Khutbah KHOTBAH JUMAT

Ketaqwaan Ramadhan di Era Global

Kam, 18 Juni 2015 | 09:02 WIB

Namun sayangnya diera globalisasi ini, Ramadhan yang seharusnya menjadi momentum memelihara kekhawatiran dan ketakutan malah berbalik menjadi ruang mengumbar kegembiraan. Ketaqwaan itu semakin hari dikikis oleh fenomena-fenomena hedonis yang disajikan melalui berbagai media yang juga memanfaatkan wacana agama sebagai barang komoditi. Inilah yang dalam keseharian kita menemukan istilah ‘ramadhan karim’ ‘ramadhan berkah’ ‘ramadhan maghfirah’ di berbagai mall di berbagai outlet-outlet di berbagai famlet dan lain sebagainya<>

الحمد لله, الحمد لله الذى أنعم علينا بنعمة الإيمان و الإسلام, وكتب علينا الصيام الذى هو ركن من أركان الاسلام, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ أدخرها ليوم الزحام, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الداعى بقوله وفعله إلى دار السلام. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ تدخلوا جنة ربكم بسلام

 

Marilah pada saat yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua, untuk bersama-sama berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah swt dan meninggalkan apa yang menjadi laranganNya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat, amin-amin ya rabbal 'alamin.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Al-Baqarah ayat 183 mengatakan:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa 

Jelas ayat di atas menyatakan bahwa taqwa merupakan tujuan utama ibadah puasa. Masalahnya kemudian apakah arti taqwa itu? Apakah taqwa itu cukup dengan mengisi hari-hari ramadhan dengan ibadah? Atau hanya dengan beramal dan memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan? Tidak, itu bukan cermin ketaqwaan. Karena taqwa merupakan sisi ibadah yang identik dengan pengekangan yang dilandasi oleh rasa takut menyalahi perintah Yang Maha Agung dan Maha Perkasa, Allah swt.

Sebagaimana diterangkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul Abidin  bahwa:

إن العبادة شطران: شطرالاكتساب وشطر الاجتناب. فالاكتساب فعل الطاعة والاجتناب الامتناع عن المعاصى والسيئات وهو التقوى. وان شطر الاجتناب على كل حال أسلم وأصلح وأفضل وأشرف للعبد من شطر الاكتساب.

Ada dua sisi dalam ibadah.  Pertama sisi pelaksanaan (syatrul iktisab), dan kedua sisi larangan (syatrul ijtinab).  Sisi pelaksanaan adalah melaksanakan berbagai perintah Allah inilah makna tho’at. Sedangkan sisi larangan  adalah mencegah berbuat maksiat dan keburukan inilah arti taqwa. Sisi larangan ini jauh lebih mulia, lebih utama, lebih baik dibandingkan dengan sisi pelaksanaan.

Maka penerapan konsep taqwa pada bulan Ramadhan lebih berupa penghindaran. Tepatnya mengekang diri dari ajakan nafsu berbuat makshiat, baik makshiat lahir maupun batin. Karena itulah makna asal puasa yaitu al-imsak (menahan) yaitu menahan diri dari segala tuntutan nafsu. Mulai dari makan, minum, berbelanja berlebih, menggunjing, berbohong, hingga iri hati, dengki dan riya. Semua bujukan nafsu itu harus dihindari oleh seorang yang sedang berpuasa, karena semua hal itu dapat mengurangi bahkan menghapus pahala dari ibadah puasa? Bukankah hasud di hati lebih cepat menghabiskan amal sebagaimana api melahap kayu bakar? Tidakkah ingat pula kita sabda Rasulullah saw yang mengatakan

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ

“Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus”.

Di sinilah sesungguhnya rasa takut itu harus terus dipelihara. Takut dan kahwatir akan kegagalan kita dalam menjalankan ibadah puasa. Padahal kita tahu ibadah di dalam bulan puasa memiliki pahala yang berlipat ganda, bukankah kita akan menyesal jika pahala itu lenyap hanya karena keteledoran kita menuruti hawa nafsu? Jika sudah ada kesadaran seperti ini pastilah kita tidak akan lagi berani menyombongkan diri dan membanggakan akan hasil amal-ibadah kita. Sehingga kepala ini akan tetap tertunduk dan hati ini tidak akan berani berburuk sangka kepada sesama, mengingat diri inipun tidak terjamin dari kesalahan. Bisa saja mereka yang secara sosial dan ekonomi berada dalam taraf tidak mapan, ternyata mendapatkan capaian yang tinggi dalam ibadahnya.

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah

Namun sayangnya diera globalisasi ini, Ramadhan yang seharusnya menjadi momentum memelihara kekhawatiran dan ketakutan malah berbalik menjadi ruang mengumbar kegembiraan. Ketaqwaan itu semakin hari dikikis oleh fenomena-fenomena hedonis yang disajikan melalui berbagai media yang juga memanfaatkan wacana agama sebagai barang komoditi. Inilah yang dalam keseharian kita menemukan istilah ‘ramadhan karim’ ‘ramadhan berkah’ ‘ramadhan maghfirah’ di berbagai mall di berbagai outlet-outlet di berbagai famlet dan lain sebagainya.

Gambar, tulisan dan desain visual semacam itulah yang kemudian secara perlahan menggantikan posisi rasa takwa dan khawatir menjadi perasaan nyaman. Padahal tidak demikian seharusnya. Karena itulah pada kesemempatan awal ramadhan ini kita bersama-sama berbenah diri. Meletakkan kembali puasa Ramadhan pada posisi awalnya sebagai pemantik rasa ketaqwaan kita.

Dengan demikian, marilah kita bersama-sama memberikan pengertian kepada saudara, masyarakat terdekat dan jauh bagaimanakah hendaknya memposisikan televisi dan berbagai media sehubungan dengan tema ketaqwaan di Ramadhan ini. Pasntaslah Rasulullah saw pernah bersabda:

لكل شيء باب وباب العبادة الصوم

Segala sesuatu ada dipintu masuknya, dan pintu ibadah adalah puasa

Demikianlah khotbah jum’ah kali ini semoga membawa banyak man’faat. Minimal meyakinkan pada diri kita agar tidak mudah memandang remeh pada amal-amal kecil dan juga amal-amal orang lain.  

هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم 

  Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

(ulil)