Bahtsul Masail

Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriyah

Rab, 19 Agustus 2020 | 06:30 WIB

Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriyah

Pengucapan selamat tahun baru Islam sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah dianjurkan.

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Redaksi NU Online, pada pergantian tahun baru hijriyah masyarakat mengucapkan selamat tahun baru Islam. Ucapan selamat tahun baru hijriyah disertai doa awal tahun menyebar di media sosial dan grup-grup WhatsApp. Mohon penjelasannya, sementara sebagian orang bertanya terkait hal ini. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Fadli/Depok)


Jawaban

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Tahun baru hijriyah yang ditandai dengan pergantian tahun merupakan bagian dari kuasa Allah. Pergantian tahun merupakan nikmat-Nya yang patut disyukuri. 


Allah dalam hadits qudsi mengingatkan anak Adam agar memandang waktu sebagai makhluk dan tanda kuasa-Nya. Anak Adam perlu menjaga adab dalam memandang waktu, termasuk pergantian tahun sebagaimana riwayat Imam Bukhari berikut ini.


قال أبو هريرة رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله يسب بنو آدم الدهر وأنا الدهر بيدي الليل والنهار


Artinya, “Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Bani Adam mengutuk waktu. Padahal, Akulah waktu. Di tangan-Ku malam dan siang,’’” (HR Bukhari).


Adapun pada hadits riwayat Muslim berikut ini, Rasulullah melarang umat Islam untuk menyesali, mencela, atau mengutuk waktu karena Allah “berada” di balik perputaran waktu. Allah berkuasa penuh atas silih berganti siang malam, dan pergantian bulan serta tahun.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ


Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, ia bersabda, ‘Jangan kalian mengutuk waktu karena Allah adalah waktu,’” (HR Muslim dan Ahmad).


Para ulama sendiri mengambil sikap optimis dan penuh rasa syukur atas pergantian tahun baru hijriyyah. Pengucapan selamat tahun baru Islam sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah dianjurkan sebagaimana keterangan Syekh Said Ba’asyin berikut ini:


والتهنئة بالعيد سنة ويدخل وقتها في عيد الفطر بمغرب ليلته وفي الأضحى بصبح عرفة كالتكبير وبالعام والشهر


Artinya, “Ucapan selamat (tahniah) hari raya ‘Id, pergantian tahun, dan pergantian bulan dianjurkan. Waktu tahniah untuk hari raya Idul Fitri berawal pada maghrib hari raya (malam takbiran). Sementara waktu tahniah untuk hari raya Idul Adha berawal pada Subuh hari Arafah seperti kesunahan takbir.” (Lihat Syekh Said bin Muhammad Ba’asyin, Buysral Karim, [Beirut, Darul Fikr: 2012 M/1433-1434 H], Juz II, halaman 352).


Tidak heran Syekh Sulaiman bin Umar Al-Jamal dalam karyanya, Hasyiyatul Jamal, mengatakan, “Ungkapan Al-Birmawi, ‘Ucapan selamat hari raya ‘Id, pergantian bulan, dan pergantian tahun dianjurkan.’”


Pengucapan selamat tahun hijriyyah bukan tanpa masalah di kalangan ulama. Imam Jalaluddin As-Suyuthi mengangkat perbedaan pendapat ulama dalam kumpulan fatwanya berikut ini:


فوائد الشيخ زكي الدين عبد العظيم المنذري أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة انتهى ، ونقله الشرف الغزي في شرح المنهاج ولم يزد عليه 


Artinya, “Al-Qamuli dalam Al-Jawahir mengatakan, ‘Aku tidak menemukan banyak pendapat kawan-kawan dari Madzhab Syafi’i ini perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun dan pergantian bulan seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Hanya saja aku dapat riwayat yang dikutip dari Syekh Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri bahwa Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi pernah ditanya perihal ucapan selamat bulan baru atau selamat tahun baru. Apakah hukumnya bid’ah atau tidak? Ia menjawab, banyak orang selalu berbeda pandangan masalah ini. Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunah dan juga bukan bid’ah.’ Pendapat ini dikutip tanpa penambahan keterangan oleh Syaraf Al-Ghazzi dalam Syarhul Minhaj,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawi fil Fiqh wa Ulumit Tafsir wal hadits wal Ushul wan Nahwi wal I‘rabi wa Sa’iril Funun, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1982 M/1402 H], juz 1, halaman 83).


Demikian jawaban singkat kami terkait hukum mengucapkan selamat tahun baru Islam. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.


Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)