Syariah

Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban

Kam, 18 Maret 2021 | 06:15 WIB

Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban

Ilustrasi puasa di bulan sya'ban. (Foto: NU Online)

Pada bulan Sya’ban diperintahkkan kepada kita untuk memperbanyak puasa sunnah, lebih banyak dari bulan-bulan yang lain. Mengenai puasa sunnah yang dilakukan oleh Nabi s.a.w., diriwayatkan Aisyah r.a. bahwa suatu saat Nabi s.a.w. terus berpuasa sunnah, sehingga kami berpandangan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa sunnah).


Selanjutnya beliau juga menjelaskan bahwa Nabi s.a.w. biasa berbuka (tidak melaksanakan puasa sunnah) sehingga kami berpandangan bahwa beliau tidak pernah berpuasa sunnah. 


Selanjutnya beliau mengatakan bahwa aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunnah, selain di bulan Sya’ban.

 

Dari hadits ini, dapat dipahami bahwa Nabi s.a.w. biasa melaksanakan puasa sunnah dan biasa juga meninggalkannya. Namun demikian, puasa sunnah yang paling banyak dilakukan Nabi adalah di bulan Sya’ban. Lengkapanya hadits tersebut sebagai berikut:


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ


Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Rasulullah s.a.w. biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari, 1833, Muslim 1956).


Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah juga ditegaskan demikian banyaknya Nabi melaksanakan puasa di bulan Sya’ban, bahkan disebutkan sebulan penuh. Haditsnya secara lengkap sebagai berikut:


عن عائشة رضي الله عنها قالت: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ 


“Belum pernah Nabi s.a.w. berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari Muslim).


Ummu Salamah meriwayatkan hadits yang menguatkan hadits kedua yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa Nabi s.a.w. belum pernah berpuasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan. (HR. Nasai). 


Hadits dari Ummu Salamah yang kedua, juga menjelaskan bahwa Nabi s.a.w. tidak pernah berpuasa terus menerus selama dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan.  Secara lengkap teks hadits riwayat Ummu Salamah adalah sebagai berikut:


مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ


“Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i, 1078, Abu Daud, 2056, At Turmudzi, 2176).


عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ


“Bahwa Nabi s.a.w. belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (H.R. An Nasa’i, 1273).


Dari semua keterangan hadits-hadits di atas dapat disimpulkan: (1) sangat baik melaksanakan puasa sunnah sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban, tetapi tidak sebulan penuh. (2) melaksanakan puasa sunnah di bulan Sya’ban secara penuh dan disambung dengan Ramadhan. (3) bagi mereka yang belum merutinkan puasa sunnah di bulan Sya’ban hendaklah menghindari puasa-puasa sunnah satu atau dua hari menjelang memasuki Ramadhan. Mengenai hal ini Nabi bersabda: 


لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ


“Jangan kamu dahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang mempuasakan puasa tertentu, maka ia boleh meneruskan puasanya”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 1781 dan Muslim: 1812. teks hadis riwayat al-Bukhari).


Demikian uraian singkat ini, semoga bermanfaat. Mohon dimaafkan apabila ada kesalahan dan kekhilafan, sekaligus mohon masukan untuk diperbaiki. Wallahu A’lam


KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)