Amnesty: Wacana Darurat Militer Sama Saja Tempatkan Rakyat sebagai Musuh
NU Online ยท Selasa, 2 September 2025 | 18:30 WIB
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dengan tegas menolak wacana pemberlakuan status darurat milter.
Menurutnya, penurunan militer dalam menghadapi kebebasan berpendapat hanya akan memperparah konflik dan menciptakan ketakutan di tengah masyarakat.
โMelibatkan militer di luar urusan pertahanan atas nama Keamanan Nasional untuk turun menangani ekspresi kebebasan berpendapat akan menempatkan rakyat sebagai musuh,โ katanya kepada NU Online pada Selasa (2/9/2025).
โWacana kebijakan maupun upaya-upaya meningkatkan eskalasi keamanan negara melalui pemberlakuan status darurat apa pun, baik sipil maupun militer sangat tidak tepat dan tidak diperlukan. Karena status ini hanya akan memperburuk keadaan,โ tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa pembatasan ruang gerak masyarakat dalam situasi darurat bisa berdampak langsung pada kehidupan ekonomi rakyat kecil, terutama mereka yang menggantungkan penghasilan harian seperti pengemudi ojek online, buruh pabrik, dan para pekerja sektor informal lainnya.
โPemberlakuan ini juga berdampak pada kebijakan yang membenarkan pelibatan militer dalam tata kelola keamanan dalam negeri. Padahal itu tugas kepolisian dan perangkat hukum lainnya,โ ujarnya.
Usman mendesak pemerintah tetap menjunjung sistem pemerintahan sipil dan supremasi hukum, serta menempatkan militer dalam kerangka tugas konstitusionalnya.
โOleh sebab itu, kami menolak pemberlakuan keadaan darurat atas nama ancaman keamanan nasional dan pelibatan militer serta mendesak negara tetap menjalankan pemerintahan sipil, peradilan umum dan meletakkan militer dalam fungsi konstitusional, yaitu sebagai alat negara dalam melaksanakan kebijakan strategis pertahanan,โ jelasnya.

Ketua PBNU H Mohamadย Syafi' Alielhaย (Savic Ali) menyatakan bahwa wacana pemberlakuan darurat militer di tengah gelombang demonstrasi saat ini sangat tidak tepat dan cenderung berlebihan.
Savic menilai, kondisi keamanan belum mencapai titik yang membahayakan sehingga tidak ada alasan kuat untuk memberlakukan langkah ekstrem tersebut.
Ia juga menilai bahwa unjuk rasa yang terjadi selama ini masih berlangsung dalam skala simbolik dan belum mengganggu stabilitas negara secara luas.
Menurutnya, bentuk kemarahan publik lebih banyak terlihat di titik-titik seperti kantor polisi dan gedung DPRD.
โSaya kira masih jauh. Mungkin ada sejumlah teman, sejumlah pihak yang terlalu mengkhawatirkan, tapi saya tidak yakin ada prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi dan situasinya saya kira masih jauh,โ ujarnya kepada NU Online pada Selasa (2/9/2025).
Terpopuler
1
Instruksi Kapolri soal Tembak di Tempat Dinilai Berbahaya, Negara Harus Lakukan Evaluasi
2
Haul Ke-44 KH Abdul Hamid Pasuruan, Ini Rangkaian Acaranya
3
Gusdurian Desak Kapolri Mundur usai Marak Kekerasan Aparat
4
Prabowo Batalkan Kunjungan ke Tiongkok, Pilih Fokus Tangani Situasi Dalam Negeri
5
Koalisi Masyarakat Sipil Nilai Pidato Prabowo Tak Singgung Ketidakadilan Sosial dan Kebrutalan Aparat
6
Prabowo Instruksikan TNI-Polri Tak Ragu Ambil Langkah Tegas saat Hadapi Kerusuhan
Terkini
Lihat Semua