Tasawuf/Akhlak

Urgensi Menjaga Ucapan dan Tulisan

Sab, 11 Desember 2021 | 19:30 WIB

Urgensi Menjaga Ucapan dan Tulisan

Urgensi menjaga ucapan dan tulisan

Posisi dan peran lisan sering dianalogikan sebagaimana pedang yang memiliki dua sisi. Jika digunakan dengan cara yang baik, maka pedang dapat memberikan manfaat dan perlindungan. Sebaliknya jika digunakan secara tidak bijak, maka pedang bisa saja melukai orang.

 

Karena itu, di dalam dunia tasawuf, irit berbicara adalah hal yang sangat istimewa dan dianjurkan. Banyak ulama sufi terkemuka yang menjelaskan secara rinci dan detail pentingnya menjaga lisan dan keutamaan memilih bersikap diam. Nabi saw bersabda:


إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه


Artinya, “Sesungguhnya mayoritas kesalahan anak Adam berada pada lisannya.” (Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadîr Syarhul Jâmi’us shaghîr, [Dârul Kutub al-‘Alamiyah: 2000], juz II, halaman 543).


Penjelasan Syekh Uwais tentang Ucapan

Berkaitan dengan maksud kalam atau ucapan secara luas Syekh Uwais al-Arzanjani mendefiniskan bagaimana berikut:


وفى الحقيقة هو المعنى القائم بنفس المتكلم يعبر عنه بألفاظ موضوعة أو خطوط مكتوبة أو إشارة مخصوصة أو بعقود أو أرقام معلومة


Artinya, “ Secara hakikat kalam atau ucapan adalah suatu makna yang berada dalam diri orang yang berbicara, yang diungkapkan melalui lafal-lafal terstruktur, garis-garis tertulis, isyarat tertentu, berbagai kontrak, atau angka-angka yang telah umum diketahui.” (Uwais Wafa al-Arzanjani, Minhâjul Yaqîn ‘ala Syarhi Adâbud Dunyâ wad Dîn, [Al-Haramain: 1998], halaman 450).

 


Dari penjelasan tersebut dapat dipahami, kalam atau ucapan yang keluar dari seseorang tidak melulu berupa pembicaraan, namun segala sesuatu yang menyampaikan pesan dan maksud yang serupa, baik melalui tulisan atau isyarat. Keduanya dinamakan dengan kalam atau ucapan. Masing-masing dari dua hal ini juga disebut dengan salah satu dari dua lisan manusia. 


Syaikh Uwais secara lebih lanjut mengatakan:


أن الكلام لفى الفؤاد وإنما جعل اللسان فى الفؤاد دليلا


Artinya, “Sesungguhnya ucapan itu ada di hati, dan lisan diwujudkan agar menjadi tanda apa yang ada di hati. 

 

Dengan demikian perkataan yang diucapkan oleh seseorang menjadi indikator atas apa yang ada dalam hatinya. Orang yang memiliki hati baik akan tampak dalam ucapan lisannya yang baik pula. Sebaliknya orang yang memiliki hati yang tidak baik, juga tampak dalam ucapan lisannya yang tidak baik. Sebab hati akan memasok kata-kata yang akan keluar dari lisan. 

 


Tips Menjaga Ucapan

Untuk meghindari dampak buruk dari ucapan, ada beberapa tips yang dapat dipedomani. Pertama, berbicara memang harus berbicara, baik untuk mendapatkan kebaikan atau mencegah keburukan. Kedua, mengucapkan sesuatu sesuai situasi dan kondisi. Ketiga, berbicara sesuai kebutuhan atau tidak berlebih. Keempat memilih ucapan yang pantas untuk diucapkan. (Al-Arzanjani, Minhâjul Yaqîn, halaman 450).


Peran yang sangat penting dan menentukan dari lisan ini diilustrasikan secara baik oleh Al-Ghazali dalam catatannya:


فان اللسان من نعيم الله العظيمة ولطائف صنعه الغريبة، فانه صغير جرمه عظيم طاعته وجرمه، إذ لا يستبين الكفر والإيمان إلا بشهادة اللسان، وهما غاية الطاعة والنسيان


Artinya, “Sesungguhnya lisan merupakan nikmat Allah yang agung, dan ciptaan-Nya yang sangat aneh. Karena lisan bentuknya kecil namun sangat besar nilai ketaatan dan durhakanya, sebab kekufuran dan keimanimanan tidak dapat dibedakan kecuali dengan persaksian lisan, padahal kedua hal itu merupakan puncak ketaatan dan puncak kelalaian.” (Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûmiddîn, [al-Haramain: 2000], juz III, halaman 103).  

 

 

Karena itu, menjaga lisan dan tulisan harus selalu diperhatikan oleh setiap orang, agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Wallahâhu a’lam. 


Ustadzah Shofiyatul Ummah, Pengajar Pondok Pesantren Nurud Dhalam Sumenep.