Shalawat/Wirid

Rumus ‘La ra la-Li ri li’ ala Mbah Kiai Nidzom agar Bacaan Shalawat Kita Benar

Ahad, 11 November 2018 | 13:00 WIB

Banyak orang sering membaca shalawat dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi tidak setiap orang mengerti gramatika bahasa Arab sehingga sebagian dari mereka terkadang bingung atau salah dalam mengucapkan shalawat. Letak kesalahannya adalah tidak konsisten dalam mengucapkan harakat atau bunyi di antara ketiga ‘ain fi’il pada fi’il-fi’il di dalam shalawat itu. Mbah Kiai Nidzom Abdul Mannan, memberikan petunjuk sederhana untuk mengatasi kebingungan atau kesalahan itu dengan rumus “la ra la-li ri li” sebagaimana uraian berikut.

Dalam bacaan shalawat terdapat tiga fi’il (kata kerja). Masing-masing ‘ain fi’il (suku kata kedua) pada ketiga fi’il itu harus dibaca sama atau sesuai dan konsisten dengan bentuk fi’il-nya, apakah madhi (past tense) ataukah amar (imperative). Shalawat yang menggunakan fi’il madhi, bacaannya adalah sebagai berikut:

صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ بَارَكَ وَ سَلَّمَ وَ

“Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bâraka wa sallama.”

Dalam bacaan tersebut terdapat 3 fi’il madhi, yakni: صَلَّى (shalla), بَارَكَ (bâraka) dan سَلَّمَ (sallama). Jika dicermati terdapat kesamaan dan konsistensi antara bentuk-bentuk fi’il dan harakat pada ‘ain fi’il-nya pada ketiga kata kerja dalam bacaan tersebut, yakni jika bacaan shalawat menggunakan fi’il madhi صَلَّى (shalla), maka kedua fi’il berikutnya juga harus fi’il madhi, yakni بَارَكَ (bâraka) dan سَلَّمَ (sallama). 

Tetapi jika bacaan shalawat menggunakan fi’il amar صَلِّ (shalli), maka kedua fi’il berikutnya juga harus fi’il amar, yakni بَارِكْ (bârik) dan سَلِّمْ (sallim) sehingga bacaannya menjadi:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ

“Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bârik wa sallim.”

Dalam kenyataan sehari-hari beberapa orang mengucapkan shalawat dengan menggunakan fi’il madhi صَلَّى (shalla), namun pada dua fi’il berikutnya mereka menggunakan fi’il amar بَارِكْ (bârik) dan سَلِّمْ (sallim) sehingga bacannya menjadi:

صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ وَ

“Wa shallâllhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bârik wa sallim.”

Atau sebaliknya, mereka mengucapkan shalawat dengan menggunakan fi’il amar صَلِّ (shalli), namun pada dua fi’il berikutnya mereka menggunakan fi’il madhi بَارَكَ (bâraka) dan سَلَّمَ (sallama) sehingga bacannya menjadi:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَ سَلَّمَ

“Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bâraka wa sallama.”

Tentu saja kedua bacaan terakhir tersebut secara gramatikal salah karena tidak sesuai dengan kaidah athaf dan ma’thuf yang menuntut kesamaan dan konsistensi bentuk-bentuk kata kerja (shighat) dalam bacaan shalawat. Mbah Kiai Nidzom Abdul Mannan memberikan petunjuk berupa rumus yang mudah dipahami dan diingat oleh orang-orang awam yang tidak memiliki latar belakang ilmu Nahwu dan Sharaf yang memadai. Rumus itu adalah “la ra la - li ri li”. 

Secara sederhana, “la ra la - li ri li” dapat dijelaskan bahwa jika bacaan shalawat menggunakan kata kerja صَلَّى (shalla) di mana suku kata kedua berbunyi “la”, maka suku kata kedua pada dua kata kerja berikutnya secara berturut-turut berbunyi “ra” dan “la”. Artinya semuanya menggunakan fathah atau vokal “a”. Dengan kata lain kata صَلَّى (shalla) berpasangan dengan kata بَارَكَ (bâraka) dan kata سَلَّمَ (sallama), sehingga bacaan shalawat yang benar adalah sebagai berikut: 

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ بَارَكَ وَ سَلَّمَ 

“Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bâraka wa sallama.”

Tetapi jika bacaan shalawat menggunakan kata صَلِّ (shalli) dimana suku kedua berbunyi “li”, maka dua kata kerja berikutnya secara berturut-turut memiliki suku kata kedua berbunyi “ri”dan “li”. Artinya semuanya menggunakan kasrah atau vokal ”i”. Dengan kata lain kata صَلِّ (shalli) berpasangan dengan kata بَارِكْ (bârik) dan kata سَلِّمْ (sallim), sehingga bacaan shalawat yang benar adalah sebagai berikut: 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ.

“Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa bârik wa sallim.”

Demikianlah Mbah Kiai Muhammad Nidzom bin Abdul Mannan, salah seorang pengasuh tahfidz Quran Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta, memberikan petunjuk menanggapi kenyataan beberapa orang terkadang bingung atau salah dalam membaca shalawat. Mbah Kiai Nidzom Abdul Mannan wafat pada hari Selasa Wage, 12 Rabiul Awal 1416 H, bertepatan dengan tanggal 8 Agustus 1995. Allahummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu ’anhu waj’alil jannata matswahu. Amin.


Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.