Nasional

IGC 2025: Peran Kuat Diplomasi Lindungi Keamanan Negara

NU Online  ·  Sabtu, 28 Juni 2025 | 17:15 WIB

IGC 2025: Peran Kuat Diplomasi Lindungi Keamanan Negara

Forum Istiqlal Global Connect 2025 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (28/6/2025) (Foto: Suwitno/NU Online)

Jakarta, NU Online
Pakar geopolitik, Kris Wijoyo Soepandji menjelaskan peranan kuat diplomasi untuk melindungi keamanan sebuah negara. Keamanan bukan hanya masalah senjata, tetapi pemahaman. 


Hal itu disampaikannya dalam forum Istiqlal Global Connect 2025 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (28/6/2025).


"Apa fungsi negara dalam berdiplomasi adalah memiliki security, basic-nya sacurity," kata Staf Khusus Menteri Pertahanan (Menhan) itu.


Mengutip pernyataan Presiden Prabowo Subianto, ia menjelaskan bahwa Indonesia perlu harus siap dalam kondisi terburuk apa dan kapan pun. Berkaca pada lirik Mars PMII, Kris menegaskan, Indonesia memiliki kekuatan besar dari aspek hubungan antara agama dan negara. Ia merefleksikan kejadian saat kongres BPUPKI.


"Kalau kita lihat perubahan dari Piagam Jakarta ke UUD 1945, di situlah kebesaran hati umat Islam tanpa menggadaikan keimanan," katanya.


Terlebih, Staf Khusus Menteri Agama, Faried F. Saenong mengatakan, perang terjadi akibat kegagalan diplomasi. Menurutnya, ada hubungan khusus antara diplomasi dengan agama.


"Kita punya sejarah panjang peran agama dalam diplomasi kita, bagaimana kita ingin meminta pengakuan dari negara lain, pertama ke Palestina atau Mesir, pasti itu tidak jauh juga dari isu agama juga. Kita tidak mungkin meminta kemana-mana pengakuan kedaulatan kita kalau tidak ada kedekatan yang dalam hal ini kedekatan agama. Itu satu hal," jelasnya.


Ia menceritakan saat zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat suatu pemahaman tentang Islam Indonesia. Ide tersebut akhirnya disebarkan oleh aktor-aktor agama dalam bentuk diplomasi.


"Islam atau agama relatif sangat powerfull jika digunakan sebagai tools diplomasi kita. Di beberapa tempat terjadi pertikaian, kita dengan karakter negara yang banyak agamanya disini, sukunya banyak, tradisinya banyak, bahasanya banyak, tetapi bisa tetap bersatu sebagai NKRI, sementara Uni Soviet hancur, beberapa negara Balkan juga terbagi-bagi, konflik berkepanjangan di Timur," katanya.


Terkait dengan peran pemuda dalam berdiplomasi, Founder of Shape Your Life Indonesia, Fathia Fairuza menjelaskan bahwa program pertukaran budaya menjadi salah satu program yang penting penting dijalankan oleh anak muda.

 

"Ketika kita menjadi perwakilan bangsa di luas negeri, kira-kira kita bisa merepresentasikan nilai-nilai, apa sih yang dipegang oleh bangsa Indonesia, seperti Bhineka Thunggal Ika dan Pancasila, lalu juga sebagai negara yang mayoritas Muslim, kita bisa merepresentasikan bahwa Muslim tidak seperti yang dibayangkan oleh bangsa-bangsa di Barat," jelasnya.