Nasional

LPBINU Ungkap Cara Mengelola Limbah Kurban agar Ramah Lingkungan

NU Online  ·  Kamis, 5 Juni 2025 | 22:00 WIB

LPBINU Ungkap Cara Mengelola Limbah Kurban agar Ramah Lingkungan

Ilustrasi hewan kurban kambing. (Foto: dok. NU Online Jakarta)

Jakarta, NU Online

Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) PBNU Yani Rahman Yuliansyah mengungkap dua cara berkurban secara ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah kurban sehingga dapat memberikan manfaat positif bagi alam.


Yani menyampaikan bahwa limbah kurban termasuk dalam kategori sampah organik, seperti isi perut, usus, empedu, kotoran, dan darah hewan. Jika tidak dikelola dengan benar, limbah ini bisa berpotensi mencemari lingkungan, terutama dari sisi bau dan sanitasi.


Pertama, penguburan dalam tanah. Ia menyampaikan bahwa cara yang pertama dapat dilakukan dengan mengubur limbah kurban ke dalam tanah.


“Sampah organik seperti isi perut, usus, empedu, kotoran, darah, dan lain sebagainya itu bisa dikubur di dalam tanah,” ujar Yani saat dihubungi NU Online pada Kamis (5/6/2025) bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.


Yani mengatakan bahwa proses ini dilakukan dengan menggali lubang sedalam kurang Lebih satu meter. Kemudian limbah dimasukkan ke dalam lubang, ditaburi kapur untuk mengurangi bau, dan mempercepat proses pembusukan, lalu ditutup kembali dengan tanah.


Ia menyampaikan apabila jumlah hewan kurban cukup banyak, maka dibutuhkan lebih dari satu lubang. Ukuran lubang pun bisa lebih dalam dan lebarnya dapat menyesuaikan volume limbah yang dihasilkan.


Kedua, pembuatan kompos melalui komposter. Yani menyampaikan bahwa limbah kurban dapat diolah menjadi kompos dengan metode komposter.


“Komposter itu semacam tabung yang diletakkan di bawah tanah dan digunakan untuk mengurai sampah organik, termasuk limbah atau kotoran hewan kurban,” katanya.


Ia menjelaskan bahwa dalam proses ini, limbah organik dicampur dengan bahan lainnya yakni serbuk gergaji atau daun-daun kering. Campuran ini kemudian dibiarkan membusuk dalam tabung komposter.


Setelah proses penguraian selesai, hasil akhirnya yang berupa pupuk kompos dapat dipanen dengan kandungan nutrientnya sangat bagus untuk tanaman.


“Hasil pupuk komposnya bisa digunakan oleh masyarakat sekitar tempat penyembelihan,” ujar Direktur Bank Sampah Nusantara (BSN) itu.


Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dalam pelaksanaan ibadah kurban.


“Mari kepada seluruh masyarakat untuk peduli menjaga lingkungan saat momentum kurban,” katanya.


Ia mengingatkan agar masyarakat tidak membuang limbah kurban ke dalam aliran sungai karena dapat mencemari air yang masih digunakan oleh warga sekitar untuk aktifitas sehari-hari.


“Beberapa daerah aliran sungainya masih digunakan untuk minum, kalau dikotori dengan limbah kurban, kasihan air minumnya jadi tercemar,” ucap Yani.