Internasional

Fatayat NU Gaungkan Inklusi Digital di Forum Global ICCS 2025

NU Online  ·  Rabu, 25 Juni 2025 | 15:30 WIB

Fatayat NU Gaungkan Inklusi Digital di Forum Global ICCS 2025

Ketum Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah (dua dari kanan) bersama Koordinator Bidang Media PP Fatayat NU Nurul Hidayatul Ummah (kiri), serta perwakilan PP IPNU dan IPPNU di Forum ICCS 2025 Singapura. (Foto: dok. Fatayat NU)

Singapura, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Margaret Aliyatul Maimunah hadir sebagai delegasi Indonesia dalam International Conference on Cohesive Societies (ICCS) 2025 yang digelar di Raffles City Convention Centre, Bras Basah, Singapura, pada Selasa-Kamis (24-26/6/2025). Forum lintas iman dan budaya ini dihadiri ratusan pemimpin masyarakat sipil, agamawan, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara.


Dalam keterlibatannya, Margaret tampil aktif dalam sejumlah sesi penting, termasuk Skills Workshop tentang prinsip-prinsip aksi kemanusiaan serta diskusi panel mengenai ketahanan digital di tengah masyarakat multikultural.


Ia membawa suara perempuan muda Islam Indonesia yang konsisten mendorong keadilan sosial dan transformasi digital yang inklusif.


“Fatayat NU percaya bahwa pembangunan ruang-ruang digital yang adil dan aman tidak mungkin tercapai tanpa keterlibatan perempuan muda sebagai aktor utama,” tegas Margaret saat ditemui usai sesi diskusi, Selasa (25/6/2025).


Menurutnya, dunia saat ini menghadapi tantangan serius berupa polarisasi identitas, disinformasi berbasis agama, serta meningkatnya eksklusi terhadap kelompok rentan di ranah digital. Kondisi ini menuntut gerakan yang tidak hanya responsif, tetapi juga transformatif.


Ia menjelaskan bahwa Fatayat NU sebagai organisasi perempuan muda NU telah mengambil bagian dalam banyak inisiatif literasi digital berbasis nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin. Hal ini mencakup pelatihan anti-hoaks, penguatan kapasitas perempuan dalam teknologi, dan penyebaran narasi perdamaian berbasis media sosial.


“Kami melihat ruang digital bukan semata alat komunikasi, tetapi medan perjuangan baru. Di situlah nilai-nilai Islam yang damai dan welas asih perlu hadir secara aktif,” lanjutnya.


Dalam forum internasional itu, Margaret menekankan pentingnya membangun jembatan solidaritas lintas batas, baik dalam isu kemanusiaan, perubahan iklim, maupun perlindungan hak digital. Baginya, perempuan bukan sekadar penerima manfaat, tetapi agen perubahan global.


“Kohesi sosial tidak mungkin terwujud tanpa kehadiran perempuan dalam pengambilan keputusan, baik di komunitas lokal maupun forum internasional,” ungkapnya.


ICCS 2025 menjadi panggung penting bagi Fatayat NU untuk terus memperluas jejaring diplomasi sosial dan memperkenalkan gerakan perempuan NU di tingkat global.


Bagi Margaret, keterlibatan ini adalah bentuk konkret internasionalisasi gerakan perempuan muda Islam progresif.


Selama konferensi, Margaret juga berdialog dengan berbagai tokoh dari Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa, membahas kolaborasi dalam bidang perlindungan kelompok minoritas, penguatan masyarakat sipil, dan tata kelola digital yang berbasis keadilan.


Ia menilai, ruang global seperti ICCS harus dimanfaatkan bukan hanya untuk saling berbagi praktik baik, tetapi juga menyatukan strategi melawan tantangan bersama, seperti ekstremisme, intoleransi digital, dan pelanggaran hak atas informasi.


“Kita hidup di zaman yang memerlukan keberanian untuk menyuarakan kebenaran dan keteguhan dalam menjaga martabat kemanusiaan. Perempuan muda NU siap menjadi bagian dari barisan itu,” ujarnya.


Margaret juga menyerukan pentingnya pendekatan budaya dan agama dalam membangun narasi alternatif di tengah dunia yang makin terpecah oleh algoritma dan misinformasi. Perempuan, menurutnya, memiliki kekuatan naratif yang belum banyak digali secara maksimal.


Kehadiran PP Fatayat NU di ICCS 2025 sekaligus menjadi bentuk konsistensi dalam mempromosikan Islam yang damai, toleran, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Ini sejalan dengan visi Nahdlatul Ulama sebagai rahmat bagi seluruh semesta.


Margaret mengajak semua pihak untuk tidak lagi melihat perempuan sebagai kelompok yang perlu dilindungi semata, melainkan sebagai subjek penting dalam menciptakan masyarakat yang inklusif, tangguh, dan bermartabat secara digital maupun sosial.


“Fatayat NU akan terus bergerak, lintas batas dan lintas isu, demi memperkuat ketahanan sosial dan mendorong peradaban digital yang adil bagi semua,” pungkasnya.


Dalam ICCS 2025 ini, Margaret hadir bersama Koordinator Bidang Media Informasi, Penelitian, dan Pengembangan PP Fatayat NU Nurul Hidayatul Ummah yang juga mengikuti sejumlah sesi dan diskusi tematik terkait media, kohesi sosial, serta transformasi digital yang inklusif.