Sirah Nabawiyah

Kisah Nabi Muhammad Berutang kepada Seorang Yahudi

Kam, 27 September 2018 | 12:00 WIB

“Wahai Umar aku ini adalah Rasul Allah. Aku bukan seorang Kaisar dari Romawi dan bukan pula seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku mengutamakan ukhrawi,” kata Nabi Muhammad saw. kepada Umar bin Khattab yang menangis saat melihat rumah Nabi yang begitu sederhana. 

Nabi Muhammad saw. adalah nabi sekaligus rasul terakhir. Ia menjadi pemimpin tertinggi –baik bidang politik pemerintahan maupun bidang agama- dan panutan utama umat Islam. Meski demikian, ia tidak seperti pemimpin-pemimpin dunia lainnya yang hidup mewah bergelimang harta. Nabi Muhammad saw lebih memilih hidup sederhana. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga tidak segan-segan mengerjakan sendiri pekerjaan rumah seperti menambal baju, memerah susu kambing, dan lainnya.

Sangat bisa kalau seandainya Nabi Muhammad saw. hidup bermewah-mewahan. Tapi itu tidak dilakukan. Harta yang dimilikinya selalu digunakan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Misal harta rampasan perang (ghanimah) yang didapat umat Islam. Nabi Muhammad saw. selalu membagi rata ghanimah untuk para sahabatnya yang ikut perang. Tidak pernah mengambil dan menyimpannya untuk kebutuhan diri sendiri.

Keadaan yang begitu sederhana membuat Nabi Muhammad saw. kadang tidak makan seharian –bahkan berhari-hari. Untuk menahan rasa lapar, biasanya ia mengikat batu di perutnya. Apabila perutnya bunyi, Nabi Muhammad saw. mengencangkan tali ikatnya.  

Hingga tiba suatu waktu dimana Nabi Muhammad saw. terpaksa berutang kepada seorang Yahudi Madinah, Zaid bin Sa’nah, untuk sebuah keperluan. Zaid bin Sa’nah bersedia meminjamkan uang kepada Nabi Muhammad saw. Mereka berdua kemudian sepakat bahwa tanggal sekian utang harus dilunasi. Nahasnya, tiga hari sebelum jatuh tempo  Zaid bin Sa’nah sudah menagih pembayaran utang Nabi Muhammad saw dengan kata-kata kasar dan penuh serapah. 

“Hai Muhammad, mengapa engkau tidak membayar utangmu?” kata Zaid bin Sa’nah kepada Nabi Muhammad saw. dengan nada tinggi sebagaimana tertera dalam buku Muhammad: Nabi untuk Semua.

Saat Zaid bin Sa’nah melabrak Nabi Muhammad saw., ada Umar bin Khattab di sampingnya. Mendengar hal itu, Umar bin Khattab yang dikenal keras dan tegas memarahi kembali Zaid bin Sa’nah. Ketika Umar hendak memukul Zaid bin Sa’nah, Nabi Muhammad saw. melerainya. Nabi Muhammad saw. lalu meminta Umar untuk menasihatinya dan  Zaid bin Sa’nah.

“Katakan padaku (Nabi Muhammad saw.) untuk membayar utang dengan benar dan katakan kepadanya (Zaid bin Sa’nah) untuk menagih utang dengan cara yang lebih baik,” kata Nabi Muhammad saw.

Kemudian Nabi Muhammad saw. memerintahkan Umar untuk membayar Zaid bin Sa’nah –meski belum jatuh tempo. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga menyuruh Umar agar memberi 20 sa’ash (sekitar 40 kilogram) kurma untuk Zaid bin Sa’nah karena telah membuatnya ketakutan. (A Muchlishon Rochmat)