Jatuh Cinta pada Al-Qur’an melalui Buku The Qur’anything
NU Online · Selasa, 10 Juni 2025 | 15:00 WIB
Bushiri
Kolomnis
Di antara gelombang buku tafsir yang lahir dengan gaya akademis dan bahasa tinggi, hadir satu buku yang membumi, mengalir, dan merangkul pembacanya dari berbagai latar belakang. Judulnya sederhana, tapi isinya menggetarkan: The Qur’anything. Buku ini bukan sekadar tafsir, tapi ruang ngobrol santai dan reflektif antara pembaca dan Kalam Ilahi.
Penulis buku ini, Lora Muhammad Ismail Al-Ascholy, adalah sosok ulama muda keturunan Syaikhona Kholil Bangkalan yang dikenal aktif menulis dan berdakwah melalui media sosial. Karya ini merupakan kelanjutan dari kegemarannya menulis tafsir singkat melalui Instagram, dan kini dikemas dalam bentuk buku untuk menjangkau pembaca yang lebih luas. Tidak heran jika gaya penulisannya begitu cair dan komunikatif, tanpa kehilangan kedalaman makna.
Cuplikan Isi Buku
Buku The Qur’anything menyajikan tafsir tematik dan kontekstual atas sepuluh surat pendek yang sangat akrab dalam keseharian umat Islam, mulai dari Al-Fatihah, Triqul (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas), hingga Al-‘Alaq dan Al-Qadr. Namun, jangan bayangkan tafsir ini seperti kitab klasik yang penuh istilah teknis. Sebaliknya, buku ini dikemas dengan gaya bahasa yang renyah, naratif, dan penuh analogi yang relevan dengan kehidupan anak muda masa kini.
Ambil contoh dalam pembahasan surat Al-Fatihah, khususnya pada ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Pada bagian ini, Lora Ismail tidak hanya menjelaskan arti ayat itu secara literal, tetapi mengajak pembaca masuk ke dalam perenungan eksistensial: Menyembah terlebih dulu, baru kemudian minta. Beliau menulis:
“Ibadah dulu, baru doa. Ngabdi dulu baru memohon. Masak nggak pernah nyembah tiba-tiba mnita tolong, emangnya kamu partnernya Tuhan?“ (Ismail Al-Ascholy, The Qur’anything, [Bangkalan, Tiemas: 2025], halaman 22)
Dalam menafsirkan Surat Al-Ikhlas juga misalnya, Lora Ismail menjelaskan dua kata ahad yang memiliki makna berbeda, kata ahad yang pertama bermakna Tuhan (khaliq) dan kata ahad yang kedua bermakna makhluk. Dengan mengutip KH. Maimoen Zubair, penulis buku mengajak pembaca merenungi bahwa dunia ini hanya terdiri dari dua hal, yaitu Tuhan dan hamba. Tak ada ruang untuk "manusia setengah Tuhan".
“Di alam raya ini hanya ada dua hal, kalau tidak Khaliq pasti Makhluq. [...] Tapi manusia mulai menambahkan hal yang ketiga, yaitu semi-tuhan, manusia setengah dewa, manusia yang selalu memaksakan kehendak, keinginan harus selalu tercapai, layaknya tuhan, padahal ia hamba.” (The Qur’anything, halaman 55)
Tafsir ini menggugat mentalitas manusia modern yang merasa paling benar, paling kuat, dan paling berkuasa. Tafsir yang sangat dibutuhkan di zaman di mana ego sering menggantikan ketundukan.
Satu lagi contoh menawan adalah tafsir Surat Al-Kautsar. Lora Ismail mengajak kita melihat surat ini bukan hanya sebagai surat pendek, tapi sebagai surat penuh cinta dari Allah untuk Rasul-Nya yang sedang dirundung kesedihan. Salah satu kutipan paling menyentuh berbunyi:
“Inilah kautsar. Inilah perasaan Nabi yang sangat serius pedulinya terhadap orang lain. padahal, beliau sedang dicaci, sedang dihina. Dalam keadaan seperti itu pun, hati beliau tetap merupakan hati yang menginginkan kenyamanan bagi orang lain, sehingga Allah beri kabar gembira bahwa beliau kelak punya sebuah telaga kautsar yang siap menampung siapapun yang berada di belakang beliau." (The Qur’anything, halaman 119)
Lora Ismail juga mengulas hubungan antara kata kautsar dan abtar. Saat Nabi saw dihina sebagai “abtar” (terputus keturunan), Allah membalas dengan memberikan kautsar, kebaikan yang melimpah, baik berupa umat, ilmu, hingga telaga di akhirat. Sebuah pelajaran bahwa ketika manusia meremehkan, Allah memuliakan dengan cara-Nya sendiri.
Gaya Bahasa yang Menyentuh
Buku ini ditulis dengan gaya yang segar dan komunikatif. Dalam beberapa bagian, terasa seperti obrolan warung kopi yang serius tapi santai. Penulis tak ragu menyisipkan analogi kekinian: seperti menyebut “Fatihah Lite” dan “Fatihah Premium” untuk membedakan kedalaman tafsir. Ia menyampaikan nilai-nilai yang dalam dalam kemasan yang ringan, bahkan kerap mengundang senyum.
Tak hanya itu, kelebihan utama buku ini adalah mampu mengubah pembaca menjadi penafsir aktif, bukan hanya pembaca pasif. Buku ini seperti sahabat diskusi, bukan guru yang menggurui. Kita diajak berpikir, merasa, bahkan bercermin bukan sekadar diberi penjelasan.
Segmentasi pembaca buku ini jelas diarahkan untuk generasi milenial dan Gen Z yang cenderung ingin pemahaman yang aplikatif, tidak berbelit-belit, dan penuh inspirasi kehidupan. Meski demikian, nilai keilmuan dalam buku ini tetap terjaga dengan kutipan dari para mufassir klasik seperti Imam Al-Qurthubi, Imam Ar-Razi, Ibnu Ashur, hingga dawuh KH. Maimoen Zubair yang mewarnai setiap bahasan.
The Qur’anything adalah contoh ideal tafsir modern yang tidak meninggalkan akar klasik. Gaya penulisan Lora Ismail yang komunikatif membuat setiap ayat terasa hidup dan menyentuh langsung ke relung jiwa. Buku ini tak hanya membuka wawasan intelektual, tapi juga membangkitkan rasa cinta, kagum, dan haru terhadap Kalamullah.
Dengan menyelami halaman demi halaman buku ini, pembaca seakan dibimbing untuk jatuh cinta ulang kepada Al-Qur’an, bukan karena keindahan bahasanya semata, tetapi karena kedekatan rasanya dengan hidup kita sehari-hari. Singkatnya, you can speak everything, but you must have Qur’anything.
Judul: The Qur’anything: Sepuluh Surat dari Tuhan
Penulis: Lora Muhammad Ismail Al-Ascholy
Penerbit: TIEMAS (Turast Ilmie Madrasah Al-Ma’arif Syaichona Moh. Cholil)
Cetakan: Pertama, 10 Ramadhan 1446 H (10 Maret 2025)
Bushiri, Pengurus LTN PCNU Bangkalan
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Cerpen: Tirakat yang Gagal
4
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
5
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua