
Seminar nasional Pengusulan KH Anwar Musaddad sebagai Pahlawan Nasional di Pendopo Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Rabu (20/8/2025).
Jakarta, NU Online
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dan Yayasan Al-Musaddadiyah menyelenggarakan seminar nasional Pengusulan KH Anwar Musaddad sebagai Pahlawan Nasional.
Agenda bertempat di Pendopo Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Rabu (20/8/2025) ini menghadirkan Sejarawan Partikelir Iip Dzulkifli Yahya, Peneliti Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (Insist) Tiar Anwar Bachtiar, Akademisi Sejarah Kebudayaan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Ading Kusdiana dan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Jawa Barat Prof Ajid Thohir sebagai narasumber.
Dalam kesempatan itu, Iip Dzulkifli Yahya mengungkapkan bahwa KH Anwar Musaddad merupakan salah seorang tokoh yang tergabung dalam Komite Kesengsaraan Indonesia (Kosesin). Perkumpulan ini dibentuk dalam rangka menyelamatkan rakyat Indonesia di Makkah dari ancaman kelaparan akibat perang dunia II.
"Beliau termasuk founder atau muasis Komite Kesengsaraan Indonesia. Ada tujuh orang. Salah satunya adalah nomor lima Kia Anwar Musaddad. Ini awal pemberitaan tentang penderitaan orang di Hijaz," katanya sambil menayangkan dokumen Pera Ekspres , 02-12-1940 dalam akun Youtube Garutkab TV dikutip NU Online.
Ia mengutarakan bahwa misi penyelamatan Kokesin ini berhasil membawa 2.504 jiwa kembali ke tanah air. Peristiwa ini terekam dalam harian Pemandangan milik H Une Junaidi.
"Dan tanggal 10 November 1941, beliau menulis perjalanan kaum Mukimin. Beliau menceritakan dengan sangat detail, bagaimana Mukimin pulang dengan kapal namanya SS Garut Rotterdam," ujarnya.
Selain itu, Kiai Anwar Musaddad disebut aktif dalam organisasi Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI). Terhadap kondisi akibat perang dunia II di atas, MIAI turut menggalang dana untuk biaya pemulangan masyarakat di Hijaz. Saat itu, kata Iip, terkumpul sebanyak 18.662 gulden atau sekitar 9 miliar untuk saat ini.
Menurutnya, hal itu lah yang menjadi landasan perlunya KH Anwar Musaddad diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Bahkan secara spesifik, Iip sebut sebagai pejuang kemanusiaan.
"Jadi dialah yang menjadi penghubung antara MIAI dan Kokesin. Kemudian, pilihan pulang dengan kapal terakhir menunjukkan tanggung jawab besar seorang pemimpin," jelasnya.
"Dan, catatan perjalanan kaum Mukimin merupakan dokumentasi sejarah sangat penting, dalam upaya penyelamatan orang Indonesia terbesar dari luar negeri sepanjang sejarah Indonesia," imbuhnya.
Sosok Penjaga Ukhuwah Kebangsaan
Sementara itu, Tiar Anwar Bachtiar mengatakan KH Anwar Musaddad disebut sebagai tokoh yang inklusif. Pasalnya, semasa kiprah di MIAI ia bersikap kolaboratif dengan tokoh-tokoh organisasi lain seperti Muhammadiyah, Persis dan lain semacamnya walau berbeda pandangan.
"Makanya tidak heran ya kalau di Kokesin beliau kan nggak nanya ini dari mana-dari mana gitu. Kalau ada urusan yang ada manfaatnya untuk umat, untuk bersama tentu akan beliau kerjakan. Nah termasuk juga nanti peran beliau. Makanya tidak heran nanti Kiai Nur Musadad ini juga menjadi salah satu tokoh yang ikut terlibat di dalam pendirian Universitas Islam Indonesia," paparnya.
Ketua bidang Tarbiyah PP Persis itu pun menyampaikan bahwa kiprah Kiai Anwar Musaddad tak bisa dilupakan ketika seseorang membicarakan Perguruan Tinggi Islam Negeri. "walaupun secara organisasi berbeda tetapi kepentingan-kepentingan bersama umat ini menjadi perhatian bersama," tandasnya.
Sebagai informasi, pengusulan gelar pahlawan ini pernah dilakukan oleh pihak tersebut di atas. Namun, berdasarkan surat TP2GP nomor 1041/5/PB.05.01/12/20 usulan tersebut dinyatakan ditunda. Dengan alasan, masih banyaknya klaim tanpa didukung bukti otentik dalam buku biografi KH Anwar Musaddad.
Turut hadir pula dalam agenda ini Bupati Garut Abdusy Syakur Amin, Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Bandung Dadan Rusmana, KH Tantowi Jauhari Musaddad, Analis Kebijakan Ahli Muda Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Muhammad Hanif serta para hadirin yang terdiri dari sejumlah civitas akademika UIN Bandung.