Internasional

Kalah 10-0 dari Inggris di Piala Dunia U-17, Kaledonia Baru Ternyata Banyak Dihuni Orang Jawa

Sel, 14 November 2023 | 17:30 WIB

Kalah 10-0 dari Inggris di Piala Dunia U-17, Kaledonia Baru Ternyata Banyak Dihuni Orang Jawa

Para pemain Kaledonia Baru berbaris sebelum pertandingan grup C Piala Dunia FIFA U-17 Indonesia 2023 antara Kaledonia Baru dan Inggris di Jakarta, Indonesia, 11 November 2023. (Foto: Xinhua/Zulkarnain)

Jakarta, NU Online

Pada pertandingan pertama Grup C Piala Dunia U-17 2023, Timnas Kaledonia Baru U-17 mengalami kekalahan melawan Inggris U-17 pada Sabtu (11/11/2023) sore di Jakarta International Stadium. Kaledonia Baru harus mengakui keunggulan Inggris dengan skor 10-0 dalam pertandingan tersebut.


Negara yang terletak di Benua Osenia ini memiliki fakta menarik. Salah satunya adalah karena ternyata Kaledonia Baru banyak dihuni oleh orang Jawa atau penduduk yang memiliki darah keturunan dari suku Jawa di Indonesia. 


Dilansir situsweb pariwisata Kaledonia Baru, wilayah negara ini ditemukan pada 1774 oleh navigator Inggris James Cook. Ia kemudian menjuluki negara tersebut “Kaledonia Baru” karena pemandangan pegunungan di Pulau Utama mengingatkannya pada negara asalnya, Skotlandia. Ia mencatat bahwa negara itu dihuni oleh orang Melanesia.


Pada 24 September 1853, Laksamana Muda Febvrier Despointes mencaplok Kaledonia Baru atas nama Prancis untuk mencegah tindakan apa pun yang dilakukan Inggris. Kaledonia Baru telah menjadi wilayah Prancis sejak saat itu. Kota Noumea, ibu kota Kaledonia Baru didirikan pada 1854.


Pada 1980-an, negara ini diguncang oleh konflik antara penentang dan pendukung kemerdekaan. Perselisihan tersebut menimbulkan bentrokan kekerasan yang meningkat menjadi pemberontakan yang meluas. Akhirnya terjadi  negosiasi yang menghasilkan Perjanjian Matignon pada 1988.


Perjanjian tersebut menetapkan status sementara bagi Kaledonia Baru, setelah 10 tahun dilakukan referendum penentuan nasib sendiri. Sepuluh tahun kemudian atau pada 1998 disepakati Perjanjian Noumea, yang isinya memberikan status kedaulatan dan mengadakan referendum final kemerdekaan antara tahun 2015 dan 2018. Kaledonia Baru saat ini adalah negeri Melanesia dengan warisan budaya yang sangat beragam.


Dikutip NU Online dari Jurnal berjudul  Orang Jawa di Kaledonia Baru: Teror Pengasingan dan Bahaya Integrasi, antara tahun 1896 hingga 1949, sekitar 20 ribu orang Jawa memutuskan meninggalkan pulau mereka yang memiliki masalah kelebihan penduduk untuk mengejar pekerjaan di bawah kontrak di Kaledonia Baru, sebuah wilayah yang mengalami kekurangan pekerja.


Mereka dikontrak dengan durasi lima tahun. Setelah masa kontrak berakhir, mereka dapat mencari opsi repatriasi atau mencari majikan baru. Setelah masa kontraknya habis, sebagian besar dari mereka kembali ke Jawa. Sebagian lagi tinggal dan menetap di Kaledonia Baru.


Dilansir dari National Geographic Indonesia, bahasa Jawa menjadi bahasa minoritas minoritas. Meski begitu, bahasa Jawa tetap digunakan oleh para keturunan Indonesia di Kaledonia Baru hingga kini. Sebagiannya lagi, telah melebur ke dalam bahasa serapan Kaledonia (Perancis)-Jawa, akibat melunturnya bahasa Jawa dari masa ke masa.


"Tercatat dari total 268.767 jiwa penduduk Kaledonia Baru, ada hampir 7.000 keturunan Indonesia di wilayah tersebut. Kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi fasih berbahasa Jawa," demikian tertulis dalam artikel itu.