Khutbah

Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital

Jum, 8 April 2022 | 08:00 WIB

Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital

Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital

Naskah khutbah Jumat kali ini mengingatkan kepada kita semua untuk meningkatkan kualitas puasa Ramadhan di tengah perkembangan era digital yang terjadi saat ini. Kita diingatkan untuk dapat memaksimalkan manfaat yang ada dari perkembangan ilmu dan teknologi sekaligus menghindari hal-hal negatif yang muncul seiring dengan perkembangan tersebut. Kemudahan yang ada, tidak boleh melenakan kita sehingga puasa kita hanya sebatas menahan lapar dan dahaga.


Khutbah Jumat kali ini berjudul: "Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).



Khutbah I


اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur dari dalam hati, ucapan, dan tindakan atas segala karunia nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan kita. Ungkapan syukur ini diharapkan pula semakin menguatkan ketakwaan kepada Allah dalam wujud menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ketakwaan ini sendiri merupakan tujuan sekaligus barometer kesuksesan seseorang dalam menjalankan puasa yang saat ini sedang kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Hal ini ditegaskan di ujung ayat 183 dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa


Untuk menggapai predikat takwa ini, tentu harus ada upaya dari diri kita untuk senantiasa memprioritaskan kualitas dalam pelaksanaan ibadah puasa. Bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, namun harus ada komitmen untuk menahan diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan keutamaan dan pahala puasa. Upaya untuk meningkatkan kualitas puasa ini dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman terus mengalami tantangan baik dari setiap individu maupun lingkungan, terlebih saat ini kita hidup di tengah era digital.


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi saat ini, kita bisa merasakan bersama bagaimana derasnya informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Semua itu terjadi karena kemudahan-kemudahan yang disuguhkan teknologi untuk membantu manusia. Kemudahan yang disuguhkan oleh teknologi ini seperti dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Hal yang baik di tengah era digital harus kita maksimalkan dan hal negatifnya harus kita buang.


Maksimalisasi sisi positif dari kemudahan di era digital bagi puasa kita ini bisa kita lakukan dengan memanfaatkannya sebagai wasilah atau alat dalam mempertebal keimanan serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang agama. Saat ini, bisa dengan mudah kita dapatkan mauidzah hasanah, ceramah agama, ataupun kajian berbagai jenis kitab melalui berbagai platform program di internet. Melimpahnya konten-konten semacam ini harus bisa kita manfaatkan khususnya di Ramadhan ini.


Namun kemudahan ini juga harus diiringi dengan selektivitas tinggi dalam memilih kajian agama di internet khususnya media sosial seperti Youtube, Facebook, dan sejenisnya. Kehati-hatian memilih kajian Islam ini agar kita benar-benar belajar ilmu agama dari ulama yang benar, jelas silsilah keilmuannya, serta alim dalam bidangnya. Dengan maksimalnya kita memberi asupan rohani yang tepat pada diri kita selama bulan puasa, maka insyaAllah kualitas puasa kita pun akan meningkat. Ketika rohani kita mampu terisi dengan asupan positif, maka kita pun akan memiliki ghirah (semangat) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah lainnya di bulan suci Ramadahan ini.


Shalat berjamaah menjadi semangat, membaca Al-Qur’an semakin meningkat, kepedulian terhadap sesama melalui zakat dan sedekah juga akan semakin kuat, serta ibadah-ibadah lain juga akan dapat dilakukan dengan nikmat. Terlebih di bulan Ramadhan, pahala atas ibadah dan kebaikan kita akan mendapatkan pahala berlipat-lipat. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan:


كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ


Artinya: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”


Sementara itu, Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Perkembangan di era digital saat ini juga memiliki dampak negatif bagi kualitas ibadah puasa. Hal ini jika kita terlena dengan pemanfaatan media digital yang tidak terkendali. Ambil contoh saja, dengan kemudahan yang ada, kita menghabiskan waktu hanya untuk berselancar dan bermalas-malasan dengan HP kita setiap hari. Kemudahan dalam mengakses dan kurang waspadanya kita dalam memilih berbagai konten internet, juga semakin memberi peluang kita menemukan serta melakukan banyak maksiat. Jika zaman dulu kemaksiatan dilakukan dengan cara konvensional maka saat ini, kemaksiatan bisa juga dilakukan dengan cara digital, sengaja maupun tidak sengaja. Naudzubillah.


Belum lagi dampak negatif lain ketika kita banyak bermedia sosial seperti melakukan ghibah, namimah, ujaran kebencian, terpapar hoaks, dan pertengkaran di media sosial. Semua itu sudah dipastikan akan sangat menurunkan kualitas ibadah puasa kita. Alih-alih mendapatkan pahala, kita bisa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dari ibadah puasa yang kita lakukan. Rasulullah bersabda:


عَنْ أَبِي هريرة قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إَّلا الْجُوْعِ وَالْعَطْش 


Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja.” (HR An-Nasai).


Oleh karena itu, Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah ke depan kita bijak dalam beraktivitas di era digital, khususnya di bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas puasa kita. Kuatkan dalam diri untuk menggunakan teknologi digital secara hati-hati dan hanya untuk hal-hal yang bermanfaat saja sehingga kita bisa terhindar dari dosa-dosa digital. Amin


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung