Ilmu Al-Qur'an

Bolehkah Membaca Al-Qur’an dengan Urutan Ayat Secara Terbalik?

Sel, 16 Februari 2021 | 19:00 WIB

Bolehkah Membaca Al-Qur’an dengan Urutan Ayat Secara Terbalik?

Kekeliruan pembacaan Al-Qur’an dengan susunan ayat yang terbalik dalam sebuah surat merupakan pengetahuan umum dan beralasan sebagai sebuah tindakan aib

Susunan ayat Al-Qur’an mengandung i’jaz, makna, hikmah, kehebatan, dan juga keindahan itu sendiri. Susunan ayat Al-Qur’an secara urut memiliki arti yang begitu besar. Oleh karena itu, pembacaan Al-Qur’an diharuskan secara tertib sesuai urutan ayat untuk menjaga i’jaz, makna, dan keindahannya.


Kita tidak boleh membaca secara terbalik dari ayat terakhir ke ayat pertama sebuah surat dalam Al-Qur’an. Kita akan merusak susunan ayat Al-Qur’an ketika membacanya secara terbalik dari ayat belakangan ke ayat depan sebuah surat dalam Al-Qur’an. Kita akan mencederai bangunan makna sebuah surat dalam Al-Qur’an ketika membacanya secara terbalik secara urutan surat.


Imam An-Nawawi mengingatkan, pembacaan Al-Qur’an dengan urutan ayat terbalik dilarang keras dalam agama. Imam An-Nawawi menjelaskan alasan larangan pembacaan Al-Qur’an dengan urutan ayat terbalik.


وأما قراءة السورة منكوسة من آخرها إلى أولها فممنوع منعا مؤكدا فإنه يذهب بعض ضروب الإعجاز ويزيل حكمة ترتيب الآيات


Artinya, “Adapun pembacaan surat dalam Al-Qur’an secara terbalik dari ayat terakhir ke ayat pertama dilarang keras karena praktik tersebut dapat menghilangkan sebagian jenis i‘jaz Al-Qur’an dan melenyapkan hikmah urutan ayat-ayat Al-Qur’an,” (Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, [Kairo, Darus Salam: 2020 M/1441 H], halaman 85).


Imam An-Nawawi mengutip pandangan dua ulama besar yang secara eksplisit menyatakan ketidaksukaannya pada praktik pembacaan terbalik urutan ayat suci Al-Qur’an. Ulama memandang aib praktik pembacaan terbalik urutan ayat suci Al-Qur’an.


وقد روى ابن أبي داود عن إبراهيم النخعي الإمام التابعي الجليل والإمام مالك ابن أنس أنهما كرها ذلك وأن مالكا كان يعيبه ويقول هذا عظيم


Artinya, “Ibnu Abi Dawud meriwayatkan Ibrahim An-Nakha’ (ulama besar pada generasi Tabi’in) dan Imam Malik bahwa keduanya tidak menyukai cara demikian (pembacaan Al-Qur’an dari ayat terakhir ke ayat pertama). Imam Malik menilai aib tindakan tersebut. ia mengatakan, ‘Tindakan ini adalah (kekeliruan) besar,’” (An-Nawawi, 2020 M/1441 H: 85).


Kekeliruan pembacaan Al-Qur’an dengan susunan ayat yang terbalik dalam sebuah surat merupakan pengetahuan umum dan beralasan sebagai sebuah tindakan aib. Pasalnya, susunan, urutan, dan rangkaian surat dalam Al-Qur’an bukan hal sia-sia tanpa makna, tetapi membentuk satu kesatuan cerita, makna, dan keindahan tersendiri tiada tara. Pembacaan dengan urutan ayat terbalik dapat merusak semua makna tersebut. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)