Hikmah

Buka Puasa dan Rambutan Syekh Nawawi al-Bantani

Jum, 9 Juni 2017 | 08:00 WIB

Suatu masa jelang abad ke dua puluh di Ma'had (pesantren) Nasr al-Ma'arif al-Diniyah, Masjid l-Haram, Makkah, Syekh Nawawi tengah menerangkan pada para santrinya terkait puasa Ramadhan.

"Mengingat Hadits Nabi Saw tentang memakan kurma ketika berbuka, saya beritahu kalian, di negeri saya juga ada buah yang tak kalah manis dengan kurma," ucap Syekh Nawawi.

"Betul, Syekh, kalau di jazirah Arabia ini kami memang makan kurma. Lalu bagaimana dengan negeri Syekh yang tidak ditumbuhi buah kurma?" Tanya salah seorang murid beliau.

"Sebentar."

Syekh Nawawi langsung menyembunyikan tangannya ke bagian punggung. Ratusan santrinya pun mulai terlihat keheranan. Tak lama terdengar oleh mereka suara seperti seseorang yang sedang mengambil buah dari sebuah pohon. Kemudian Syekh Nawawi menyuguhkan buah rambutan yang persis baru diambil dari pohonnya. Sontak para santri pun keheranan dengan apa yang baru saja dilakukan guru mereka.

"Nah, ini yang saya makan pertama kali ketika berbuka puasa di Jawi (Tanara, Banten). Silakan dicicipi," ujar Syekh Nawawi sambil membagikan rambutan (ajaib) tersebut kepada para santrinya.

Kisah tersebut dituturkan turun temurun melalui para murid Syekh Nawawi dan akhirnya sampai ke saya melalui jalur Rohimuddin Nawawi Jahari al-Bantani. Hikmah yang bisa kita petik adalah, Syekh Nawawi yang kala itu sudah menjadi Imam Besar Masjid l-Haram, menggantikan posisi Syekh Achmad Khatib Minangkabau yang menjabat Imam Besar pada medio 1802-1872—ingin memberitahu para santrinya (termasuk umat Islam hari ini), bahwa kurma yang jadi penganan khas masyarakat Arab, tak melulu harus dijadikan santapan berbuka—jika memang ada buah lain yang tak kalah manis.

Pendekatan fiqih yang cerdas dan lentur seperti ini, muncul dari seorang ulama Nusantara abad-19 yang bergelar Sayyid l-'Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Semenanjung Arabia). Ikhwal ketinggian ilmunya pula, hanya Syekh Nawawi lah satusatunya ulama dunia yang dikebumikan disisi maqbarah istri Rasulullah Saw, Siti Khadijah al-Kubra ra. Maka bisakah kita mengunduh secuil pelajaran berharga dari kehidupan beliau yang mulia? (Ren Muhammad)