Khutbah

Khutbah Jumat: Dakwah Ramah di Media Sosial

Senin, 15 November 2021 | 15:00 WIB

Khutbah Jumat: Dakwah Ramah di Media Sosial

Dakwah harus disampaikan dengan ramah dan penuh kasih sayang. Rasulullah SAW sendiri sudah mempraktikkan dakwah dengan demikian saat mengajak orang-orang Kafir Quraisy untuk memeluk agama Islam

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan bagaimana cara berdakwah dengan ramah di media sosial. Naskah khutbah ini mengajak kepada semua orang, terutama bagi pada juru dakwah agar selalu mengedepankan moral dalam berdakwah di media sosial.


Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ، وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ  


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dunia media sosial telah memberi kamudahan dalam mengakses informasi sebanyak mungkin. Hanya saja, informasi yang melimpah itu tidak seluruhnya baik untuk kita akses. Termasuk di antaranya adalah konten dakwah. Tidak sedikit konten dakwah yang justru berisi provokasi, uajaran kebencian, hoaks, dan lain sebagainya.


Oleh karena itu, sebagai pendakwah yang baik, sudah semestinya kita pandai-pandai menyampaikan pesan dakwah supaya diterima dengan baik dan berdampak baik pula bagi banyak orang. Dakwah harus disampaikan dengan ramah dan penuh kasih sayang. Rasulullah SAW sendiri sudah mempraktikkan dakwah dengan demikian saat mengajak orang-orang Kafir Quraisy untuk memeluk agama Islam.


Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159, Allah SWT berfirman:


فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ  


Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”


Dengan dakwah yang ramah, hanya dengan waktu relatif singkat, Rasulullah berhasil menyebarkan Islam ke penjuru dunia.


Untuk menghasilkan dakwah yang ramah di media sosial, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Pertama adalah menggunakan kalimat yang santun, baik tertulis maupun lisan. Mungkin kita bisa berkaca pada cara dakwah Nabi Musa kepada Firaun. Sebagaimana kita tahu, Firaun merupakan seorang raja yang sangat lalim dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Tapi Nabi Musa diperintahkan untuk tetap berkata dengan lembut. Dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 44, Allah berfiman:


فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ


Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”


Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan, maksud kata-kata yang lemah lembut di atas adalah menggunakan kalimat yang halus, bukan dengan kata-kata yang kasar. Sebab, kata-kata yang halus akan membuat orang luluh. Sebaliknya, kata-kata kasar akan membuat orang lain menjauh.


Selain berdakwah dengan kata-kata yang lembut, dalam berdakwah di media sosial juga tidak boleh berisi tentang ujaran kebencian. Seseorang boleh saja tidak suka dengan pihak lain. Tapi jangan sampai ketidaksukaannya itu ia ekspresikan dengan kata-kata yang penuh kebencian. Apalagi jika didengar publik secara luas. Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 19, Allah berfirman:


إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”


Menurut Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya, salah satu riwayat mengatakan bahwa ayat ini merupakan ancaman bagi orang yang gemar menebar ucapan buruk. 


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Etika berikutnya adalah tidak menebar informasi palsu. Pesan-pesan dakwah sudah seharusnya merupakan informasi yang valid. Jangan sampai karena berisi informasi palsu, akhirnya dakwah yang seharusnya mencerahkan publik justru menyesatkan banyak orang. Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an sudah meawanti-wanti untuk menjaga kebenaran informasi sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 6:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ  


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”


Ayat ini menegaskan kepada kita untuk tidak gampang dalam menerima informasi, karena jika tidak mengecek benar atau tidaknya, khawatir termakan berita hoax. Demikian juga dalam berdakwah di media sosial. Materi dakwah kita akan menjadi konsumsi publik. Jika mengandung informasi bohong, bisa berbahaya jika masyarakat percaya begitu saja.


Etika berikutnya adalah berbicara sesuai dengan ruang publik yang kita tuju. Jangan sampai kita salah sasaran dan salah ruang. Bisa jadi, materi yang kita sampaikan terdengar normal di kelompok tertentu, tapi tidak layak jika didengar oleh kelompok lain. Oleh karena itu, dalam berdakwah, kita harus pandai-pandai melihat siapa saja yang akan membaca atau mendengar materi dakwah kita.


Rasulullah SAW sendiri telah bersabda:


خَاطِبُوْا النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ


Artinya: “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mererka masing-masing.” (HR Ad-Dailami).


Hadits ini menegaskan bahwa kondisi setiap orang tidak sama. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai melihat situasi dan kondisi, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Boleh jadi pesan yang kita sampaikan bermanfaat bagi satu kelompok, tapi akan akan menyinggung kelompok lain jika disampaikan pada ruang yang bukan semsetinya.


Dikatakan dalam satu pepatah:


لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ، وَ لَيْسَ كُلُّ مَا يُعْلَمُ يُقَالُ


Artinya: “Setiap ruang ada bahasanya sendiri, dan tidak setiap yang diketahui harus disampaikan.”

Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara-cara yang santun dan bijaksana.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  


Ustadz Muhamad Abror, pengajar Mahad Aly Pesantren AS-Shiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat.

 

Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI.