Syariah

Meneladani Adab Ulama Terdahulu pada Gurunya 

Sel, 15 Agustus 2023 | 19:00 WIB

Meneladani Adab Ulama Terdahulu pada Gurunya 

Kisah-kisah Adab Ulama Terdahulu pada Gurunya . (Foto: NU Online/Freepik)

Salah satu penyebab keberhasilan seorang pelajar, baik santri ataupun bukan, adalah bagaimana mereka menghormati dan memuliakan gurunya. Mereka yang menjaga tingkah laku dan bertindak sopan bersama gurunya akan menuai kesuksesan dalam mencari ilmu serta akan mendapatkan keberkahan ilmu. Sebaliknya orang-orang yang tidak mengindahkan hal itu akan terhalang oleh keberkahan ilmu.


Memuliakan dan menghormati guru memiliki peran penting di balik kesuksesan seorang santri. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Burhanuddin az-Zarnuji (wafat 591 H), dalam salah satu karyanya bahwa seorang pelajar tidak pernah mendapatkan ilmu jika tidak memuliakan ilmu dan orang yang berilmu,


اِعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لاَ يَنَالُ الْعِلْمَ وَلاَ يَنْتَفِعُ بِهِ اِلَّا بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيْمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ. قِيْلَ مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ اِلَّا بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ اِلاَّ بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ


Artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya seorang pelajar tidak akan bisa mendapatkan ilmu dan manfaat ilmu kecuali dengan menghormati ilmu dan orang yang berilmu, memuliakan guru dan menghormatinya. Dikatakan, tidak sukses orang yang telah sukses kecuali dengan hormat, dan tidak gagal orang yang gagal kecuali disebabkan tidak hormat.” (Imam az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum, [Daru Ibn Katsir: 2014], halaman 55).


Penjelasan az-Zarnuji ini selayaknya perlu untuk direnungkan kembali di era saat ini di mana seorang pelajar tidak mengindahkan penghormatan kepada guru-gurunya. Bahkan tidak sedikit yang berani melawan kepada gurunya sehingga ia kesulitan untuk mendapatkan ilmu dan manfaatnya. Nah, berikut ini adab-adab seorang pelajar kepada gurunya yang perlu diketahui, dengan harapan semoga kejadian tidak menghormat dan bahkan melawan kepada gurunya tidak terulang kembali.


Adab Pelajar kepada Gurunya

Menurut Imam az-Zarnuji, ada banyak sekali adab seorang pelajar kepada guru-gurunya di antaranya adalah tidak pernah lewat di depan gurunya kecuali memang tidak ada lagi jalan yang bisa dilewati, tidak duduk di tempat yang ditempati gurunya, tidak berkata kepada gurunya kecuali atas izin darinya, tidak memperbanyak perkataan jika mendapatkan izin darinya, tidak bertanya apa pun ketika gurunya sedang jemu, memilih waktu yang tepat jika hendak berkata atau bertamu pada gurunya, dan tidak mengetuk pintu rumahnya, namun bersabar sampai gurunya keluar untuk menemuinya.


Dari semua adab-adab tersebut, pada intinya menurut Imam az-Zarnuji adalah seorang pelajar dituntut untuk bertindak dan bertingkah yang disenangi dan diridhai oleh gurunya. Semua perbuatan yang bisa membuat gurunya ridha harus selalu diusahakan kecuali maksiat. Ini karena kita tidak boleh taat dalam hal kemaksiatan. Selain itu tentunya, seorang pelajar juga harus menghindari setiap perbuatan-perbuatan yang bisa membuat guru marah.


Itulah adab-adab penting seorang pelajar kepada gurunya. Nah, berikut ini akan penulis suguhkan bagaimana penghormatan atau adab seorang ulama-ulama tersohor pada zaman dahulu kepada guru-guru mereka.


Adab Ulama Terdahulu pada Gurunya

Imam Fakhruddin al-Arsabandi merupakan salah satu ulama tersohor pada masanya, ia merupakan pimpinan dan panutan para ulama di kota Marwa, pemimpin dan presiden yang ada di kota tersebut semuanya tunduk dan hormat kepadanya. Ketika ditanya oleh murid-muridnya perihal capaian yang istimewa itu, ia menjawab bahwa semuanya disebabkan sikap hormat kepada gurunya. Ternyata ia merupakan pelayan gurunya (Imam Abu Zaid ad-Dabusi). Ia pun memasakkan masakan kepadanya tanpa memakan sedikit pun darinya,


اني كنت أخدم أستاذي الامام أبا زيد الدبوسي، وكنت أخدمه طعامه ولا أكل منه شيئا


Artinya, “Sesungguhnya aku selalu melayani guruku Imam Abu Zaid ad-Dabusi, aku menjadi tukang masak makanannya, dan aku tidak pernah turut memakannya sedikit pun.


Selain Imam Fakhruddin al-Arsabandi tersebut, kisah luar biasa di balik adab seorang murid kepada gurunya adalah sebagaimana dikisahkan oleh Syaikhul Islam Burhanuddin, salah satu ulama tersohor mazhab Hanafi. Kisah ini adalah tentang seorang murid yang tidak hanya menghormati gurunya, bahkan anak-anak gurunya pun juga sangat ia hormati.


Dikisahkan, bahwa suatu saat terdapat pengajian umum yang dihadiri oleh banyak orang. Di tengah-tengah pengajian tersebut, terdapat seorang ulama hebat yang berdiri. Kemudian ketika ditanya perihal alasan berdirinya tersebut, ia menjawab, “Saya berdiri karena ada anak guruku yang sedang bermain di jalan, ketika aku melihatnya aku langsung berdiri, karena menghormati guruku (orang tua anak kecil tersebut).” (Imam az-Zarnuji, 56).


Selain kisah-kisah ini, di Indonesia juga terdapat banyak ulama tersohor yang sangat memuliakan gurunya hingga menjadikan dirinya santri yang sangat hebat dan sukses dalam menuntut ilmu, salah satunya adalah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan.


Dikisahkan bahwa selama nyantri di Sidogiri, sikap rendah hati dan penghormatan kepada guru-gurunya sangat tampak dari perilaku kesehariannya. Hal itu sangat terlihat ketika akan memasuki kompleks pesantren, Syaikhona Kholil senantiasa melepas terompah (sandal)nya karena tawadhu’ kepada penghuni kubur yang berada di samping kompleks masjid Sidogiri.


Beberapa kisah-kisah luar biasa perihal adab seorang murid kepada guru-gurunya tersebut menjadi pengingat bagi kita semua perihal pentingnya menghormati guru. Para ulama terdahulu sukses dalam menuntut ilmu karena mereka sangat hormat pada gurunya, tidak pernah melawan apa yang diperintahkan gurunya.


Demikian penjelasan perihal adab-adab seorang murid kepada guru dan kisah-kisah ulama terdahulu dalam menghormati gurunya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.