M. Tatam Wijaya
Kolomnis
Setelah Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam, Dia lantas “mengusap” punggungnya. Maka berjatuhanlah darinya seluruh jiwa yang akan diciptakan Allah dari keturunannya. Selanjutnya, Allah menyodorkan jiwa-jiwa itu kepada Adam. Ia pun menanyakan siapakah mereka sebenarnya? Dijawab oleh Allah, mereka ialah keturunan Adam.
Namun pandangan Nabi Adam ‘alaihissalam langsung tertuju kepada salah seorang di antara mereka. Sang Nabi ‘alaihissalam kagum akan cahaya satu sosok yang memancarkan cahaya di antara kedua matanya. Demikian sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadits sahih riawayat Abu Hurairah berikut ini.
فَرَأَى رَجُلًا مِنْهُمْ فَأَعْجَبَهُ وَبِيصُ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: هَذَا رَجُلٌ مِنْ آخِرِ الأُمَمِ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ يُقَالُ لَهُ دَاوُدُ فَقَالَ: رَبِّ كَمْ جَعَلْتَ عُمْرَهُ؟ قَالَ: سِتِّينَ سَنَةً، قَالَ: أَيْ رَبِّ، زِدْهُ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعِينَ سَنَةً
Artinya: Begitu melihat seseorang dari mereka, Adam kagum akan kilauan cahaya yang ada di antara kedua matanya. Ia lantas bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah dia?” Allah menjawab, “Ini seorang umat akhir zaman dari keturunanmu. Namanya Dawud.” Adam kembali bertanya, “Wahai Tuhan, berapa engkau jadikan umurnya?” Allah menjawab, “Enam puluh tahun.” Adam lantas memohon, “Tambahkanlah padanya 40 tahun lagi dari umurku.”
فَلَمَّا قُضِيَ عُمْرُ آدَمَ جَاءَهُ مَلَكُ المَوْتِ، فَقَالَ: أَوَلَمْ يَبْقَ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَوَلَمْ تُعْطِهَا ابْنَكَ دَاوُدَ قَالَ: فَجَحَدَ آدَمُ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ، وَنُسِّيَ آدَمُ فَنُسِّيَتْ ذُرِّيَّتُهُ، وَخَطِئَ آدَمُ فَخَطِئَتْ ذُرِّيَّتُهُ
Sewaktu umur Adam habis, malaikat maut datang padanya. Namun, Adam protes, “Apakah tidak ada yang tersisa 40 tahun lagi dari umurku?” Dijawab oleh malaikat maut, “Bukanlah sudah engkau berikan dulu kepada keturunanmu?” Namun, Adam mengingkarinya. Tak heran jika keturunannya kemudian turut ingkar seperti kakek moyang mereka. Adam lupa akan hal itu, maka keturunannya pun lupa. Adam pernah bersalah, maka keturunannya pun turut bersalah. (HR. Al-Tirmidzi).
Berdasar hadits di atas dapat dijelaskan, Nabi Adam ‘alaihissalam telah melihat keturunan yang akan diciptakan Allah setelah dirinya. Allah menjadikan cahaya di antara kedua mata setiap keturunannya, di samping terlihat pula berapa umur masing-masing dari mereka. Namun, Adam melihat seorang yang memiliki cahaya yang cukup terang. Ia lantas menanyakannya kepada Allah. Dan Dia mengabarkan bahwa itu salah satu keturunannya. Ia akan dijadikan umat akhir zaman, namanya Dawud, dan umurnya 60 tahun.
Rupanya, Adam ‘alaihissalam melihat umur Dawud ‘alaihissalam terlalu sedikit. Karenanya, ia meminta agar Allah menambahi umur satu cucunya itu dari umurnya, sehingga umur Dawud ‘alaihissalam yang semula 60 tahun menjadi 100.
Diberitahukan pula dalam hadits itu bahwa umur Nabi Adam ‘alaihissalam adalah 1000 tahun. Tepat setelah umurnya berlalu 1000 tahun kurang 40 tahun, datang malaikat maut kepadanya hendak mencabut nyawanya. Namun, Nabi Adam ‘alaihissalam malah memprotesnya. Ia menolak sang malaikat mencabut nyawanya karena merasa belum sampai ajalnya.
Rupanya Nabi Adam ‘alaihissalam selalu menyadari dan menghitung tahun-tahun umur yang dilewatinya. Meski sudah diingatkan bahwa sebagian usianya sudah dihibahkan kepada Dawud ‘alaihissalam, namun Adam tetap ingkar atau menolak. Dan pengingkaran itu tak lain karena lupa. Sifat itulah yang kemudian diwariskan Nabi Adam kepada anak-cucunya. Mereka ingkar dan lupa sebagaimana kakek moyangnya. Maka dari itu, Allah memerintah para malaikat untuk mencatat hujjah dan kesaksian Adam guna menghadapi penolakan orang-orang yang ingkar dan lupa.
Beberapa pelajaran yang dapat disarikan dari kisah hadits di atas ialah:
- Sejak Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan, kemampuannya sudah sempurna. Ia memiliki akal pikiran, rasa kagum, penilaian, dan pemahaman sempurna, sehingga bisa merespons apa yang ditetapkan Allah.
- Umur manusia sudah ditetapkan sejak Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan.
- Umur Nabi Adam ‘alaihissalam adalah 1000 tahun.
- Umur cucunya Dawud ‘alaihissalam ialah 60 tahun, namun ditambah 40 tahun diambil dari umur kakek moyangnya.
- Adam ‘alaihissalam senantiasa mengingat umurnya, namun tidak ingat 40 tahun diberikan kepada cucunya Dawud ‘alaihissalam.
- Saat usia Nabi Adam ‘alaihissalam berlalu 960 tahun, malaikat maut datang. Namun, Nabi Adam ‘alaihissalam protes karena merasa usianya belum habis. Protes itu semata karena lupa.
- Manusia memiliki sifat lupa dan terkadang suka protes karena mewarisi watak itu dari sang kakek.
Wallahu a’lam.
Penulis: M. Tatam Wijaya
Editor: Mahbib
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua