Sirah Nabawiyah

Mereka Menuntut Balas Nabi karena Pernah Disakiti

Sab, 4 November 2017 | 18:38 WIB

Nabi Muhammad adalah manusia, tapi tidak seperti manusia pada umumnya. Ia dijaga Allah dari melakukan perbuatan maksiat dan hal-hal yang dilarang (ma’shum). Nabi juga sangat hati-hati dalam mengeluarkan kata-kata dan melakukan tindakan agar tidak menyakiti orang lain. Meski demikian, ada dua orang sahabatnya yang merasa tersakiti dengan tindakan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad.

Pertama, Usaid bin Hudhair. Usaid adalah anak dari pemimpin kabilah Aus, Hudhair al-Kata’ib. Ia memeluk Islam di tangan Mus’ab bin Umari, sang duta besar Islam di Madinah. Selain berani dan dermawan, Usaid juga dikenal murah senyum dan ramah. 

Suatu ketika, Usaid bersama dengan Nabi Muhammad dan para sahabat lainnya dalam sebuah majelis. Ketika itu, ia menceritakan suatu kisah hingga membuat orang-orang yang ada di majelis Nabi tertawa. Nabi Muhammad kemudian mencolek lambung Usaid. Sang sahabat merasa tersakiti dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad.  

“Lakukan pembalasan setimpal terhadapku,” kata Nabi Muhammad, meminta Usaid membalasnya, seperti dikutip dari buku Hayatush Shahabah (Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandhlawi, 2019).

Namun Usaid tidak langsung membalas Nabi Muhammad. Kata Usaid, dirinya tidak mengenakan gamis ketika Nabi mencolek lambungnya hingga terasa sakit, sementara saat itu Nabi mengenakan gamis. Oleh karena itu, ia meminta Nabi untuk melepaskan gamisnya agar pembalasannya setimpal. 

Nabi menuruti permintaan Usaid. Beliau kemudian mengangkat gamisnya. Melihat kondisi Nabi Muhammad seperti itu, Usaid langsung mendekat dan mengecup bagian samping tubuhnya. “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, inilah yang kuinginkan,” kata Usaid. 

Usaid adalah salah seorang sahabat yang begitu cinta dan setia kepada Nabi Muhammad. Pada saat Perang Uhud, dia terkena tujuh luka dan tetap bersama Nabi Muhammad di saat pasukan Muslim terdesak. Maka tidak mengherankan jika dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad begitu memuji Usaid. Kata Nabi, ‘Sebaik-baik orang laki-laki adalah Usaid bin Hudhair.’

Kedua, Sawad bin Ghaziyah. Sawad adalah salah seorang ahli badar. Sama seperti Usaid, Sawad bin Ghaziyah juga merasa tersakiti dengan apa yang pernah dilakukan Nabi Muhammad kepadanya. Pada saat Perang Badar, Nabi Muhammad menata barisan pasukannya dengan anak panah. Semuanya sudah lurus, kecuali Sawad bin Ghaziyah. Nabi Muhammad kemudian menohok perut Sawad dan menyuruhnya untuk meluruskan diri. 

“Wahai Rasulullah engkau telah menyakitiku, padahal Allah mengutusmu membawa kebenaran dan keadilan,” kata Sawad yang saat itu tidak mengenakan baju. 

Dia kemudian menuntut balas kepada Nabi Muhammad. Agar setimpal, Sawad meminta Nabi melepaskan bajunya. Nabi Muhammad menuruti permintaan Sawad hingga terlihat kulit tubuhnya yang bersih dan putih. Seketika itu, Sawad langsung merangkul dan mengecup perut Nabi Muhammad. 

Nabi Muhammad bertanya-tanya mengapa Sawad melakukan itu. Bukankah dia seharusnya memukul tubuhnya, sebagai qishash atas apa yang telah dilakukannya terhadap Sawad pada saat Perang Badar tersebut. 

“Wahai Rasulullah, telah terjadi apa yang kau lihat. Aku ingin pada akhir hidupku bersamamu, kulitku bisa menyentuh kulitmu,” kata Sawad. Nabi Muhammad lantas mendoakan kebaikan untuk Sawad. 

Riwayat lain menyebutkan bahwa Sawad menuntut balas ketika Nabi Muhammad kembali ke Madinah setelah selesai melaksanakan haji wada di Makkah. Tidak langsung pada saat Perang Badar seketika itu juga. Waallahu ‘Alam. (Muchlishon)