Syariah

Hukum Puasa Muharram Sebulan Penuh

Sab, 22 Juli 2023 | 10:00 WIB

Hukum Puasa Muharram Sebulan Penuh

Ilustrasi: Muharram (NU Online).

Muharram adalah bulan yang memiliki arti penting dalam sejarah Islam. Bulan Muharram dalam hitungan kalender Islam, masuk pada bulan pertama. Di bulan ini, terdapat suatu ibadah yang memiliki nilai yang tinggi, yaitu puasa di Muharram. Puasa di bulan Muharram memiliki banyak faedah dan makna yang dapat memberikan manfaat dari segi spiritual dan sosial bagi seorang Muslim. 

 

Puasa sunnah di bulan Muharram punya keutamaan. Terlebih jika melaksanakan puasa di hari Asyura, karena dapat menghapuskan dosa-dosa di tahun sebelumnya dan juga diberikan pahala yang melimpah dari Allah. Namun, tentu saja dengan dibarengi niat baik untuk tidak mengulangi dosa-dosa tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
 

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).

 

Kemudian yang menjadi pertanyaan, bolehkah orang berpuasa selama sebulan penuh di bulan Muharram, karena ingin mendapatkan keutamaan dan pahala yang besar? Apakah berpuasa sebulan penuh di bulan Muharram mendapatkan pahala?

 

Menurut ulama tidak ada larangan melaksanakan puasa sunnah sebulan penuh di bulan Muharram. Pasalnya, berpuasa di bulan tersebut memang dianjurkan dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim: 
 

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
 

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharam.

 

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma’arif halaman 42 mengatakan, hadits di atas termasuk menjadi dalil diizinkan untuk berpuasa sepanjang bulan Muharram secara keseluruhan (penuh), dan juga dalil diizinkan untuk berpuasa 1 hari dan berbuka di hari lainnya.
 

Selain itu, salah satu hari yang paling utama untuk berpuasa adalah Hari Asyura (tanggal 10 Muharram), karena dalam hari itu terdapat keutamaan (sunah) yang telah ditegakkan oleh Rasulullah saw.
 

وهذا الحديث صريح في أن أفضل ما تطوع به من الصيام بعد رمضان صوم شهر الله المحرم, وقد يحتمل أن يراد: أنه أفضل شهر تطوع بصيامه كاملًا بعد رمضان, فأما بعض التطوع ببعض شهر, فقد يكون أفضل من بعض أيامه, كصيام يوم عرفه, أو عشر ذي الحجة, أو ستة أيام من شوال, ونحو ذلك
 

Artinya: “Dan hadits ini jelas bahwa puasa sunnah yang paling baik setelah Ramadhan adalah puasa bulan Allah di Muharram, dan bisa juga berarti itu adalah bulan yang paling baik untuk berpuasa penuh setelah Ramadhan. Kemungkinan arti dari hadis tersebut mengandung makna bahwa puasa sunnah yang dilakukan secara keseluruhan pada bulan Muharram (puasa sebulan penuh) dapat menjadi yang terbaik di antara puasa sunnah setelah Ramadan. Sementara itu, ada beberapa puasa sunnah lain yang bisa dilakukan selama beberapa hari tertentu dalam bulan lain yang juga memiliki keutamaan, seperti puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, 6 hari pada bulan Syawal, atau puasa pada tanggal 9 Zulhijjah. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma’arif [Beirut, Dar Ibnu Katsir, 1997], halaman 42.

 

Sementara itu dalam kitab Kasyaful Qina’ yang ditulis oleh Manshur bin Yunus Al-Buhuti Al-Hanbali bahwa puasa pada bulan Muharram disunnahkan dan merupakan salah satu puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Pun seseorang diperkenan untuk melaksanakan puasa sebanyak sebulan penuh, tidak ada larangan dalam melaksanakan perbuatan tersebut, karena di bulan ini Nabi senantiasa memperbanyak puasa. 
 

والمراد أفضل شهر تطوع فيه كاملًا بعد رمضان شهر الله الحرام؛ لأن بعض التطوع قد يكون أفضل من أيامه كعرفة, وعشر ذي الحجة, فالتطوع المطلق أفضله المحرم, كما أن أفضل الصلاة بعد المكتوبة قيام الليل
 

Artinya, “Yang dimaksud adalah puasa sunnah yang paling utama pada bulan Muharram adalah puasa menyeluruh [penuh] setelah berpuasa di bulan Ramadan, bulan Allah yang diharamkan. Karena beberapa puasa sunnah bisa lebih utama daripada hari-hari tertentu, seperti hari Arafah dan 10 Dzulhijjah, maka sunnah, maka puasa sunnah mutlak yang paling afdhal adalah puasa Muharram, sebagaimana yang shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib ialah shalat tahajjud (qiyamul lail). (Manshur Al-Buhuti; Kassyāful Qināʻ ʻan Matnil Iqnāʻ, [Libanon, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1997], halaman, 338

 

Dengan demikian seyogianya umat Islam untuk berpuasa dengan tekun pada bulan Muharram . pasalnya ini merupakan bentuk ibadah tathawwu' atau puasa sunnah, yang merupakan puasa terbaik setelah puasa pada bulan Ramadan. Pun diperkenankan syariat untuk melaksanakan puasa selama sebulan penuh jika memiliki kemampuan fisik, dan tidak ada kendala dari segi kesehatan. Wallahu a’lam.

 

Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Islam, Tinggal di Ciputat