Gerakan Nurani Bangsa Sambut Positif 17+8 Tuntutan Rakyat, Minta Prabowo Pimpin Respons
NU Online ยท Rabu, 3 September 2025 | 21:15 WIB

Para tokoh Gerakan Nurani Bangsa sedang menyampaikan pesan kebangsaan untuk pemerintah dan DPR, di Griya Gus Dur, Jakarta, pada Rabu (3/9/2025). (Foto: TVNU/Maudi Putri)
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Gerakan Nurani Bangsa (GNB) memberikan tanggapan atas viralnya "17+8 Tuntutan Rakyat" yang belakangan ramai digaungkan aktivis, mahasiswa, hingga para pemengaruh di media sosial.
GNB menilai aspirasi tersebut mencerminkan kekuatan demokrasi digital sekaligus menuntut tanggung jawab pemerintah untuk merespons dengan jelas.
Tokoh GNB, Alissa Wahid menyebut hadirnya 17+8 tuntutan rakyat sebagai inisiatif yang menggembirakan karena datang dari anak muda yang selama ini aktif dalam isu demokrasi dan kebijakan publik.
"Kalau kita lihat, 17+8 ini ada hal-hal yang fundamental sekaligus operasional. Misalnya, tuntutan agar TNI segera kembali ke barak, itu jelas dan konkret," ujar Alissa di Griya Gusdur, Menteng, Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Ia menekankan bahwa konsolidasi gerakan berbasis media sosial sudah dua kali terbukti mampu mengguncang ruang publik, mulai dari Aksi Garuda Biru (peringatan darurat) hingga demonstrasi terbaru.
"Kalau pemerintah tidak belajar dari dua kejadian besar yang digerakkan lewat media sosial ini, berarti sangat parah," tegasnya.
Menurutnya, selain pengawalan digital, gerakan sipil juga tetap perlu mengawal aspirasi melalui dialog langsung dengan pengambil kebijakan.
Presiden perlu memimpin respons
Lukman Hakim Saifuddin meminta Presiden Prabowo untuk memimpin respons tuntutan rakyat 17+8 ini.
"Presiden perlu memimpin respons ini. Kalau pun tidak langsung, Presiden bisa menunjuk juru bicara resmi yang menjelaskan progres. Transparansi inilah yang dinanti rakyat," tambah Lukman.
menegaskan bahwa GNB memandang 17+8 sebagai aspirasi yang harus didengar, dikaji, dan dipertimbangkan secara serius.
"Ada yang bisa segera dilaksanakan, ada yang butuh waktu, ada juga yang mungkin belum bisa dilakukan. Tetapi semuanya harus dijelaskan kepada publik, jangan sampai rakyat merasa tidak didengar," ujarnya.
Tokoh GNB lainnya, Laode M Syarif menilai 17+8 tuntutan rakyat selaras dengan pesan-pesan yang selama ini disampaikan GNB.
"Setelah saya baca, tidak ada satu pun yang bertentangan dengan GNB. Bahkan saling menguatkan," ucapnya.
Ia mengaku terkejut karena dalam pernyataan GNB sebelumnya muncul kata "murka" yang jarang dipakai para tokoh bangsa di GNB. Menurutnya, hal itu menunjukkan kedalaman krisis kepercayaan rakyat.
"Itu juga teramplifikasi di dalam tuntutan 17+8. Jadi jangan hanya didengar, tapi benar-benar dijalankan," tegas Laode.
Bagi GNB, munculnya 17+8 menjadi bukti bahwa masyarakat, terutama generasi muda, tidak lagi pasif. Dengan konsolidasi digital, aspirasi rakyat kini bergerak lebih cepat dan massif.
GNB menyerukan agar pemerintah tidak menutup diri, melainkan menjawab aspirasi rakyat dengan langkah nyata, transparan, dan berpihak pada kemaslahatan umum.
Tokoh Gerakan Nurani Bangsa yang hadir Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ignatius Kardinal Suharyo, Pdt Gomar Gultom, Franz Magnis Suseno SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Laode M Syarif, Ery Seda, A Setyo Wibowo SJ Lukman Hakim Saifuddin, Alissa Wahid.
Terpopuler
1
Koalisi Masyarakat Sipil Nilai Pidato Prabowo Tak Singgung Ketidakadilan Sosial dan Kebrutalan Aparat
2
Prabowo Sebut Polisi yang Langgar Hukum dalam Penanganan Demo Akan Ditindak
3
Prof. Moh. Koesnoe, Cendekiawan NU Kaliber Dunia: Ahli Hukum Adat dan Pendidikan
4
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Bulan September 2025
5
DPR Jelaskan Alasan RUU Perampasan Aset Masih Perlu Dibahas, Kapan Disahkan?
6
Penangkapan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen oleh Polisi Dinilai Keliru dan Salah Sasaran
Terkini
Lihat Semua