Hikmah

Memetik Kisah Ratu Balqis dan Kejutan Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an

Kam, 15 Juni 2023 | 21:30 WIB

Memetik Kisah Ratu Balqis dan Kejutan Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an

Ilustrasi: "Solomon and The Queen of Sheba" karya Giovanni De Min (1789-1859). (Sumber: http://www.artrenewal.org

Jakarta, NU Online
Alkisah, dulu Nabi Sulaiman mendapat berita bahwa Ratu Balqis dari Negeri Saba’ akan bertamu kepadanya. Ratu Balqis merupakan ratu yang masih muda, cantik, kaya raya dan belum punya suami. Sebagai seorang raja yang memiliki kerajaan yang luas, Nabi Sulaiman sendiri sudah memiliki istri yang banyak, jumlahnya 1000 orang.


Mendengar kabar itu, Nabi Sulaiman ingin memberi surprise atau kejutan kepada Ratu Balqis. Ia pun bertanya kepada pengawal-pengawalnya tentang apa yang disenangi Ratu Balqis.


Ternyata, kesenangan Ratu Balqis adalah duduk di singgasananya sendiri. Kemudian Nabi yang dikenal dapat berbicara dengan binatang itu pun mengirim utusan untuk mencari informasi, apakah kedatangan Ratu Balqis akan membawa singgasananya sendiri atau tidak. Laporannya mengatakan singgasananya tidak dibawa.


Nabi Sulaiman pun membuat sayembara. “Siapa yang bisa mendatangkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu yang singkat, sebelum ia sampai di kerajaan ini?”


Lalu ada yang tunjuk tangan. Namanya ‘Ifrit, yang berasal dari kalangan jin. Ia mengatakan: “Saya akan datangkan singgasana Ratu Balqis tidak lama. Sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, singgasana Ratu Balqis akan sampai di sini.”


Mendengar kehebatan Ifrit ini, Nabi Sulaiman pun heran, bisa-bisanya memindahkan singgasana dalam jarak yang jauh dalam waktu yang singkat. Tetapi kesalahan Ifrit, menyandarkan kehebatan itu kepada dirinya sendiri. “Sesungguhnya aku untuk urusan seperti ini, sungguh kuat dan dapat dipercaya.”


Mendengar jawaban Ifrit tersebut, Nabi Sulaiman menjadi ilfil, istilah sekarang, tidak tertarik dengan Ifrit. Tetapi mau menolak juga tidak enak, karena ia sudah terlanjur menawarkan diri. Akhirnya Nabi Sulaiman pun menaikkan level sayembaranya.


“Saya ingin yang lebih cepat dari (tawaran) Ifrit,” kata Nabi Sulaiman.


Lalu ada yang angkat tangan. Ia merupakan orang yang punya ilmu dari kitab suci. “Saya yang akan mendatangkan singgasana Ratu Balqis, sebelum Anda berkedip,” ungkapnya.


Benarlah, sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip, singgasana Ratu Bilqis sudah datang. Lalu, orang itu mengatakan: Hadza min fadli Rabbi. “Kehebatan ini, prestasi ini, itu adalah keutamaan dari Tuhanku, yaitu Allah Swt.”


Kisah yang diadaptasi dari Al-Qur’an dalam Surat An-Naml tersebut disampaikan oleh Katib Syuriyah PBNU KH Hasan Nuri Hidayatullah, ketika memberi mau’idhah hasanah Tasyakur Kenaikan Kelas Pesantren Putri Asshidiqiyah 3 Karawang, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023).


Campur tangan Allah
Gus Hasan, sapaan akrabnya, dalam memetik kisah itu menegaskan bahwa ilmu dan prestasi yang diraih seseorang, di dalamnya ada campur tangan Allah Swt. Kehebatan apa pun yang dimiliki seorang hamba Allah, sebagai orang yang beriman, dia akan menyadari bahwa itu adalah dari Allah Swt.


“Semakin orang ilmunya tinggi, akan semakin menyadarkan dirinya bahwa intervensi, campur tangan Allah Swt di dalam kehidupan kita ini sangat dominan,” terangnya.


“Hamba Allah yang berilmu, ketika semakin tinggi ilmunya, dia akan semakin menyadari bahwa apa yang dia raih dalam prestasinya, di dalamnya ada peran serta yang dominan dari Allah Swt,” imbuh Gus Hasan, di depan para santri.


Ketua PWNU Jawa Barat 2016-2021 itu menegaskan, ketika kita mendapat prestasi itu, hakikatnya adalah sebuah ujian. Apakah dengan prestasi itu akan menjadikan pribadi yang bersyukur, ataukah justru menjadikan kufur. Jika bersyukur akan ditambah, sedangkan jikalau kufur maka azab Allah sangatlah pedih.


Pewarta: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori