Khutbah

Khutbah Jumat: Al-Qur’an dan Perintah Menjaga Lingkungan Hidup

Rab, 29 November 2023 | 15:30 WIB

Khutbah Jumat: Al-Qur’an dan Perintah Menjaga Lingkungan Hidup

Ilustrasi. (Foto: NU Online/Freepik)

Materi khutbah Jumat ini mengajak jamaah untuk menyadari bahwa Allah swt menciptakan dunia dan seisinya ini tidak tanpa tujuan. Tidak ada yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini dengan percuma. Semua memiliki fungsi dan tujuan yang harus diketahui oleh umat manusia khususnya umat Islam untuk kemaslahatan dan keberlangsungan kehidupan di dunia. Lingkungan hidup menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam Islam dan menjadi kewajiban umatnya untuk melestarikannya serta telah ditegaskan dalam Al-Qur’an.

 

Khutbah Jumat ini berjudul: "Al-Qur’an dan Perintah Menjaga Lingkungan Hidup". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi) 

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan kehidupan di dunia dengan segala fasilitasnya yang bisa kita nikmati. Di antara fasilitas tersebut adalah lingkungan hidup di sekitar kita yang diciptakan untuk berbagai kebutuhan dan kemudahan kehidupan. Sudah seharusnya kita terus berupaya menjaga dan melestarikannya sebagai wujud syukur kepada Allah swt.

 

Shalawat dan salam juga harus senantiasa kita sampaikan kepada suri tauladan umat Islam dalam menjaga lingkungan yakni Nabi Muhammad saw. Beliaulah sosok yang membawa risalah dari Allah untuk menjaga lingkungan dan menjadi contoh nyata bagi umat Islam dalam merawat lingkungan. Semoga kita menjadi umatnya yang patuh pada sabda-sabdanya dan mendapatkan syafa'atnya.

 

Pada kesempatan ini, khatib juga mengajak kepada jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan perintah-Nya di antaranya adalah menjaga lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan. Selain itu kita harus menguatkan komitmen untuk menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya seperti berbuat kerusakan di muka bumi. Allah berfirman:

 

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ 

 

Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf: 56).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Pelestarian lingkungan hidup memiliki nilai penting dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan konsep keberlanjutan dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pemimpin atau wakil) di bumi. Selain sebagai khalifah, manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini adalah untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. 

 

Beribadah di sini memiliki makna yang luas bukan hanya bersifat ibadah mahdhah yang tata caranya sudah diatur melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Namun juga ibadah ghairu mahdhah yakni ibadah yang hanya ditentukan garis-garis umum dalam syariat Islam. Jadi, ibadah sebagai tugas utama manusia di dunia memiliki arti bukan hanya semata seperti shalat, zakat, puasa, atau haji saja. Namun menjaga lingkungan dan berbagai aktivitas positif dengan niat baik demi kebaikan dan kemaslahatan lainnya juga masuk dalam kategori ibadah. Termasuk hal kecil seperti menyingkirkan duri di tengah jalan.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Semua hal yang disayariatkan oleh Allah melalui agama adalah untuk terciptanya kemaslahatan atau kemanfaatan serta kebaikan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dijelaskan oleh para ulama bahwa tujuan syariat (maqashid syariah) terdiri dari 5 hal yang disebut dengan Mabadiul Khamsah yakni Hifdzu Ad-Dîn (Menjaga Agama), Hifdzu An-Nafs (Menjaga Jiwa), Hifdzu Aql (Menjaga Akal), Hifdzu An Nasl (Menjaga Keturunan), dan Hifdzu Al Mâl (Menjaga Harta).

 

Seiring dengan dinamika perkembangan dunia, ulama kontemporer menambahkan beberapa poin penting dalam maqashid syariah yakni Hifdzul Wathan (Menjaga Tanah Air), Hifdzul Amni wassalam (menjaga keamanan dan kedamaian) dan termasuk Hifdzul Bi’ah (menjaga lingkungan).

 

Menjaga lingkungan sebagai bentuk tujuan syariat memang sangat berdasar karena lingkungan yang baik akan menjadikan ibadah-ibadah yang dilakukan oleh manusia akan menjadi maksimal dan berkesinambungan. Jangan sampai para generasi manusia selanjutnya hanya akan menemui kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia pada masa kini. 

 

Dalam Al-Qur’an sudah disebutkan dan disyaratkan perlunya pelestarian lingkungan melalui firman-firman Allah swt di antaranya pertama, terkait dengan munculnya kerusakan di muka bumi ini. Allah berfirman:

 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ 

 

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-rum: 41).

 

Kedua, manusia diperintahkan untuk mengambil nilai ibrah atau pelajaran berharga tentang lingkungan hidup demi masa depan peradaban yang baik. Sebagaimana firman Allah swt:

 

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ 

 

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bepergianlah di bumi, lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan mereka adalah orang-orang musyrik.” (QS Ar-Rum: 42)

 

Ketiga, manusia diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan (Israf) seperti mengeksploitasi kekayaan bumi dan hanya meninggalkan kerusakan. Isyarat ini disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits dengan contoh berupa larangan berlebihan dalam makan dan minum. Allah berfirman:

 

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ 

 

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah diterangkan bahwa termasuk bagian dari berlebihan adalah makan segala yang diinginkan. Rasulullah bersabda:

 

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

 

Artinya: "Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengisi perutnya dengan beberapa suapan yang akan meluruskan tulang rusuknya. Jika harus ditambah, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minum, dan sepertiganya untuk bernafas." (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah).

 

Keempat, manusia diperintahkan menjauhi sikap itraf yakni bermewah-mewahan, hedonis, yang akan membawa kehancuran diri dan dunia. Alam semestinya dipelihara dengan baik dan seimbang. Tidak diperlakukan hanya untuk memuaskan hawa nafsu manusia yang melebihi batas.  Allah berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 16:

 

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا 

 

Artinya: "Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah). Lalu, mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu sehingga pantaslah berlaku padanya perkataan (azab Kami). Maka, Kami hancurkan (negeri itu) sehancur-hancurnya."

 

Kelima, Manusia diperintahkan untuk tidak tabzir atau senang berprilaku mubazir (boros tidak ada guna) dengan merusak alam sehingga generasi penerus hanya diwarisi kerusakan akibat tindakan mubazir. Allah berfirman:

 

اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا 

 

Artinya: “Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al-Isra’: 27).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikianlah pesan-pesan penting dalam Al-Qur’an yang merupakan isyarat dan perintah Allah untuk menjaga lingkungan hidup dan dunia seisinya. Mari kita kuatkan tekad untuk menjadi agen-agen peduli dan penjaga lingkungan hidup agar keberlangsungan kehidupan bisa kita pastikan. Semoga Allah swt senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal'alamin...

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

 

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً

 

اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ

 

عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Pringsewu, Lampung