Khutbah

Khutbah Jumat: Mari Selektif, Hindari Ceramah Provokatif

Jum, 12 November 2021 | 23:00 WIB

Khutbah Jumat: Mari Selektif, Hindari Ceramah Provokatif

Allah swt telah memberikan pedoman kepada Nabi Muhammad saw tentang bagaimana cara berdakwah, mengajak manusia ke jalan Allah

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan bahaya konten provokatif yang disampaikan melalui ceramah agama. Naskah khutbah ini menganjurkan kita semua untuk selektif dalam mengonsumsi konten ceramah agama yang banyak tersebar di media sosial.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Mari Selektif, Hindari Ceramah Provokatif". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالْحَمْدُ للهِ , ثُمَّ الْحَمْدُ للهِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 


Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Ketakwaan dan kepatuhan kita kepada Allah swt menjadi hal yang sangat penting untuk terus dikuatkan dengan senantiasa menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Tingkat ketakwaan sendiri menjadi tolok ukur apakah seseorang akan dicintai dan dimuliakan oleh Allah swt sebagaimana ditegaskan melalui firman-Nya bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah swt adalah mereka yang paling bertakwa. 


Oleh karena pentingnya ketakwaan ini, maka pada setiap khutbah Jumat, khatib wajib menyampaikan wasiat takwa ini sebagai bagian dari rukun khutbah. Akan tidak sah secara hukum pelaksanaan ibadah Jumat, jika khatib tidak mengingatkan dan menyampaikan kepada jamaahnya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.


Banyak langkah dan cara agar ketakwaan kita bisa terus bertambah. Di antaranya adalah dengan menyadari bahwa diri kita hanyalah sosok makhluk yang lemah di muka bumi ini. Dengan kesadaran ini maka kita akan terus mengingat sang khalik dan memiliki rasa takut untuk melanggar perintah-Nya. 


Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan kali ini, khatib akan menyampaikan khutbah terkait dengan pentingnya memilih materi ceramah atau dakwah yang menyejukkan, sesuai kaidah agama dan tuntunan Rasulullah saw sekaligus  menghindari ceramah agama yang provokatif  dan menebar ujaran kebencian. Allah swt berfirman dalam surat An-Nahl: 125


اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ 


Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”


Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Nabi Muhammad saw tentang bagaimana cara berdakwah, mengajak manusia ke jalan Allah. Ayat ini juga menjadi dasar dan pondasi pijakan dalam berdakwah bagi umat Islam dalam mengemban tugas menjalankan dakwah itu sendiri. Perlu disadari bahwa dakwah ini merupakan upaya untuk mengajak umat menuju ridha Allah, bukan untuk kepentingan pribadi orang yang berdakwah atau dai, ataupun kepentingan golongannya. Dakwah juga adalah upaya untuk untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.


Dalam berdakwah, seorang dai harus mengedepankan cara yang baik, yang dalam ayat ini disebutkan sebagai dakwah bil hikmah yakni dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faidah, dan maksud dari wahyu Ilahi. Dakwah dengan hikmah yakni dakwah dengan menggunakan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, budaya, adat istiadat masyarakat yang didakwahi. Hal ini dilakukan agar dakwah yang disampaikan mudah dipahami umat. Selain itu dakwah juga harus dilakukan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak patut jika dakwah atau ceramah selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. 


Dakwah yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang keras dan liar serta lebih banyak memberikan ketenteraman daripada dakwah atau ceramah yang berisi ancaman, menyalah-nyalahkan, dan memuat unsur provokasi. Ceramah dengan cara yang tidak lemah lembut akan menjauhkan dari kebaikan. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:


مَنْ حُرِمَ الرِّفْقَ حُرِمَ الْخَيْرَ


Artinya: "Barang siapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti ia dijauhkan dari kebaikan.".


Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Terkait cara berdakwah ini, kita prihatin di era modern saat ini, banyak dengan mudah kita temukan langsung ataupun melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik khususnya di media sosial, dakwah atau ceramah agama yang memperturutkan hawa nafsu dan emosi serta penuh dengan muatan provokasi. Padahal ceramah provokatif dengan menyebar kebencian ini sudah jelas bukanlah ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Provokasi bukan bagian dari dakwah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sebaliknya, provokasi adalah kemunkaran itu sendiri dan harus kita hindari. 


Para penceramah seharusnya menjaga diri dari sikap kasar dalam ucapan yang bisa mendatangkan keburukan. Bersikap lemah lembut justru tidak akan menjadikan orang berpaling. Allah SWT berfirman dalam QS. Ali-Imran ayat 159:


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ 


Artinya :”Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu...”


Oleh karenanya, selaku umat Islam, mari kita selektif dalam memilih ceramah-ceramah agama yang saat ini dengan mudah bisa diakses. Perlu juga dijadikan patokan, bahwa jangan hanya melihat apa yang disampaikan dalam ceramah tersebut, namun penting juga untuk melihat siapa yang menyampaikannya. Kita harus benar-benar paham latar belakang dari orang yang menyampaikan ceramah, terutama latar belakang pendidikan dan silsilah ilmu keagamaan yang didapatnya. Sebab saat ini, banyak ditemukan orang yang tidak otoritatif dan bukan ahlinya dalam bidang agama ikut-ikut berceramah dan gampang mengeluarkan fatwa yang bukannya akan membawa kepada kemasalahatan, namun sebaliknya, membawa kepada kesesatan umat. 


Agar mendapatkan ilmu agama yang baik, maka sudah seharusnya menghindari muatan ceramah yang tidak baik yang didalamnya memuat provokasi dan menjadikan hati kita keras dan merasa paling benar sendiri. Terlebih ceramah-ceramah agama yang membawa pada radikalisme, ekstremisme, terlebih terorisme serta ceramah yang tidak menunjukkan prinsip beragama secara moderat.

  

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Di antara ciri dakwah atau ceramah yang baik adalah selalu ditujukan untuk meninggikan kalimat Allah. Selain itu, konten yang didakwahkan membawa misi utama agama Islam yaitu Rahmatan lil alamin. Konten dakwah yang disampaikan juga bersumber dari al Qur’an, Hadits, dan fatwa ulama yang kredibel melalui jalur sanad keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dunia akhirat.


Ceramah yang berkualitas juga mengedepankan cara-cara yang ma’ruf dan bijak dengan diksi dan paparan yang mudah dimengerti semua kalangan. Penceramah baik adalah mereka yang tidak mudah mengumbar fatwa belum pasti karena ini akan menunjukkan pada kurangnya ilmu yang dimiliki. 


Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Demikianlah paparan tentang pentingnya sikap selektif dalam memilih ceramah-ceramah agama dalam kehidupan sehari-hari khususnya di media sosial. Kita perlu menyadari juga bahwa media sosial memiliki pola algoritma yakni menyuguhkan materi-materi sesuai dengan prilaku kita di dunia maya. Jika kita sering mengakses ceramah-ceramah provokatif, maka media sosial akan menyuguhkan ceremah sejenis sebagai rekomendasinya. Oleh karenanya, mari kita pilih ceramah-ceramah menyejukkan sehingga sistem algoritma ini akan memilihkan ceramah yang menyejukkan pula. Semoga kita selalu dilindungi Allah swt dari belajar ilmu agama pada para penceramah yang mengumbar provokasi dalam ceramahnya.


اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ


Artinya: “Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan bantulah kami untuk menjauhinya.”


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ  َأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ  ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung