa, maupun sesama manusia.

Khutbah Jumat ini menerangkan di mana posisi kemanusiaan dan bagaimana perannya di tengah kepungan modernisasi dunia yang kian masif.  
 

 

Khutbah I
 

اَلْحَمْدُ ِللهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَكْرَمَنَا بِالدِّيْنِ، وَجَعَلَنَا فِيْهِ إِخْوَةً مُتَحَابِّيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَحْمَةٌ لِلْعَالَمِيْنَ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ أَهْلِ الْأُخُوَّةِ الصَّادِقَة، الْهُدَاةِ الْمُهْتَدِيْنَ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم: يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا 
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Di awal khutbah ini mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, utamanya dengan berupaya menjadikan diri kita sebagai rahmat dan kasih sayang Tuhan di tengah kehidupan manusia.
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah 

Perbedaan dalam segala ruang lingkup kehidupan manusia merupakan keniscayaan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Termasuk perbedaan golongan, ras, kulit, bangsa, etnik, bahkan agama sekalipun. Dengan banyaknya perbedaan yang ada, tidak bisa menjadi alasan bagi manusia untuk tidak saling memahami, menimbulkan konflik dan perseteruan. Justru dengan menciptakan keragaman tersebut, Allah bertujuan agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.
 

Allah Taala berfirman dalam surat Al-Hujurat: ayat 13:
 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
 

Artinya, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”. (QS Al-Hujurat: 13).
 

Ayat di atas dengan jelas menegaskan keragaman merupakan keniscayaan yang telah ditetapkan oleh Allah. Penciptaan keragaman tersebut bertujuan agar umat manusia saling mengenal satu sama lain tanpa membeda-bedakan golongan.
 

Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama ensiklopedis asal Banten dalam tafsirnya Marah Labid juz II halaman 440 menjelaskan, arti dari “agar kalian saling mengenal” pada ayat di atas ialah agar umat manusia saling kenal-mengenal satu sama lain sebagai manusia, tanpa memperdulikan dan membangga-banggakan etnis, suku, atau golongan masing-masing.
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Untuk menanggapi perbedaan yang ada, seyogyanya bagi kita untuk menerapkan tiga sifat yang fundamental yaitu tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), dan tawazun (seimbang). Dengan menerapkan ketiga sifat tersebut, kita akan dapat menerima perbedaan yang telah digariskan oleh Allah swt. 
 

Termasuk bahkan perbedaan dalam urusan agama. Umat Islam dalam hal ini diperintah untuk mengedepankan toleransi antarsesama umat beragama.
 

Allah berfirman dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8-9: 
 

لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَن  تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ 
 

Artinya, "(8) Allah tidak melarang kalian umat Islam  kepada orang-orang non muslim yang tidak memerangi kalian dalam (persoalan agama) dan tidak mengusir kalian dari rumah kalian  untuk berbuat baik dan adil kepada mereka, sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat keadilan. (9) Yang Allah larang ialah untuk berbuat asih kepada mereka (orang-orang non muslim) yang memerangi kalian dalam urusan agama dan  terang-terangan mengusir kalian, orang-orang (muslim) yang berbuat asih dengan mereka adalah merupakan orang-orang zalim”. (QS Al-Mumtahanah: 8-9).
 

Ayat di atas menurut Imam Al-Wahidi (wafat 468 H), dalam tafsirnya Al-Basith turun untuk Suku Khuza’ah, yang non muslim. Mereka memiliki perjanjian damai dengan Nabi Muhammad saw untuk meninggalkan saling bermusuhan dan berperang satu sama lain. Kemudian Nabi memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka.
 

Ada juga riwayat dari Mus’ab bin Tsabit yang mengatakan bahwa ayat ini turun untuk Asma binti Abu Bakar yang kedatangan ibunya yang non muslim dengan membawa hadiah. Kemudian Asma tidak menerimanya dan bahkan tidak membiarkannya masuk ke dalam rumah. Asma meminta kepada Aisyah untuk menanyakannya kepada Nabi saw. Nabi memerintahkan untuk menerima hadiahnya dan mempersilahkannya masuk.
 

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana seharusnya umat Islam bersikap dengan umat beragama lainnya. Bagaimana seharusnya umat Islam bersikap baik dan adil, toleran, dan saling menghargai antarumat beragama.
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah 

Sikap persaudaraan memiliki tujuan penting lainnya yaitu menghilangkan segala bentuk diskriminasi. Semua sama dalam persaudaraan, tidak ada etnis atau golongan yang lebih unggul dari golongan yang lain.
 

Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw dari riwayat Jabir bin Abdillah:
 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِى وَلَا لِعَجَمِى عَلَى عَرَبِي وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إلَّا بِالتَّقْوَى،.... (رواه أحمد) 
 

Artinya, “Wahai umat manusia ingatla, sungguh Tuhanmu itu satu, bapakmu itu satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan bagi bangsa Arab atas bangsa Ajam (selain Arab), pula bagi bangsa Ajam atas bangsa Arab. Tidak bagi yang merah atas yang hitam maupun sebaliknya kecuali dengan ketakwaan ... (HR Imam Ahmad).
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Dengan demikian, ukhuwah insaniyah memiliki peran dan posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan menerapkannya dalam kehidupan, memungkinkan semua golongan masyarakat  dari berbagai agama, ras dan warna kulit untuk dapat hidup berdampingan secara damai tanpa krisis apapun. 
 

Semoga kita termasuk dari golongan yang menerapkan sikap tasamuh, tawazun, dan tawasuth dalam kehidupan.
 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
 

Khutbah II 
 

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
 

أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saiidussiddiqiyah Jakarta