Tasawuf/Akhlak

12 Adab Menyambut Hari Raya Menurut Imam Al-Ghazali

Sel, 21 Agustus 2018 | 00:30 WIB

Di dalam Islam terdapat dua hari raya yang sangat dimuliakan, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Pada kedua hari raya ini kita disunnahkan melaksanakan Shalat Id. Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 437), menyebutkan adab-adab menyambut hari raya  sebagai berikut:

آداب العيد: إحياء ليلة والاغتسال فى صبيحة يومه، ونظافة البدن، وطيب الرائحة، وإدامة التكبير، وكثرة الذكر، واستعمال الخشوع، والتسبيح والحمد بين تضاعف التكبير، والإنصات للخطبة بعدالصلاة، وأكل اليسير قبل الخروج إن كان فطرا، والذهاب فى طريق والرجوع فى اخرى، والانصراف بالإشفاق خوف الغيبة. 

Artinya: “Adab merayakan Hari Raya (Id), yakni: mengidupkan malam sebelumnya dan mandi pagi di hari itu, membersihkan badan, memakai wewangian, selalu bertakbir, memperbanyak dzikir, bersikap khsyu’, membaca tasbih dan hamdalah di antara takbir yang diulang-ulang, aktif mendengarkan khutbah yang dilaksanakan setelah shalat Id, menyantap makanan ringan sebelum meninggalkan rumah jika itu adalah hari Idul Fitri, berangkat melewati jalan yang berbeda dengan ketika pulang, dan bertegur sapa dengan ramah agar tidak digunjing orang.”

Dari kutipan di atas, dapat diuraikan dua belas adab menyambut Hari Raya (Id) sebagai berikut:

1. Menghidupkan suasana di malam hari sebelumnya. 

Menjelang Hari Raya (Id), umat Islam dianjurkan menghidupkan suasana di malam hari sebelumnya. Artinya umat Islam tidak sebaiknya tidur awal, tetapi menyibukkan diri terlebih dahulu dengan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan pelaksanaan Shalat Id di pagi harinya. Kegiatan menabuh bedug dan takbiran di masjid, misalnya, merupakan contoh menghidupkan suasana menyambut Hari Raya (Id). 

2. Mandi di pagi hari.

Sebelum shalat Id, disunnahkan mandi di pagi hari dengan mengguyur seluruh tubuh dan anggota badan, yakni dari rambut di kepala hingga telapak kaki dengan air. Adapun bacaan niatnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ اْلاَضْحَى/لِعِيْدِ اْلفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

(Nawaitul ghusla li‘îdil adha/li‘îdil fithri sunnatan lillâhi ta’âlâ)

Artinya: “Aku niat mandi untuk merayakan Idul Adha/Idul Fitri sebagai sunnah karena Allah taála.”

3. Membersihkan badan dan memakai wewangian.

Setalah mandi diajurkan juga membersihkan anggota badan seperti memotong dan membersihkan kuku, memakai pakaian bersih dan memakai wewangian seperti parfum atau bedak wangi. Atau cukup dengan memakai sabun wangi ketika mandi.

4. Khusus di hari Idul Fitri dianjurkan menyantap makanan ringan sebelum berangkat menuju tempat dilaksanakannya shalat Id. Hal ini sekaligus untuk menandai bulan Ramadhan benar-benar telah berakhir dengan tibanya bulan Syawal. 

5. Berangkat ke tempat shalat Id melewati jalan yang berbeda dengan ketika pulang. 

Dari awal sebaiknya sudah ada niatan untuk melewati jalan yang berbeda dengan ketika pulang. Dengan cara seperti ini dimungkinkan untuk bertemu dengan lebih banyak orang sehingga menambah teman dan menyambung silaturrahim dengan teman-teman lama atau saudara yang lama tidak berjumpa. 

6. Selalu membaca takbir: اللَّهُ أَكْبَرُAllâhu akbar” (Allah Mahabesar).

7. Memperbanyak bacaan dzikir: ُلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله "Lâ ilâha illallâh” (tiada Tuhan selain Allah).

8. Membaca tasbih:  سُبْحَانَ اللَّهِSubhânallâh” (Mahasuci Allah). 

9. Membaca hamdalah di antara takbir yang diulang-ulang seperti berikut: 

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ اللَّهُ أَكْبَرُ،اللَّهُ أَكْبَر وللهِ الْحَمْدُ

(Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, Lâ ilâha illallâh, Allâhu akbar, wa lillâhil hamdu

Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji bagi Allah.”

Butir nomor 6-9 dibaca secara khusyuk dan umumnya dilakukan secara bersama-sama sambil menunggu dimulainya shalat Id. 

10. Aktif mendengarkan khutbah setelah Shalat Id. 

Aktif mendengarkan khutbah dilakukan tidak hanya dengan tidak berbicara kepada orang lain tetapi juga mendengarkan dengan seksama. Berbeda dengan khutbah Shalat Jumát, khutbah Shalat Id dilaksanakan seusai shalat. Oleh karena itu seusai shalat tidak sebaiknya meninggalkan tempat. 

11. Pulang melewati jalan yang berbeda dengan ketika berangkat.

Pulang melewati jalan yang berbeda dengan ketika berangkat sebetulnya tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah ba’diyah di tempat yang berbeda dari tempat kita melaksanakan shalat fardhu. Hal ini tentu memiliki hikmah agar semakin banyak tanah terdapat jejak-jejak kita melaksanakan shalat yang diyakini sangat berguna kaitannya dengan hisab dan kesaksian di akherat. 

12. Bertegur sapa dengan ramah agar tidak digunjing orang.

Selama dalam perjalanan pulang menuju rumah hendaknya kita bertegur sapa dengan ramah. Hal ini pertanda sebagai kegembiraan umat Islam di hari raya sekaligus untuk menghindari gunjingan, misalnya karena dianggap bersikap sombong dan sebagainya.  

Demikianlah kedua belas adab menyambut Hari raya (Id). Keseluruhannya sebaiknya kita perhatikan dan jalankan dengan baik sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali. Semakin banyak adab yang bisa kita jalankan, semakin banyak kebaikan dan pahala kita dapatkan. Jika kita perhatikan dari kedua belas adab tersebut, kita ketahui bahwa butir nomor 1- 9 kita laksanakan sebelum shalat Id. Sedangkan butir nomor 10-12 kita laksanakan setelahnya. 


Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta