Tafsir

Partai Setan dalam Tafsir Al-Quran

Sab, 21 April 2018 | 11:30 WIB

Partai setan belakangan ini muncul dalam frasa politik di Indonesia. Partai setan diungkapkan untuk menyebut sejumlah partai tertentu yang menjadi lawan politik si pengucap. Istilah ini dikutip begitu saja dari Al-Quran untuk kepentingan politik praktis. sebenarnya, istilah ini dalam Al-Quran ditujukan ke siapa? Beberapa tafsir yang dikutip berikut ini akan menjelaskan.

Istilah partai setan dalam Al-Quran dapat ditemukan pada Surat Al-Mujadalah ayat 19. Partai setan diterjemahkan dari frasa “hizbus syaithan”, padanan frasa yang sejatinya bisa diterjemahkan apa saja selain partai. Tetapi terjemahan sendiri dapat dilakukan dengan motif politik tertentu sesuai kepentingannya. Kata “hizbus syaithan” bisa diterjemahkan kelompok setan, golongan setan, pengikut setan, teman setan, partai setan, dan seterusnya.

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita kutip secara lengkap Surat Al-Mujadalah ayat 14-19 berikut ini:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (14) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (15) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (16) لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (17) يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ (18) اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ (19)

Artinya, “Apakah tidak kau perhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan sekelompok kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari kamu dan bukan dari mereka. mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka menyadarinya (14). Allah telah menyediakan azab yang keras untuk mereka. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan (15). Mereka menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menhalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Bagi mereka azab yang menghinakan (16). Harta dan anak mereka tidak berguna sedikitpun dari siksa Allah. Mereka penghuni neraka dan kekal di dalamnya (17). Ingatlah pada hari di mana Allah membangkitkan mereka semua, lalu mereka bersumpah kepada-Nya sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu. Ketahuilah, mereka adalah orang-orang pendusta (18). Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa untuk mengingat Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, golongan setan itu golongan yang rugi (19).”

Konteks ayat ini membicarakan posisi orang munafik di zaman Rasulullah SAW yang menyatakan keislaman mereka secara lahiriah tetapi menyembunyikan kekufuran terhadap semua ajaran Islam.

Sekelompok orang munafik ini suka membawa perbincangan umat Islam ke forum komunitas sekelompok Yahudi Madinah. Tetapi setelah ketahuan telah membocorkan perbincangan, kelompok munafik ini bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak melakukannya sebagai keterangan dalam At-Tafsirul Wajiz berikut ini:

ألم تنظر أيها النبي وتتعجب من المنافقين الذين والوا ووادوا قوما من اليهود سخط الله عليهم ما هم منكم أيها مؤمنون ولا من اليهود بل هم مذبذبون بين الفريقين ويحلفون على الكذب وهو ادعاء الإسلام وكونهم من المؤمنين وهم يعلمون أنهم كاذبون في المحلوف عليه. قال مقاتل والسدي بلغنا أن هذه الآية نزلت في عبد الله بن نبتل المنافق كان يجالس النبي صلى الله عليه وسلم ثم يرفع حديثه إلى اليهود فعاتبه الرسول فحلف بالله ما فعل ذلك فأنزل الله هذه الآية

Artinya, “Wahai Nabi, apakah kau tidak memperhatikan orang-orang munafik dan tidak heran dengan mereka yang menjadikan sekelompok Yahudi yang dimurkai oleh Allah sebagai teman dekat dan kekasih mereka? Orang munafik itu bukan bagian dari kelompok kalian wahai orang yang beriman dan bukan dari sekelompok Yahudi itu. Mereka adalah kelompok yang bimbang di antara dua kelompok tersebut. Mereka bersumpah dalam kebohongan, yaitu pengakuan agama islam dan pengakuan sebagai Muslim. Mereka sendiri sadar bahwa mereka berdusta dalam sumpahnya. Muqatil dan As-Suddi mengatakan, sebuah riwayat telah sampai pada kami bahwa ayat ini turun terkait Abdullah bin Nabtal (seorang munafik). Ia duduk bersama Rasulullah kemudian menceritakan semua percakapan tersebut kepada sekelompok Yahudi. Rasulullah kemudian menegurnya. Tetapi ia bersumpah dengan nama Allah atas apa yang tidak dia lakukan. Allah lalu menurunkan ayat ini,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhaily, At-Tafsirul Wajiz, [Damaskus, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan kedua, halaman 545).

Dari beberapa ayat di atas dan konteks turunnya, kita mencoba untuk menyimpulkan bahwa partai setan atau kelompok setan yang dimaksud dalam Al-Quran merujuk pada sekelompok orang yang rela bersumpah dengan nama Allah atas sebuah dusta yang mereka lakukan.

Partai setan atau kelompok setan adalah sekelompok orang yang biasa berdusta (menyebar hoaks dalam konteks sekarang ini) dan berbuat kerusakan meskipun harus mengatasnamakan agama. Partai setan merujuk pada seleompok orang yang diperbudak setan dengan kenikmatan duniawi dan diperhamba oleh hawa nafsu untuk keselamatan jiwa serta harta dan kemenangan-kemenangan semu sebagai keterangan di dalam Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil berikut ini:

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ( أي استولى عليهم حتى صار الكذب والفساد ملكة لهم (فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ) أي بتسويل اللذات الحسية، والشهوات البدنية لهم، وتزيين الدنيا وزبرجها في أعينهم (أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ) أي أتباعه في الفساد والإفساد (أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ) أي للسعادة في الدارين

Artinya, “(Setan telah menguasai mereka) setan bertakhta atas mereka hingga dusta dan kerusakan menjadi tabiat mereka. (lalu menjadikan mereka lupa untuk mengingat Allah) dengan godaan kenikmatan fisik, syahwat tubuh, dan keindahan serta keelokan dunia di mata mereka. (mereka itu golongan setan), yaitu pengiktu setan dalam berbuat kerusakan untuk diri mereka dan menciptakan mafsadat umum. (ketahulah, golongan setan itulah golongan yang merugi) karena luputnya kebahagiaan di dunia dan akhirat,” (Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil, [tanpa catatan kota dan tahun], cetakan pertama, juz XVI, halaman 5728).

Dari sini, kita mendapat gambaran bahwa partai setan dalam Al-Quran merujuk pada sekelompok orang yang memanipulasi agama (termasuk nama Allah) untuk kepentingan kelompoknya. Partai setan merujuk pada mereka yang menjadikan dusta dan kerusakan sebagai keseharian sehingga menimbulkan mafsadat bagi publik secara luas. Meskipun demikian, sebaiknya kita menghindari penyematan frasa "partai setan" untuk partai-partai tertentu karena bisa jadi sifat-sifat partai setan itu terdapat di dalam diri kita atau di dalam kelompok kita sendiri. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)