Hikmah

Cara Umar bin Abdul Aziz Memilih Gubernur

Kam, 20 Desember 2018 | 23:00 WIB

Umar bin Abdul Azis dikenal sebagai Khalifah Dinasti Umayyah yang bijak, adil, hati-hati, dan sederhana. Dia sangat memperhatikan nasib rakyatnya. Ia juga tegas terhadap pejabatnya yang melakukan korupsi. Mereka langsung dipecat ketika ketahuan melakukan penyelewengan. Harta kekayaan mereka yang diperoleh secara tidak wajar juga dikembalikan ke kas negara.

Tidak hanya itu, Umar bin Abdul Azis juga sangat sangat selektif dan hati-hati ketika hendak mengangkat seorang menjadi gubernurnya. Ada dua syarat yang ditetapkan Umar untuk para gubernurnya. Yaitu mereka harus kompeten dan amanah dalam menjalankan tugasnya sehingga rakyat bisa sejahtera. Karena bagaimanapun, gubernur adalah ujung tombak dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan sang khalifah.

Untuk memastikan kualitasnya, Umar bin Abdul Azis turun tangan untuk mengawasi langsung proses wawancara untuk calon gubernurnya. Ia ingin memastikan apakah orang tersebut betul-betul kapabel dan amanah atau tidak. 

Dikisahkan, suatu ketika Bilal bin Abu Bardah termasuk salah satu calon gubernur yang akan diwawancarai. Ketika diwawancara, Bilal mengenakan pakaian tertentu sehingga ia tampak begitu agamis. Umar bin Abdul Azis lantas memerintahkan ajudannya, Muzahim, untuk mengetes Bilal bin Abu Burdah. Langsung saja Bilal dihujani berbagai macam pertanyaan. Ada satu pertanyaan menarik yang membuat Bilal jadi ketahuan sifat dan sikap aslinya, di balik dandanannya yang religius.

“Aku demi Allah menyukai kebaikan untuk diriku, apa untukku jika aku tugasi kamu daerah Irak?” tanya Muzahim mengetes Bilal, sebagaimana dikutip dari buku Umar bin Abdul Azis: Sosok Pemimpin Zuhud dan Khalifah Cerdas (Abdul Azis bin Abdullah al-Humaidi, 2015).

Bilal menjawab, ia akan menyediakan uang sebanyak 30-40 ribu dinar ketika Muzahim berkunjung ke wilayahnya itu.  Bilal juga memastikan bahwa semua keputusan Muzahim akan dijalankan di Irak, calon wilayah kekuasaannya. 

Muzahim langsung menghadap Umar bin Abdul Azis setelah selesai mewawancarai Bilal. Muzahim bilang, Bilal adalah orang yang pandai namun dia seorang pencuri dan tidak pantas menjadi seorang gubernur. Setelah mendengar penilaian itu, Umar bin Abdul Azis tidak akan memasukkan Bilal ke dalam jajaran pejabatnya. 

Umar bin Abdul Azis tidak ingin pejabatnya hanya kompeten saja, namun juga harus amanah. Amanah dalam mengemban tugasnya sehingga mendapatkan hak-haknya dengan baik. Kompeten dalam menjalankan tugasnya sehingga masa depan negerinya bisa lebih baik lagi. (A Muchlishon Rochmat)