Nasional

Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Anti Kekerasan Seksual di Pesantren

NU Online  ยท  Ahad, 13 Juli 2025 | 21:30 WIB

Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Anti Kekerasan Seksual di Pesantren

Psikolog Hj Alissa Wahid saat memberikan materi dalam Workshop Nawaning Nusantara di Yogyakarta, Rabu (9/7/2025). (Foto: istimewa)

Yogyakarta, NU Online

Nawaning Nusantara mengadakan workshop dengan tema Penggerak Pesantren Bebas Kekerasan Seksual. Hal ini sebagai upaya memberantas kekerasan seksual (KS) di lingkungan pesantren.


Kegiatan ini menghadirkan dua fasilitator dan narasumber ahli, yaitu Hj Alissa Qotrunnada Wahid dan Maya Dina Rohmi Musfiroh, yang membekali ilmu kepada peserta selama dua hari penuh pada 9-10 Juli 2025 di Yogyakarta.


"Acara ini dihadiri oleh 41 nawaning dari Sumatra, Jawa, Madura, dan Lombok. Workshop ini diadakan untuk merespon situasi agar kita sebagai pengampu pesantren berbenah karena maraknya kasus kekerasan seksual di pesantren," ungkap Nabilah Munsyarihah selaku ketua panitia.


Workshop ini dimulai dengan peneguhan komitmen belajar bersama, di mana para peserta diajak untuk membuka diri dan bersiap membangun perubahan. Selanjutnya, peserta yang berperan sebagai pemimpin perempuan muda pesantren diajak untuk mengkaji sketsa pengalaman dan cerita terkait kasus kekerasan seksual di pesantren, mengingat data menunjukkan pesantren menjadi tempat kedua terbanyak terjadinya kasus KS.


Para peserta diarahkan untuk membangun perspektif baru sebagai penggerak perubahan di lingkungan pesantren. Dalam hal ini, mereka diajak fokus pada pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Sebagai bagian dari proses pembelajaran, peserta melakukan skenario berpikir dengan mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi dalam lima hingga 10 tahun ke depan jika gerakan anti kekerasan seksual ini dijalankan maupun diabaikan.


"Karena kalau kita ingin mengubah situasi tidak bisa hanya dengan pengetahuan dan tidak cukup hanya dengan bekerja keras, tetapi juga harus bekerja cerdas," Alissa Wahid menekankan.


Selanjutnya, dilakukan analisis sosial mendalam terhadap pola dan tren kasus kekerasan seksual, termasuk pola-pola amplifikasi yang memperparah situasi, beserta menggali faktor-faktor penyebab tingginya kasus kekerasan seksual di pesantren. Hal ini mencakup kurangnya kebijakan yang memadai, budaya yang belum mendukung keterbukaan, hingga absennya kurikulum khusus yang mengedukasi mengenai kekerasan seksual.ย 


Dalam workshop ini, nawaning juga mendiskusikan pentingnya menciptakan ruang psikososial yang aman bagi santri untuk bercerita dan mendapatkan dukungan.


Workshop Nawaning Nusantara ini diharapkan menjadi titik awal gerakan perubahan nyata untuk menciptakan pesantren yang bebas dari kekerasan seksual, demi lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang para santri.


Kontributor: S Afadha Izzah