Nasional

Menteri Perdagangan Sebut Tarif Trump Berpotensi Turun, IEU-CEPA Jadi Senjata Baru Dongkrak Ekspor

NU Online  ·  Selasa, 5 Agustus 2025 | 10:00 WIB

Menteri Perdagangan Sebut Tarif Trump Berpotensi Turun, IEU-CEPA Jadi Senjata Baru Dongkrak Ekspor

Menteri Perdagangan Budi Santoso. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube Kementerian Perdagangan)

Jakarta, NU Online 

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan optimisme bahwa tarif resiprokal sebesar 19 persen yang dikenakan Amerika Serikat terhadap sejumlah produk Indonesia berpeluang diturunkan. Hal ini berpotensi terjadi melalui jalur negosiasi yang sedang berjalan.


Di saat yang sama, pemerintah juga menyiapkan senjata baru untuk mendongkrak ekspor nasional yaitu implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA).


“Proses negosiasi dengan Amerika masih berlangsung, dan kami mendorong agar tarif 19 persen itu bisa diturunkan, terutama untuk komoditas yang tidak diproduksi oleh Amerika sendiri,” ujar Mendag dalam konferensi pers kinerja ekspor Semester 1 dikutip NU Online Selasa (5/8/2025).


Meski kebijakan tarif Amerika mulai berlaku penuh pada bulan ini tepatnya 7 Agustus, Indonesia disebut masih dalam posisi kompetitif dibanding negara pesaing seperti Tiongkok, Vietnam, dan India yang dikenai tarif lebih tinggi.


"Kalau dulu kita bersaing dalam kondisi tarif yang sama, sekarang tidak lagi. Tarif kita justru lebih rendah. Jadi ini peluang," kata Budi. 


Ia menyebutkan, dari 10 komoditas ekspor utama Indonesia ke Amerika, sebagian besar masih unggul dari sisi tarif dan kualitas. Ekspor Indonesia ke Amerika bahkan mencatatkan surplus tertinggi pada semester I 2025, yakni sebesar USD 9,92 miliar, sebelum pemberlakuan penuh tarif resiprokal.


Selain membidik pasar Amerika, pemerintah juga mengandalkan kerja sama dagang strategis dengan Uni Eropa untuk memperluas pasar. IEU-CEPA, yang telah melalui proses negosiasi selama lebih dari satu dekade, dijadwalkan ditandatangani pada Oktober 2025 dan akan memberikan dampak besar pada struktur ekspor Indonesia.


"Kalau sekarang total perdagangan kita dengan Uni Eropa sekitar USD 30 miliar, dengan IEU-CEPA bisa meningkat dua kali lipat, bahkan bisa tembus USD 60 miliar," kata Budi.


Lewat IEU-CEPA, 95 persen produk ekspor Indonesia akan masuk pasar Eropa dengan tarif 0 persen. 


"Artinya, ini peluang emas. Bahkan sebelum diberlakukan pun, tren ekspor kita ke Uni Eropa sudah surplus," ungkapnya.


Beberapa produk yang sangat berpotensi melesat setelah IEU-CEPA antara lain produk olahan pertanian, industri pengolahan, serta UMKM berbasis kerajinan dan pangan lokal.


Di tengah dinamika global, Kemendag tetap mempertahankan target pertumbuhan ekspor sebesar 7,1 persen pada 2025. Bahkan semester I tahun ini ekspor sudah tumbuh 7,7 persen, menjadi sinyal positif capaian akhir tahun.


Selain itu, program UMKM Bisa Ekspor yang diluncurkan Kemendag telah mencatat transaksi hingga USD 90 juta, dengan 70 persen pelakunya adalah UMKM yang belum pernah ekspor sebelumnya.


"Kami ingin UMKM naik kelas. Kita fasilitasi mereka agar bisa ekspor langsung ke pasar global. Bahkan kita sudah buka export center di Batam dan Bali untuk mempercepat proses ini," pungkasnya.