Syariah

Tahu Rasanya Nikmat dan Siksa Kubur?

Kam, 19 Desember 2013 | 07:29 WIB

Seperti orang hidup, mereka yang telah meninggal dunia pun mengecap kenikmatan sesuatu seperti makan, minum, dan lain-lain kenikmatan di alam kubur. Sambil menunggu habis umur dunia, segalanya terasa nikmat bagi mereka yang berhak. Demikian juga dengan kesengsaraan. Percaya, tidak percaya, kenyataannya demikian.
<>
Keduanya ini yang dinamakan nikmat kubur dan siksa kubur. Kenyataan keduanya wajib diyakini orang Islam. “Dan orang Islam wajib meyakini kedatangan dua malaikat untuk bertanya kepada anak manusia yang meninggal dunia tentang Tuhan, Rasul, dan agamanya,” kata Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan dalam Fathul Jawadil Mannan ala Faidhir Rahman.

“Allah Tuhanku. Muhammad SAW nabiku. Islam agamaku. Ka‘bah kiblatku. Orang-orang beriman saudaraku,” jawab penghuni kubur.

“Istirahatlah layaknya istirahat pengantin. Di mana hanya orang yang paling dikasihinya yang akan membangunkan pengantin,” perintah malaikat.

Selanjutnya, kata Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, kubur orang itu diperluas. Sebuah lorong yang bersambung dengan surga terbuka. Dari sana berdatangan aroma dan aneka nikmat memenuhi kuburnya hingga tiba masa kebangkitan.

Sebaliknya. Kalau penghuni kubur tidak sanggup menjawab dengan benar, maka keduanya akan menyiksa penghuni kubur dengan rupa-rupa siksa. Sebuah lorong yang terhubung dengan neraka terbuka di kuburnya. Dari situlah panas dan radiasi neraka membanjiri kuburnya hingga Kiamat kelak.


Tetapi bagaimana semua keterangan itu dapat dibenarkan sedangkan lima indra manusia sudah mati total? Pertanyaan demikian kerap mengaburkan keyakinan kita akan nikmat dan siksa kubur.

Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan membenarkan bahwa pengalaman yang tengah dilalui penghuni kubur itu memang tidak dirasakan dan dilihat oleh mereka yang masih hidup. Kenyataan itu meski tidak bisa dicapai oleh akal, wajib kita imani. Keterangan berikut semoga dapat membantu.

وقد جعل الله حالة النوم وما يراه النائم فى نومه حجة على العبد، فانه يشاهد النائم ملقى بين يديه، وهو يرى نفسه أنه يأكل ويشرب ويسافر ويتجر ويتزوج إلى غير ذلك، والحاضرون لايحسون بشئ مما يشاهده فكذلك الميت يكون منعما أو معذبا، ولو فتحت القبر لاتشاهد شيئا من ذلك لأن أحوال البرزخ من عالم الملكوت لا اطلاع لأهل الحجاب عليه، نعم قد يطلع الله بعض أرباب البصائر على شىئ من ذلك  

“Allah telah menjelaskan hujjah-Nya pada keadaan dan pengalaman orang tidur. Ia menyaksikan segala sesuatu di hadapannya. Ia melihat dirinya sedang makan, minum, berpergian, berdagang, bersetubuh dan lain aktivitas. Semua tindakan yang dialami orang tidur itu tidak bisa dialami mereka yang terjaga.”

Demikian orang tidur, demikian pula penghuni kubur dalam merasakan nikmat atau siksa kubur. Kalau kuburnya dibongkar, lanjut Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, tentu saja tidak terlihat apapun. Karena, alam barzakh (kubur) itu bagian dari alam malakut (gaib). Mereka yang terhijab tentu tidak bisa menembus pemandangan demikian. Tetapi tentu saja Allah membuka hijab sebagian hamba-Nya yang memiliki mata batin untuk menyaksikan keadaan orang meninggal di alam kubur. Wallahu A‘lam.


Penulis: Alhafiz Kurniawan