Tasawuf/Akhlak

Umar bin Khattab Pecat Pejabat yang Tak Punya Kasih Sayang

Sen, 13 September 2021 | 08:00 WIB

Umar bin Khattab Pecat Pejabat yang Tak Punya Kasih Sayang

Kasih sayang Umar bin Khattab.

Siapa yang tak kenal dengan Umar bin Khattab ra. Khalifah kedua dan sahabat Nabi paling mulia setelah Abu Bakar ra yang berpengetahuan luas, penuh ketegasan, dan mempunyai jiwa kasih sayang sangat besar terhadap rakyatnya. Bahkan ia pernah memecat pejabat yang tak punya kasih sayang.

 


Suatu kali Umar ra pernah dijumpai menangis seharian, siang malam. Kemudian ditanyakanlah apa gerangan yang menyebabkannya seperti itu. Lalu, ia menjawab:


“Sungguh aku telah diamanahi untuk menjadi penguasa. Bila dapat berlaku adil maka aku tetap dihisab (amalnya perhitungkan di hadapan Allah), dan bila zalim maka aku pasti akan disiksa.”


“Bila tidur siang hari maka aku menyengsarakan rakyat, dan bila tidur malam hari maka aku menyia-yiakan diriku”, lanjut Umar ra.

 

*

 

Dalam suatu kesempatan ada pegawai pemerintah yang menghadap kepadanya. Saat itu Si Pegawai menjumpai Umar ra sedang tidur terlentang, sementara anak-anaknya sedang bermainan di atas perutnya. 


Melihat atasan yang asyik bersama anak-anaknya, Si Pegawai pun mengingkarinya. Menurutnya, seorang pemimpin negara tidak layak bermain-main dengan anak-anak kecil seperti itu. 

 


Melihat gelagat Si Pegawai yang tidak suka, Umar ra segera menyelidik:


“Kamu sendiri bagaimana ketika bersama keluargamu?”


“Ketika aku masuk rumah maka diamlah orang yang sedang berbicara,” jawab Si Pegawai penuh percaya diri.


“Pensiunlah dirimu dariku, sebab sungguh orang yang tidak mengasihsayangi istri dan anak-anaknya maka bagaimana dapat mengasihsayangi terhadap rakyat umat Muhammad saw?”, hardik Umar ra tanpa diduga-duga oleh Si Pegawai. 


Demikian kisah ini dihikayatkan oleh Syekh Muhammad bin Abdullah ad-Dimyathi dalam al-Jawâhir al-Lu’lû-iyyah saat menjelaskan sebagian manaqib Sayyidina Umar bin Khattab ra. (Muhammad bin Abdullah al-Jurdani ad-Dimyathi, al-Jawâhir al-Lu’lû-iyyah fi Syarhil al-Arba’înin Nawawiyyah, [Mansoura, Maktabatul Îman, cetakan pertama, tahqiq: Abdullah al-Munsyawi]), halaman 28.

 


Kasih sayang menjadi sangat penting, utamanya bagi orang yang kebetulan menjadi pegawai pemerintah, pimpinan pemerintahan, pejabat publik, orang-orang yang menangani urusan masyarakat luas. Jiwa kasih sayang yang ada pada seseorang tentu akan mempengaruhi setiap tindakannya.

 

Dengan kasih sayang pimpinan pemerintahan, pejabat publik dan orang-orang yang dipercaya mengurusi orang banyak, akan lebih terhindar dari sikap semena-mena, perilaku korup dan kejahatan lainnya yang tidak hanya merugikan diri sendiri, namun juga merugikan orang banyak. Wallâhu a’lam.

 

Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda.