Nasional

Riwayat Penyebab Kiblat Menghadap Masjidil Haram

Ahad, 19 Agustus 2018 | 18:45 WIB

Riwayat Penyebab Kiblat Menghadap Masjidil Haram

Croping video KH Marzuqi Mustamar pada upacara HUT ke-73 RI (

Jakarta, NU online
Selama enam belas bulan hijrah di Madinah, Rasulullah Muhammad diperintahkan oleh Allah agar setiap shalat menghadap ke Masjidil Aqsa di Palestina, tidak ke Masjidil Haram di Makkah. 

Sebagai putra asli Makkah, Rasulullah merindukan kiblatnya menghadap Makkah. Rasa kangen itu terungkap dalam doa Rasulullah, Ya Allah kembalikan kiblatnya ke Makkah lagi. 

Lalu turunlah ayat 144 Surat Al-Baqarah. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”

Kisah berdasarkan riwayat Imam Bukhari tersebut diceritakan oleh Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad, Malang yang juga Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar saat menjadi pembina upacara HUT ke-73 RI di Pesantren Sabilurrosyad, Malang, Jawa Timur, Jumat (17/8). 

“Riwayat ini juga memberi tahu kita bahwa Nabi Muhammad sangat mencintai tanah airnya. Cinta tanah air juga sebagian dari sunah Rasul,” kata Kiai Marzuqi seperti pada video yang telah diunggah di kanal Kiai Marzuqi Mustamar: Kita Islam dan Kita Indonesia.

Kiai Marzuqi juga menceritakan pada awal keberangkatan Rasulullah hijrah ke Madinah dilakukan dengan berat hati karena harus meninggalkan Makkah. Perasaan cinta akan Makkah diungkapkan oleh Rasulullah, “Demi Allah, hai negeriku Makkah. Tanah kelahiranku, Makkah, sungguh engkaulah negeri yang paling aku cintai,” kata Kiai Marzuqi.

Oleh karenanya bagi warga NU rindu tanah air seperti ada dalam diri Rasulullah berati sunah Rasul. “Mengertilah dan sadarlah bahwa bagi NU membela negara adalah ibadah. Cinta tanah air adalah bagian dari sunah dan tuntunan Rasulullah,” tegasnya.

Dengan tegas dan jelas, lanjut Kiai Marzuqi, Nabi mengatakan sangat mencintai tanah airnya. “Andai tidak karena aku tidak diusir oleh kaummu, aku tidak akan meninggalkanmu,” kata Kiai Marzuki mengutip perkataan Rasulullah.

“Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan sunah Rasul. Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan tuntunan Rasul dan sunah Rasul. Bodoh dan konyol orang yang mengatakan orang yang cinta tanah air ngga ada hubungannya dengan keimanan. Bagi kita hubbul wathan minal imman, cinta tanah air sebagian dari iman,” terangnya. (Kendi Setiawan)