Khutbah

Khutbah Jumat: Tiga Sikap Bijaksana Menghadapi Bencana

Rab, 3 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Khutbah Jumat: Tiga Sikap Bijaksana Menghadapi Bencana

Ilustrasi (Getty)

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi beberapa musibah yang melanda negeri kita. Mulai dari gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi (pencairan tanah) yang menyebabkan amblasnya tanah dan meruntuhkan bangunan di atas bumi. Kejadian tersebut membuat kita semua prihatin dan sedih atas musibah yang menimpa terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam. Saudara-saudara kita yang meninggal akibat bencana tersebut mencapai ribuan korban meninggal dunia. Rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum juga mengalami kehancuran. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar halaman 108 meriwayatkan sebuah hadits, yang intinya Nabi Muhammad menganjurkan kita untuk membaca istirja’ ketika terjadi musibah, yaitu kalimat:

إنّاَ لِلهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ 

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. 

Allah menjanjikan bagi orang yang mengucapkan kalimat tarji’ ketika terjadi musibah, akan mendapatkan rahmat dan anugerah dari Allah ﷻ, Allah akan memberikannya pahala dan pengganti yang lebih baik. Aamiin. 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Terkait musibah gempa bumi, Nabi dalam Riwayat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, juz I halaman 221 bersabda:

حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ شَهْرٍ، قَالَ: زُلْزِلَتِ الْمَدِينَةُ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكُمْ يَسْتَعْتِبُكُمْ فَأَعْتِبُوهُ

“Diceritakan dari Hafs, dari Laits dari Syahr, beliau menyatakan: Kota Madinah pernah mengalami goncangan di masa Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ﷻ mengingatkan kalian, maka ingatlah pada Allah ﷻ’.”

Gempa bumi juga terjadi di masa Sayyidina Umar bin Khattab radliyallâhu ‘anh. Dalam kitab Istidzkar, juz II, halaman 418 dikisahkan:

رواه بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ صَفِيَّةَ قَالَتْ زُلْزِلَتِ الْمَدِينَةُ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ حَتَّى اصْطَكَّتِ السُّورُ فَقَامَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ مَا أَسْرَعَ مَا أَحْدَثْتُمْ وَاللَّهِ لَئِنْ عَادَتْ لَأَخْرُجَنَّ مِنْ بَيْنِ أَظْهُرِكُمْ

“Madinah pernah terjadi gempa di masa Umar radliyallâhu ‘anh hingga pagar bergerak, kemudian Umar berdiri dan memuji kepada Allah ﷻ. Kemudian Umar berkata, ‘Betapa cepatnya apa yang telah kalian perbuat, demi Allah jika gempa terjadi lagi, maka saya akan keluar dari sisi kalian’.”

Dalam menganalisis masalah terjadinya gempa bumi, Sayyidah ‘Aisyah sebagaimana dikutip Imam Hakim dalam kitab Al-Mustadrak ‘ala Shahihain lil Hakim, juz IV, halaman 561, pernah memberikan penjelasan tentang gempa bumi:

أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُؤَمَّلِ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الشَّعْرَانِيُّ، ثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ، ثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْجَهْمِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَرَجُلٌ مَعَهَا، فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ حَدِّثِينَا حَدِيثًا عَنِ الزَّلْزَلَةِ، فَأَعْرَضَتْ عَنْهُ بِوَجْهِهَا، قَالَ أَنَسٌ: فَقُلْتُ لَهَا: حَدِّثِينَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ عَنِ الزَّلْزَلَةِ، فَقَالَتْ: «يَا أَنَسُ إِنْ حَدَّثْتُكَ عَنْهَا عِشْتَ حَزِينًا، وَبُعِثْتَ حِينَ تُبْعَثُ وَذَلِكَ الْحُزْنُ فِي قَلْبِكَ» فَقُلْتُ: يَا أُمَّاهُ حَدِّثِينَا، فَقَالَتْ: " إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا خَلَعْتَ ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِ زَوْجِهَا هَتَكَتْ مَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ حِجَابٍ، وَإِنْ تَطَيَّبَتْ لِغَيْرِ زَوْجِهَا كَانَ عَلَيْهَا نَارًا وَشَنَارًا، فَإِذَا اسْتَحَلُّوا الزِّنَا وَشَرِبُوا الْخُمُورَ بَعْدَ هَذَا وَضَرَبُوا الْمَعَازِفَ غَارَ اللَّهُ فِي سَمَائِهِ، فَقَالَ لِلْأَرْضِ: تَزَلْزَلِي بِهِمْ، فَإِنْ تَابُوا وَنَزَعُوا وَإِلَّا هَدَمَهَا عَلَيْهِمْ " فَقَالَ أَنَسٌ: عُقُوبَةٌ لَهُمْ؟ قَالَتْ: «رَحْمَةٌ وَبَرَكَةٌ وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ، وَنَكَالًا وَسَخْطَةً وَعَذَابًا لِلْكَافِرِينَ» قَالَ أَنَسٌ: " فَمَا سَمِعْتُ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا أَنَا أَشَدُّ بِهِ فَرَحًا مِنِّي بِهَذَا الْحَدِيثِ، بَلْ أَعِيشُ فَرِحًا وَأُبْعَثَ حِينَ أُبْعَثُ وَذَلِكَ الْفَرَحُ فِي قَلْبِي - أَوْ قَالَ: فِي نَفْسِي - «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، وَلَمْ يُخْرِجَاهُ» 

Inti dan kesimpulan dari hadits di atas adalah ketika masyarakat telah menghalalkan zina, meminum minuman keras, Allah akan memerintahkan bumi untuk gempa, jika mereka bertobat, gempa akan berhenti. Namun jika mereka tidak bertobat, maka gempa akan menghancurkan dan meluluhlantakkan mereka. Anas bertanya: apakah ini hukuman, wahai ummul mukminin? Ini adalah rahmat, berkah, dan nasehat pelajaran bagi orang mukmin, dan azab bagi orang kafir. 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Bagaimana langkah yang bijaksana dalam menyikapi bencana dan musibah yang menimpa saudara kita? Pertama, sebagai sesama saudara sebangsa dan setanah air, kita harus saling membantu sesuai dengan kemampuan kita. Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, juz IV, halaman 2074 meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi Muhammad ﷺ:

 قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa membantu orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya (HR. Muslim)

Jika kita mampu untuk memberikan bantuan harta benda, kita sisihkan sebagian harta benda untuk mereka melalui instansi yang terpercaya, seperti LAZISNU, Baznas, PMI, dan lembaga penyalur bantuan lain yang kredibel. Jika kita mampu dengan tenaga dan keterampilan, kita berikan kemampuan kita dengan menjadi relawan di tempat bencana. Jika kita tidak memiliki harta maupun tenaga, kita berikan doa untuk mereka agar mereka diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian dari Allah ﷻ. Kita bayangkan bagaimana kalau seandainya kita atau keluarga kita yang menjadi korban bencana, kita minimal berempati dan berduka atas kejadian yang menimpa saudara kita. Karena itu, mari kita bantu mereka sesuai dengan kemampuan kita. Ingat, lebih baik kita membantu daripada dibantu, lebih baik kita memberi daripada diberi, dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Allah akan memudahkan segala urusan kita selama kita meringankan beban saudara kita yang membutuhkan.  

Kedua, sabar. Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Farid dalam kitab Tazkiyatun Nufûs, juz I, halaman 79:

الصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا

“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan sesamanya.” Jadi, sabar tidak hanya di bibir, namun juga di hati dan anggota badan.

Ketiga, dalam menyikapi terjadinya musibah gempa bumi, kita harus ridha dengan ketentuan Allah ﷻ. Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah, juz II, halaman 1338 meriwayatkan hadits:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, ketika Allâh mencintai suatu kaum, Allah akan mengujinya. Siapa yang ridha, ia akan mendapatkan ridlo Allah ﷻ. Siapa yang membencinya, ia akan mendapatkan kemurkaan Allah ﷻ 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Bagaimana cara menghentikan musibah gempa bumi? Sebagai manusia biasa, kita harus introspeksi diri dan evaluasi diri untuk segera bertobat dari segala dosa dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ. Karena bencana alam adalah peringatan Allah bagi kita semua, peringatan untuk meningkatkan ketaqwaan, peringatan untuk meninggalkan dosa, dan peringatan agar kita bertobat kepada Allah ﷻ. Jika sekiranya kita beriman dan bertakwa, pastilah Allah akan melimpahkan kepada kita berkah dari langit dan bumi, karena itu mari kita mulai dari diri kita, keluarga, tetangga, dan jamaah kita, mulai dari yang paling mudah, dan mulai dari sekarang untuk meningkatkan ibadah kepada Allah ﷻ.

Semoga saudara-saudara kita di Lombok, Palu, dan Donggala, diberi kesabaran, ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam menghadapi semuanya. Semoga gempa yang terjadi di Donggala dan Palu menjadi bencana yang terakhir yang terjadi di negeri kita, Indonesia. Ya Allah jadikanlah negeri ini menjadi Negara yang aman dan selamat dari segala musibah, negara yang tentram, makmur, dan selalu mendapatkan perlindunganmu ya Allah. Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amîn ya rabbal ‘alamin.
  
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Dr. Rustam Ibrahim, Dosen UNU Surakarta, Wakil Katib Syuriah PCNU Boyolali