Syariah

Melihat Upaya Nabi Muhammad Mendirikan Pasar

Sel, 2 Juli 2019 | 14:30 WIB

Melihat Upaya Nabi Muhammad Mendirikan Pasar

Ilustrasi (via imagenesmy.com)

Selintas ketika mencermati sistem trading online, tiba-tiba menggelayut di benak penulis tentang sejarah bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam membangun pasar di Madinah pasca-hijrah. Perekonomian masyarakat kota Madinah kala itu sudah dikuasai oleh para pedagang Yahudi dan bahkan kalangan umat lain. Saking mendominasinya, sampai-sampai menggugah Nabi beserta para sahabat untuk berinisiatif menciptakan pasar sendiri. Bagaimana tidak? Sistem ekonomi Madinah kala itu berada di dalam genggaman mereka. Kecurangan dalam pasar bukan merupakan hal yang baru. Itulah pada akhirnya yang menggiring Nabi untuk mendirikan pasar itu.

Di dalam tarikh yang ditulis oleh Ibnu Mâjah dan Ibnu Shabâh, tercatat beberapa kisah perjalanan awal pembentukan pasar. Pertama kalinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beserta sahabat mensurvei Pasar an-Nabit. Ternyata, pasar itu tidak sesuai dengan kehendak Nabi. Beliau sampai bersabda: "Ini bukan pasar kalian". Sabda ini beliau tujukan ke kalangan sahabat saat itu. 

Tidak cocok di satu lokasi, pindah lagi ke lokasi yang lain. Dalam sebuah riwayat hadits disampaikan bahwa suatu ketika ada seorang sahabat yang datang kepada Nabi, lalu berkata: "Ya Rasul, saya sudah menemukan lokasi yang cocok bila dibangun pasar. Sudikah Tuan melihatnya?" Kemudian Nabi pun pergi ke tempat itu, lalu beliau menandai dengan kaki beliau, sambil bersabda: "Ini pasar kalian. Jangan ada yang menindas orang lain, jangan pula dikenai pajak!" 

Tahukah kita akan kawasan yang dipilih oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pasar ini? Ternyata kawasan tersebut adalah kawasan pekuburan dari sebuah perkampungan Bani Sa'îdah. Para sahabat awalnya keberatan. Bagaimana mungkin mau membangun pasar di lokasi dekat pemakaman? Ternyata, apa penjelasan Nabi? Beliau menekankan ingat mati. Mati merupakan peristiwa yang menghancurkan segala kelezatan. Dengan mengingat mati, maka pelaku pasar diharapkan untuk tidak berani bermain curang. Walhasil, para sahabat kemudian sepakat akan hal itu. Barulah kemudian dibangun pasar. 

Dalam tarikh yang disampaikan oleh Ibnu Shabbâh, sebelum menemukan pasar itu, sebenarnya Nabi sudah menemukan lokasi lain yang dianggap sesuai dengan model pasar yang akan dibangunnya. Kawasan itu adalah kawasan Baqi' al-Zubair. Namun, ternyata maksud kedatangan Nabi beserta rombongan ke kawasan itu sudah terbaca oleh seorang pimpinan Yahudi kala itu, yang bernama Ka'ab ibn Ashraf. Batas penanda lokasi pasar yang didirikan Nabi dirusaknya, dan dipotongnya.

Marahkah Nabi? Ternyata tidak. Beliau bahkan berujar: "Tidak masalah dipotong. Saya akan pindahkan lokasinya sehingga dapat membuatnya semakin marah." Barulah kemudian beliau beralih ke lokasi pekuburan Bani Sa'îdah dan di situ pula beliau membangun pasar, yang kini kemudian kita kenal sebagai lokasi Pasar Madinah. 

Apa hikmah dari perjalanan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam membangun pasar ini? Dalam beberapa kesempatan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan pernah mengilustrasikan bahwa pasar merupakan medan tempur melawan setan. Di dalam butir ayat Al-Qur’an pun beberapa kali disampaikan tentang bagaimana berperang menghadapi penindasan lewat pasar. Dengan lokasi pekuburan yang dipilih, setidaknya timbul spirit baru dalam membangun tata kelola dan sistem ekonomi yang kuat bebas dari penindasan. 

Adapun Baqi pernah dipilih dan direkomendasikan kepada Nabi adalah karena adanya catatan tersendiri dari Nabi. Baqi' merupakan wilayah yang berada di perkampungan Bani Qainuqa. Ketika sahabat Abdurrahman bin 'Auf, salah seorang sahabat terkaya di Mekah sebelum dan setelah Islam, melakukan hijrah ke Madinah, yang beliau tanyakan pertama kali adalah keberadaan pasar. Dan rekomendasi pertama yang beliau terima ternyata juga sama, yaitu pasar yang berada di lokasi Bani Qainuqa itu. 

Daya tarik pasar yang memikat kaum muhajirin kala itu sehingga mereka berbondong-bondong ke sana, disadari sebagai kekuatan yang berpotensi akan menumbangkan penguasa lama perekonomian Madinah, yaitu Ka'ab bin Ashraf. Menyadari daya kekuatan itu, akhirnya Ka'ab bin Ashraf mendahului dengan melakukan penolakan terhadap usaha pembangunan ekonomi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tapi penolakan itu tidak ditanggapi secara emosional oleh Nabi. Beliau justru mengalah dan beralih mendirikan pasar baru di pekuburan Bani Sa'idah. Di situ beliau tunjukkan soliditas muamalah kaum Muslim. Akhirnya, kekuatan ekonomi pun bergeser ke umat Islam. Saat ini pasar tersebut semakin ramai. Namanya adalah Pasar Madinah. 

Belajar dari pendirian pasar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini, seolah menjadi inspirasi buat kita semua, khususnya yang berkecimpung di dunia trading online, misalnya pada pasaran forex, option, swap, forward, dan future, semestinya mulai berinisiatif membangun sistem trading tersendiri yang disesuaikan dengan jasa syariah. 

Apakah mungkin? Ya jelas mungkin, asalkan ada niat yang disertai dengan tindakan. Illat keharaman dalam sistem trading itu adalah jenuh dengan unsur spekulatif yang merupakan unsur utama perjudian. Upaya mencari solusi lepas dari jerat tindakan spekulasi ini merupakan PR bagi kaum santri yang mumpuni dalam IT. Semoga mereka menjadi tergugah dan termotivasi sebab tulisan ini semata niat meneladani nabi dalam menciptakan dan membangun pasar. Wallahu a'lam bish shawab


Ustadz Muhammad Syamsudin, Peneliti Bidang Ekonomi Syariah Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur


Tulisan ini disarikan dari: Cengiz Kallek, Socio-Politico-Economic Sovereignty and The Market of Medina, Kuala Lumpur: "Journal of Islamic Economic" - International Islamic University of Malaysia, Vol. 4. Number 1 & 2, July 1995, halaman 2-3

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua