Sepeninggal Rasulullah SAW, Malaikat Jibril akan tetap turun ke bumi. Tidak untuk menurunkan wahyu lagi, tetapi guna mengambil sepuluh mutira yang paling berharga dalam kehidupan manusia.<>
الØÙ…د لله Ø£ØÙ…ده ÙˆØ³Ø¨ØØ§Ù†Ù‡ وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله ÙˆØØ¯Ù‡ لا شريك له. واشهد ان سيدنا Ù…ØÙ…دا عبده Ùˆ رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا Ù…ØÙ…د وعلى أله الأطهار ÙˆØ£ØµØØ§Ø¨Ù‡ الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد Ùياأيها الناس اتقوالله ØÙ‚ تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita kembali menambah kadar ketaqwaan kita kepada Allah swt dengan menghindar berbagai larangan-Nya dan juga menjauhi berbagai perkara yang dibenci Rasul-Nya. Sesungguhnya hanya dengan taqwalah kita akan menghadapi kehidupan ini secara sempurna.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Memang tidak selayaknya kita membicarakan keburukan demi keburukan yang terjadi di muka bumi ini. Apalagi keburukan yag terjadi di sekitar kita, yang kerap kali melibatkan orang-orang dekat kita. Alangkah baiknya jikalau kita mulai melangkah menyelesaikan dan membenahi keburukan itu, tidak sekedar membicarakannya.
Tindak korupsi yang tidak kunjung surut, pasar narkoba yang semakin meluas, kriminalitas yang kian tinggi, norma dan nilai moral yang telah bergeser. Begitu merosotnya keadaan di sekitar kita, hingga berbagai fatwa ulamapun dianggap angin lalu.
Guna berbenah itulah kita harus tahu persis akar permasalahan dari keburukan itu. Agar treatmen yang akan diberikan tidak salah sasaran. Nampaknya hadits Rasulullah saw ketika berdialog dengan Malaikat Jibril dapat dijadikan pegangan sebagai indikasi juga sebagai solusi.
Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit yang menghantarkan belaiu wafat, malaikat Jibril datang menemuinya. Setelah berbincang sejenak Rasulullah saw bertanya kepada Jibril “Jibril, apakah kamu nanti masih akan sering turun ke bumi ketika aku sudah meninggal? Jibril menjawab “masih Rasul, saya akan turun sepuluh kali lagi ke bumi, saya turun untuk mngambil sepuluh mutiara dari bumi ini sepeninggalmu”. Rasulullah saw pun penasaran, lalu bertanya kembali “mutiara macam apa yang igin kau ambil itu? jibril menjawab “لأَوَّلÙ) أَرْÙَع٠البَرَكَةَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأَرْضÙ)” mutiara pertama yang akan saya ambil dari muka bumi ini adalah barokah.
Para kyai biasa memaknai barokah dengan ziyadatul khair. Yang secara bahasa dapat diartikan ‘tambah baik’. Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain. Misalkan berdagang yang berkah itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk. Ilmu akuntansi yang barokah tidak akan disalah gunakan oleh pemiliknya untuk korupsi.
Jama’ah yang Berbahagia
Mutiara kedua yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah rasa dari hati manusia وَالثَّانىÙ) أَرْÙَع٠المَØÙŽØ¨ÙŽÙ‘ةَ Ù…Ùنْ Ù‚ÙÙ„Ùوْب٠الخَلْقÙ) jika demikian, maka yang tersisa hanyalah rasa benci. Lihatlah sekarang di sekitar kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para petani hidup makin sengsara. Bagaimana ada cinta jikalau mereka tega mengimpor bahan baku dan menghancurkan harga local? Apakah itu cinta? Saya kira kita sudah bisa menilia dan menjawabnya.
Mutiara yang ketika yang akan diambil Jibril dari bumi ini adalah rasa sayang diantara keluarga (ÙˆÙŽØ§Ù„Ø«ÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØ«Ù) أَرْÙَع٠الشÙÙ‘Ùْقَةَ Ù…Ùنْ Ù‚ÙÙ„ÙÙˆÙ’Ø¨Ù Ø§Ù„Ø£ÙŽÙ‚Ø§ÙŽØ±ÙØ¨Ù jikalau harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua saling membunuh, bahkan seorang ibu tega menjual bayinya. Atau bahkan seorang anak menjual bapaknya. Bahkan dalam dunia politik yang semakin menghangat karena musim pilkada berapa saudara yang telah berubah menjadi musuh? Sepertinya rasa sayang antar keluarga semakin menipis. Namun demikian semoga Allah tetap melindungi kita semua.
Mutaiar keempat yang akan diambil oleh Jibril dari bumi ini keadilan di hati pemimpin ÙˆÙŽØ§Ù„Ø±ÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ù) أَرْÙَع٠العَدْلَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأÙمَراَءÙ) rasa-rasanya mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai. Apakah kekuasaan di sekitar kita masih mengandung keadilan? Dapatkah disebut ke adilan jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum? Na’udzubillah min dzalik.
Mutiara kelima yang akan diambil oleh Jibril dari bumi ini adalah ÙˆÙŽØ§Ù„Ø®Ø§ÙŽÙ…ÙØ³Ù) أَرْÙَع٠الØÙŽÙŠØ§ÙŽØ¡ÙŽ Ù…ÙÙ†ÙŽ النÙّساَءÙ) rasa malu dari perempuan. Rasa malu itu kini telah dirubah menjadi rasa bangga. Bangga menjadi perempuan simpanan. Bangga menjadi gadis gratifikasi seksual, bahkan sebagian menggunakan alasan seni demi menutupi kemaluan yang telah hilang. Semoga kita semua terhindar dari yang demikian ini.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mutiara keenam yang akan diambil oleh Jibril dari bumi adalah ÙˆÙŽØ§Ù„Ø³ÙŽÙ‘Ø§Ø¯ÙØ³Ù) أَرْÙَع٠الصَّبْرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الÙÙقَراَءÙ) kesabaran dari para fakir. Perlu diakui bahwa factor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka, maka kesenjangan social bisa berubah menjadi kekacauan fisik. Inilah yang tergambar dalam prosesi premanisme di berbagai kota.
Mutiara ketujuh yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah ÙˆÙŽØ§Ù„Ø³ÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ù) أَرْÙَع٠الوَرَعَ وَالزÙهْدَ Ù…ÙÙ†ÙŽ العÙلَماَءÙ) wirai dan zuhud dari para ulama. Wira’i adalah menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamannyapun mulai berkurang. Nampaknya inilah yang terjadi pada ulama kita. wajarlah jika akhir-akhir ini berbagai fatwa mereka tidak di dengar lagi oleh masyarakat. Pengajian-pengajiannya hanya dianggap sebagai tontonan.
Mutiara ke delapan yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah وَالثَّامÙÙ†Ù) أَرْÙَع٠السَّخاَءَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأَغْنÙياَءÙ) kedermawanan bagi orang kaya. Diantara unsur yang dapat melanggengkan sirkulasi kehidupan ekonomi dan social di suatu masyarakat adalah kesabaran fakir dan kedermawanan orang kaya. Keduanya akan saling mengisi. Namun jikalau semua itu lenyap, maka harmonisme dalam satu masyarakat dapat hilang tergantikan dengan unharmonism.
Jama’ah yang Berbahagia
Mutiara ke Sembilan yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah ÙˆÙŽØ§Ù„ØªÙŽÙ‘Ø§Ø³ÙØ¹Ù) أَرْÙÙŽØ¹Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ) mengangkat al-Qur’an, tepatnya menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan. Memang, kemajuan teknologi kini makin mempermudah telinga kita mendengarkan lanutnan ayat-ayat al-Qur’an. melalui mp3, DVD, online bahkan juga tafsirnya pun dapat diperoleh dengan mudah pula. Akan tetapi semangat qur’an itu sendiri sekarang makin pudar bersama dengan makin mudahnya mendengarkan al-qur’an. Meski demikian kita harus tetap berusaha memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Jibril tidak mengambil mutiara ini.
Dan terakhir, mutiara yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah iman. Ø§Ù„Ø¹Ø§ÙŽØ´ÙØ±Ù) أَرْÙَع٠الإÙيْماَنَ) mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Jibril. Sebagaimana struktur teks hadits ini yang memposisikannya paling belakang. Iman itu ada di hati semoga Allah menetapkannya dalam hati kita masing-masing.
Jama’ah yang Dimuliakan Allah
Khotbah kali ini sebenarnya berdasarkan pada hadits yang bunyinya:
رÙÙˆÙÙ‰ÙŽ Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘ Ø¬ÙØ¨Ù’رÙيْلَ عَلَيْه٠السَّلاَم٠نَزَلَ عَلَى النَّبÙÙ‰ÙÙ‘ صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ùى٠مَرَض٠مَوْتÙÙ‡Ù Ùَقاَلَ ÙŠØ§ÙŽØ¬ÙØ¨Ù’رÙيْل٠هَلْ تَنْزÙÙ„Ù Ù…Ùنْ بَعْدÙÙ‰ ؟؟ Ùَقاَلَ نَعَمْ ياَرَسÙوْلَ الله٠أَنْزÙل٠عَشْرَ مَرَّات٠أَرْÙَع٠العَشْرَ Ø§Ù„Ø¬ÙŽÙˆØ§ÙŽÙ‡ÙØ±Ù Ù…ÙÙ†ÙŽ الأَرْض٠قاَلَ ياَ Ø¬ÙØ¨Ù’رَيْل٠وَماَتَرْÙَع٠مÙنْهاَ ØŸ قاَلَ Ø› (الأَوَّلÙ) أَرْÙَع٠البَرَكَةَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأَرْض٠(وَالثَّانىÙ) أَرْÙَع٠المَØÙŽØ¨ÙŽÙ‘ةَ Ù…Ùنْ Ù‚ÙÙ„Ùوْب٠الخَلْق٠(ÙˆÙŽØ§Ù„Ø«ÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØ«Ù) أَرْÙَع٠الشÙÙ‘Ùْقَةَ Ù…Ùنْ Ù‚ÙÙ„ÙÙˆÙ’Ø¨Ù Ø§Ù„Ø£ÙŽÙ‚Ø§ÙŽØ±ÙØ¨Ù (ÙˆÙŽØ§Ù„Ø±ÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ù) أَرْÙَع٠العَدْلَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأÙمَراَء٠(ÙˆÙŽØ§Ù„Ø®Ø§ÙŽÙ…ÙØ³Ù) أَرْÙَع٠الØÙŽÙŠØ§ÙŽØ¡ÙŽ Ù…ÙÙ†ÙŽ النÙّساَء٠(ÙˆÙŽØ§Ù„Ø³ÙŽÙ‘Ø§Ø¯ÙØ³Ù) أَرْÙَع٠الصَّبْرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الÙÙقَراَء٠(ÙˆÙŽØ§Ù„Ø³ÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ù) أَرْÙَع٠الوَرَعَ وَالزÙهْدَ Ù…ÙÙ†ÙŽ العÙلَماَء٠(وَالثَّامÙÙ†Ù) أَرْÙَع٠السَّخاَءَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الأَغْنÙياَء٠(ÙˆÙŽØ§Ù„ØªÙŽÙ‘Ø§Ø³ÙØ¹Ù) أَرْÙÙŽØ¹Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ (ÙˆÙŽØ§Ù„Ø¹Ø§ÙŽØ´ÙØ±Ù) أَرْÙَع٠الإÙيْماَنَ
Dari hadits inilah khotib kemudian berusaha mengefaluasai realita zaman sekarang yang ternyata dalam bahasa hadits itu Jibril sudah mulai bertindak turun kebumi satu-persatu mengambil mutiara itu. Semoga masih banyak mutiara yang tersisa. Semoga Allah swt memberikan kekuatan pada kaum muslimin untuk menjaga kesepuluh mutiara tersebut.
بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙيْ Ø§Ù’Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آن٠اْلعَظÙيْم٠وَنَÙَعَنÙÙŠ وَإيَّاكÙمْ ÙØ¨Ù…َا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ اْلآياَت٠وَالذكْر ÙØ§Ù„Ù’ØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙÙ†Ùّي ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلاَوَتَه٠إنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠اْلعَلÙيْمÙ
Khutbah II
اَلْØÙŽÙ…ْد٠لله٠عَلىَ Ø§ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ùه٠وَالشÙّكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَالله٠وَØÙ’دَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَاَشْهَد٠اَنَّ سَيÙّدَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ù‹Ø§ عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ اÙلىَ Ø±ÙØ¶Ù’وَانÙÙ‡Ù. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ù ÙˆÙØ¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ اَلÙه٠وَاَصْØÙŽØ§Ø¨Ùه٠وَسَلÙّمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙØ«ÙŠÙ’رًا اَمَّا بَعْدÙ
Ùَياَ اَيÙّهَا Ø§Ù„Ù†ÙŽÙ‘Ø§Ø³Ù Ø§ÙØªÙŽÙ‘Ù‚Ùوااللهَ ÙÙيْمَا اَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكÙمْ Ø¨ÙØ§ÙŽÙ…ْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙØ¯Ù’سÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ وَمَلآ ئÙÙƒÙŽØªÙŽÙ‡Ù ÙŠÙØµÙŽÙ„Ùّوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيÙّهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلÙّوْا عَلَيْه٠وَسَلÙّمÙوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ù ØµÙŽÙ„ÙŽÙ‘Ù‰ الله٠عَلَيْه٠وَسَلÙّمْ وَعَلَى آل٠سَيÙّدÙناَ Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ù ÙˆÙŽØ¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽØ±ÙØ³ÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙÙ…ÙŽÙ‘ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙÙŽØ§Ø¡Ù Ø§Ù„Ø±ÙŽÙ‘Ø§Ø´ÙØ¯Ùيْنَ اَبÙÙ‰ بَكْرÙوَعÙÙ…ÙŽØ±ÙˆÙŽØ¹ÙØ«Ù’مَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØÙŽØ§Ø¨ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù„ØªÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ùيْنَ ÙˆÙŽØªÙŽØ§Ø¨ÙØ¹ÙÙŠ Ø§Ù„ØªÙŽÙ‘Ø§Ø¨ÙØ¹Ùيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ Ø¨ÙØ§ÙØÙ’سَان٠اÙلَىيَوْم٠الدÙّيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ Ø¨ÙØ±ÙŽØÙ’Ù…ÙŽØªÙÙƒÙŽ يَا اَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŽØ§ØªÙ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùمَات٠اَلاَØÙ’يآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ Ø§ÙŽØ¹ÙØ²ÙŽÙ‘ Ø§Ù’Ù„Ø§ÙØ³Ù’لاَمَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ وَأَذÙÙ„ÙŽÙ‘ الشÙّرْكَ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙيْنَ ÙˆÙŽØ§Ù†Ù’ØµÙØ±Ù’ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽÙƒÙŽ Ø§Ù’Ù„Ù…ÙÙˆÙŽØÙّدÙيَّةَ ÙˆÙŽØ§Ù†Ù’ØµÙØ±Ù’ مَنْ نَصَرَ الدÙّيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ Ø§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمÙّرْ اَعْدَاءَالدÙّيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ اÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدÙّيْنÙ. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙØªÙ’Ù†ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ù…ÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً ÙˆÙŽØ³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù اْلبÙÙ„Ù’Ø¯ÙŽØ§Ù†Ù Ø§Ù’Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدÙّنْيَا ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙÙÙ‰ Ø§Ù’Ù„Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽØ©Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙØ³ÙŽÙ†ÙŽØ§ÙˆÙŽØ§Ùنْ لَمْ تَغْÙÙØ±Ù’ لَنَا وَتَرْØÙŽÙ…ْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù’Ù„Ø®ÙŽØ§Ø³ÙØ±Ùيْنَ. Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽØ§Ù„له٠! اÙÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ ÙŠÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±Ùنَا Ø¨ÙØ§Ù’Ù„Ø¹ÙŽØ¯Ù’Ù„Ù ÙˆÙŽØ§Ù’Ù„Ø§ÙØÙ’Ø³ÙŽØ§Ù†Ù ÙˆÙŽØ¥Ùيْتآء٠ذÙÙ‰ Ø§Ù’Ù„Ù‚ÙØ±Ù’بىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØÙ’شآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي ÙŠÙŽØ¹ÙØ¸ÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ ÙˆÙŽØ§Ø°Ù’ÙƒÙØ±Ùوااللهَ اْلعَظÙيْمَ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ù’ÙƒÙمْ ÙˆÙŽØ§Ø´Ù’ÙƒÙØ±Ùوْه٠عَلىَ Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙÙ‡Ù ÙŠÙŽØ²ÙØ¯Ù’ÙƒÙمْ وَلَذÙكْر٠الله٠اَكْبَرْ
Redaktur: Ulil Hadrawy