Internasional

Konflik Iran-Israel Pengaruhi Harga Minyak Dunia? Begini Kata Pengamat

Sel, 23 April 2024 | 19:15 WIB

Konflik Iran-Israel Pengaruhi Harga Minyak Dunia? Begini Kata Pengamat

Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Pengamat minyak dan gas bumi (Migas) Amrullah Hakim menilai, konflik Iran dan Israel diperkirakan tidak mempengaruhi perubahan harga pada minyak mentah dunia. Harga komoditas strategis itu cenderung tetap stabil dan tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.


"Melihat dari pasokan minyak dunia, konsumsi sekarang, justru produsen minyak mengerem produksinya. Jadi, kita tidak melihat eskalasi (konflik) Iran-Israel ini akan membuat harga minyak lebih dari USD 100 (per barel). Maksimumnya harga minyak akan berada di kisaran 89-90 dolar," ungkap Amrullah kepada NU Online, Selasa (23/4/2024).


Anggota Lembaga Perekonomian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LP PBNU) itu menyoroti beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak saat ini. Misalnya dari segi infrastruktur, fasilitas produksi, serta distribusi. Beberapa aspek tersebut tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan. Pasokan minyak dari Timur Tengah masih lancar dan Selat Hormuz tetap terbuka untuk lalu lintas minyak dunia.


"Minyak Timur Tengah yang besar masih mengalir ke perekonomian global dan tanpa hambatan. Selat Hormuz masih terbuka untuk pengiriman atau lalu lintas minyak dunia. Sampai hari ini tidak ada kekurangan pasokan minyak dunia dari sisi infrastruktur," jelas Amrullah.


Sementara dari sisi geopolitik, fundamental dari pasokan dan permintaan masih dalam keadaan baik. Pasokan masih mencukupi dan konsumsi masih stabil. OPEC Plus juga memiliki kapasitas untuk menambah produksi minyak kapan pun diperlukan.


"Sebelum penyerangan Iran ada upaya pengurangan produksi dalam arti, semua negara punya potensi untuk menaikan produksi yang lebih besar daripada permintaan. OPEC Plus bisa menambah minyak kapan pun, tapi konsumsi masih belum terlalu besar, akhirnya mereka coba untuk menjaga harga minyak di atas USD 80. Dan harga minyak di USD 80 ini untuk produksi minyak serpih di Amerika masih menguntungkan. Mereka bisa untung dengan harga minyak USD 60," paparnya.


Amrullah juga menyoroti peran negara-negara seperti Guyana, Brazil, dan Rusia dalam mempertahankan ketersediaan pasokan minyak dunia. Ia menjelaskan bahwa meskipun terjadi gangguan di Timur Tengah, negara-negara itu mampu menaikkan produksi untuk mengimbangi hal tersebut.


Selain itu, dengan harga minyak sekitar USD 89-90, Amrullah menilai bahwa Rusia masih mampu menjual minyaknya dengan harga diskon di sekitar USD 75 per barel. Hal ini menunjukkan risiko konflik Iran-Israel belum cukup kuat untuk mempengaruhi pasar minyak secara signifikan.


"Rusia dengan embargo-embargo yang ada itu dengan harga minyak sekarang sekitar USD 89 jadi memang perang Iran-Israel itu tidak sampai membuat harga minyak di atas USD 90 sampai hari ini. Dengan harga minyak di sekitar USD 89-90, Rusia itu menjual minyak di sekitar USD 75 per barel. Jadi ini diskon. Jauh di atas batas maksimum 60 dolar," jabarnya.


Amrullah juga menunjukkan bahwa kebijakan AS dalam menghadapi Iran juga dapat mempengaruhi pasar minyak. Dalam konteks pemilu AS yang sedang berlangsung, keputusan terkait penerapan sanksi terhadap Iran menjadi hal yang kompleks dan tidak mudah untuk diambil.


"Kalau kita lihat, produksi Iran dalam 5 tahun terakhir itu justru terus naik. Sekarang produksi dia sekitar 3,3 juta barel per hari dari yang sebelumnya di Januari 2021 itu 2,1 juta barel. Jadi entah kenapa, Amerika seperti membiarkan Iran menaikan produksi," pungkasnya.