Ramadhan

Kultum Ramadhan: Puasa sebagai Ibadah yang Pahalanya Langsung dari Allah

Sel, 28 Maret 2023 | 13:00 WIB

Kultum Ramadhan: Puasa sebagai Ibadah yang Pahalanya Langsung dari Allah

Ilustrasi: Puasa (NU Online).

Bulan Ramadhan adalah momen umat Islam dalam berlomba-lomba memperbanyak ibadah kepada Allah. Namun puasa adalah inti dari ibadah yang dilaksanakan di bulan mulia ini.
Keistimewaannya tidak diragukan lagi. Puasa dapat menjadi senjata ampuh untuk memerangi hawa nafsu dan syahwat yang menggelora dalam diri manusia, selain juga menjadi pendorong semangat untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
 

Tidak dapat diragukan, puasa memiliki hak istimewa di sisi Allah. Bahkan Allah sendiri yang berjanji langsung membalasnya, hingga balasannya dinisbatkan kepada Allah secara langsung.
Dalam hadits qudsi riwayat Imam Muslim, Allah menjelaskan bahwa puasa milik-Nya dan Ia yang akan membalasnya: 
 

حدثني محمد ابن رافع, حدثنا عبد الرزاق, أخبرنا ابن جريج, أخبرني عطاء, عن أبي صالح الزيات أنه سمع أبا هريرة يقول: قال رسول الله صم قال الله عز وجل: "كل عمل ابن أدم له إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به, والصيام جنة فإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يسخب فإن سابه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم, والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله يوم القيامة من ريح المسك. وللصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح بفطره وإذا لقي ربه فرح بصومه

 

Artinya: “Menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi’, menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, mengkhabarkan kepada kami Ibnu Juraij, mengkhabarkan kepadaku Atha’ dari Abi Shalih al-Zayat bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: “Allah berfirman: “Semua perbuatan yang dilakukan anak Adam miliknya kecuali puasa. Puasa milik-Ku dan Aku yang membalasnya.” Puasa merupakan perisai. Apabila di hari salah satu dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berbuat buruk. Jika seseorang datang mencela atau memusuhi maka hendaknya ia berkata, ‘Aku sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dibanding minyak kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan: ketika berbuka ia bahagia dengannya dan ketika bertemu Tuhannya ia bahagia dengan puasanya.” (HR Muslim).

 

Pada hadits di atas Allah menyandarkan pembalasan ibadah puasa pada Dzat-Nya untuk memuliakan puasa. Syekh Izzudin bin Abdussalam dalam kitabnya menjelaskan mengapa ibadah puasa istimewa di sisi Allah:
 

أضافه إليه إضافة تشريف لأنه لا يدخله رياء لخفائه ولأن الجوع والعطش لا يتقرب بهما إلى أحد من ملوك الأرض ولا التقرب إلى الأصنام

 

Artinya: “Allah menisbatkan puasa kepada Dzat-Nya dengan tujuan memuliakan. Karena puasa tidak akan dimasuki sifat riya karena kesamarannya. Juga karena lapar dan haus tidak dapat dijadikan alat untuk mendekat kepada raja-raja di bumi maupun berhala-berhala.” (Izzudin bin Abdussalam, Maqasidus Shaum, [Toko Induk Langitan], halaman 6). 
 

Lebih lanjut, Syekh Izzudin menjelaskan bahwa keistimewaan tersebut didapatkan karena seorang hamba yang melaksanakannya telah mendahulukan Allah dibanding nafsu dan syahwat dirinya.
 

أنه لما أثر طاعة ربه على طاعة نفسه, مع قوة الشهوة وغلبة الهوى, أثابه الله بأن تولى جزاءه بنفسه. ومن أثر الله أثره الله فإنه ينزل العبد من نفسه حيث أنزله من نفسه. ولهذا من هم بمعصية, ثم تركها خوفا من الله فإن الله يقول للحفظة: اكتبوها له حسنة, فإنه إنما ترك شهوته من جراي, اي من أجلي
 

Artinya: “Sehubungan ia (manusia) memilih mendahulukan menaati Tuhannya dibanding diri mereka, padahal ia kuat syahwat dan didominasi hawa nafsu, Allah mengganjarnya dengan menanggung pahala puasa dengan Dzat-Nya sendiri. Barangsiapa mendahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukannya. Karena Allah akan menempatkan seorang hamba di sisi-Nya, sebagaimana ia menempatkan Allah di sisinya. Karenanya, barangsiapa yang hendak bermaksiat kemudian ia meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan mengatakan pada malaikat hafadzah (pencatat amal): “Tulislah baginya satu kebaikan, ia telah meninggalkan syahwatnya karenaku”. (Izzudin, 7). Wallahu a'lam

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.