Anak-Anak yang Mengantre Suplemen Tewas dalam Serangan Israel
Ahad, 13 Juli 2025 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Setidaknya terdapat 15 warga Palestina, termasuk delapan anak-anak dan dua perempuan, tewas dalam serangan Israel saat mengantre untuk mendapatkan suplemen gizi di depan klinik kesehatan Altayara, di Deir al-Balah Gaza Tengah, Palestina, pada Kamis (10/7/2025).
"Ini tidak dapat diterima dan ini berlanjut," kata Ravina Shamdasani, Juru Bicara Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), sebagaimana dikutip dari situsweb resmi PBB pada Ahad (13/7/2025).
Mengutip Al Jazeera, Catherine Russell, Direktur UNICEF, turut mengecam keras serangan terhadap pencari bantuan. Ia mengatakan bahwa pembunuhan keluarga yang mencoba mengakses bantuan tersebut tidak dapat diterima.
"Inilah kenyataan pahit yang dihadapi banyak orang di Gaza saat ini setelah berbulan-bulan bantuan yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut tidak mencukupi dan pihak-pihak yang berkonflik gagal memenuhi tanggung jawab dasar untuk melindungi warga sipil," kata Russell.
"Kurangnya bantuan berarti anak-anak menghadapi kelaparan sementara risiko kelaparan meningkat. Jumlah anak-anak yang kekurangan gizi akan terus meningkat hingga bantuan dan layanan yang menyelamatkan jiwa dilanjutkan secara penuh," tambahnya.
Russell meminta Israel untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap hukum humaniter internasional dan melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
Terpisah, Hamas mengutuk serangan tersebut dan mengatakan itu adalah bagian dari kampanye genosida Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
"Israel meningkatkan pembantaian brutal terhadap warga sipil tak berdosa di sekolah, jalanan, kamp pengungsian, dan pusat-pusat sipil, dalam perilaku sistematis yang merupakan kejahatan pembersihan etnis, yang dilakukan di hadapan dunia,” kata kelompok Palestina tersebut.
Sementara itu, Yousef al-Aydi, seorang saksi mata, mengaku mendadak mendengar suara pesawat tak berawak lantas terjadi ledakan di sekitarnya.
Baca Juga
Manuver Gus Dur Mengimbangi Israel
"Tiba-tiba, kami mendengar suara pesawat tak berawak mendekat, lalu ledakan terjadi," ujar Yousef kepada kantor berita AFP sebagaimana dikutip BBC.
"Tanah berguncang di bawah kaki kami, dan segala sesuatu di sekitar kami berubah menjadi darah dan jeritan memekakkan telinga," lanjutnya.
Presiden dan CEO Kelompok Bantuan Project Hope, Rabih Torbay, sebagai pengelola klinik, mengatakan bahwa serangan terjadi pada Kamis pagi di depan klinik saat para pasien berkumpul di luar, menunggu klinik tersebut dibuka.
Torbay juga menjelaskan bahwa klinik-klinik kelompok bantuan tersebut merupakan tempat berlindung di Gaza.
"Namun, pagi ini, keluarga-keluarga tak berdosa diserang tanpa ampun saat mereka mengantre menunggu pintu dibuka. Rasa ngeri dan patah hati tak lagi mampu mengungkapkan perasaan kami dengan baik," ungkapnya.
Ia lantas menyebut bahwa tindakan Israel ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional, dan sebuah pengingat yang jelas bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada tempat yang aman di Gaza.
"Meskipun perundingan gencatan senjata terus berlanjut. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja," tandasnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak Israel memulai perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 setidaknya 57.762 warga Palestina telah tewas, sedangkan 137.656 lainnya terluka.