Khutbah

Khutbah Jumat: Menjaga Lisan dari Ujaran Kebencian

Kam, 11 November 2021 | 10:00 WIB

Khutbah Jumat: Menjaga Lisan dari Ujaran Kebencian

Larangan mengatakan ujaran kebencian itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11

Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengingat kembali perihal pentingnya menjaga lisan dari ujaran kebencian. Dengan ini diharapkan kita semua mampu menerapkan sikap lembut dan penuh kasih.


Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا اللِّسَانَ بِاَفْصَحِ الْكَلَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الرَّحْمٰنُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْكِرَامُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ 


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Segala puji milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Shalawat teriring salam, semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin.


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Di siang yang penuh berkah ini, marilah, kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa, yakni melaksanakan segala macam perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 

 


Di antara larangan yang harus kita hindari adalah menyampaikan ujaran kebencian. Ketidaksukaan terhadap seseorang atau suatu hal kerap membuat kita lekas panas sehingga yang keluar dari lisan kita berupa api yang membakar hati orang-orang.


Api itu bisa berupa cacian, makian, hardikan, hingga ungkapan-ungkapan kasar dan rasial. Kita dapat merasakan sendiri, bagaimana jika api-api tersebut berkobar membakar hati kita. Tentu tidak menyenangkan. Hal demikian juga dirasakan orang lain ketika kita melakukan tindakan serupa.


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Allah swt telah mengingatkan kita semua untuk dapat menjaga diri kita dari ujaran-ujaran kebencian. Sebaliknya, kita semua diperintahkan untuk menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang benar, baik, sekaligus halus.


Ujaran-ujaran yang baik nan halus itu harus disampaikan tanpa pandang bulu. Kepada siapapun, kita harus berlaku demikian. Larangan mengatakan ujaran kebencian itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11 berikut.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

 


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Nabi Musa dan Nabi Harun, Allah swt perintahkan agar tetap berkata dengan baik dan halus saat mengingatkan Fir'aun. Kita sudah maklum, bahwa Fir'aun merupakan orang yang sangat sombong nan bengis. Ia merasa paling berkuasa, berhak membunuh siapa saja dan mendaku dirinya sebagai Tuhan. Tetapi untuk menghadapinya, bukan juga dengan laku yang sama, melainkan dengan perkataan yang penuh kelembutan.


Kisah ini diceritakan di dalam Al-Qur’an Surat Thaha (20) ayat 43-44 berikut.


اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهُ طَغٰىۚ; فَقُوْلَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى


Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas maka berbicaralah kami berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Q.S. Thaha: 43-44)


Dengan menyampaikan ujaran kebencian, sejatinya kita telah kufur nikmat. Sebab, kita telah zalim telah menggunakan lisan tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya. Lisan ini diciptakan tidak lain untuk menunjang ibadah kita kepada Allah swt dan menyampaikan kebutuhan. Selebihnya, itu sudah tidak lagi menjalani aturan yang sudah digariskan Allah swt.

 


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Hal demikian dipertegas oleh Nabi Muhammad saw. Dalam suatu riwayat, diceritakan bahwa beliau pernah diminta untuk mendoakan orang Musyrik celaka. Namun, beliau menolaknya dan mempertegas bahwa dirinya diutus sebagai rahmat, sebagai seseorang yang penuh kasih, tidak untuk melaknat.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً


Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: "Seseorang pernah berkata; 'Ya Rasulullah, doakanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka!' Mendengar itu, Rasulullah saw menjawab: 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.’”


Oleh karena itu, sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tetap menyampaikan ujaran kebencian. Mulai hari ini, kita tanamkan dalam diri kita untuk senantiasa menjaga lisan kita dengan perkataan yang halus nan lembut. Dengan begitu, orang-orang di sekitar kita akan merasa nyaman dan aman.


Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk selalu berujar dengan baik, serta menjauhkan kita dari berkata dengan penuh benci dan amarah tak terkendali.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  


Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon.


Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI