Alissa Wahid: Pesantren Harus Ramah terhadap Sains dan Teknologi
Selasa, 19 Agustus 2025 | 17:00 WIB

Ketua PBNU Alissa Wahid (tengah) saat berbicara dalam forum Damparan RMI PWNU Yogyakarta, Sabtu (16/8/2025). (Foto: RMI PWNU Yogyakarta)
Sleman, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Wahid menyampaikan tentang peran besar KH Wahid Hasyim sebagai pembaharu kurikulum pesantren pada zamannya. Ia menuturkan bahwa pada tahun 1935, kakeknya tersebut mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Pesantren Tebuireng Jombang, sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga pelajaran umum.
Menurut Alissa, dalam konteks kekinian, pesantren harus mampu beradaptasi agar tetap relevan dan menjadi pilihan masyarakat. Santri tidak cukup hanya dibekali ilmu agama, tetapi juga pengetahuan lain sebagai modal menghadapi realitas sosial.
“Pesantren harus ramah terhadap sains dan teknologi. Jika tidak, pesantren akan dipandang kolot dan ketinggalan zaman,” katanya dalam Damparan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta di Gedung Qo’ah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (16/8/2025).
Meski awalnya sempat ditentang oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, gagasan tersebut akhirnya diterima karena dinilai relevan dengan kebutuhan zaman.
“KH Wahid Hasyim beralasan, tidak semua santri akan menjadi kiai. Maka mereka harus dibekali ilmu umum agar tetap bermanfaat ketika kembali ke masyarakat,” tutur Alissa dalam forum kiai dan nyai pengasuh pesantren NU se-Yogyakarta itu.
Gagasan visioner itu kemudian mengangkat status Tebuireng sebagai pesantren yang tidak hanya melahirkan ulama fasih dalam ilmu agama, tetapi juga tokoh yang mampu berbicara tentang persoalan non-agama yang dibutuhkan masyarakat luas.
Oleh karena itu, Alissa menegaskan bahwa dibutuhkan sosok kiai progresif yang terbuka terhadap temuan-temuan modern dan mampu memanfaatkannya untuk kepentingan pendidikan santri.
"Dengan langkah tersebut, pesantren diyakini akan tetap relevan, tidak hanya sebagai pusat pengajaran agama, tetapi juga sebagai institusi yang melahirkan kader bangsa yang siap menghadapi tantangan era digital," ujarnya dalam forum bertema tema Pesantren Maju Bersama, dengan Rohmah dan Amanah itu.
Sebagaimana diketahui, damparan RMI menjadi ruang silaturahim sekaligus wadah bertukar gagasan para pengasuh pesantren. Forum ini membahas berbagai problematika, mulai dari tantangan pendidikan dan sosial hingga strategi pengembangan pesantren agar dapat maju bersama menghadapi perubahan zaman.