Syariah Ragam Shalat Sunnah (6)

Shalat Sunnah Isyraq

Ahad, 30 Juni 2019 | 08:30 WIB

Shalat sunnah isyraq adalah shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan setelah matahari terbit sekitar satu tombak, atau kira-kira lima belas menit setelah matahari terbit. Shalat ini memiliki nilai keistimewaan tersendiri jika prasyaratnya dipenuhi yaitu shalat shubuh berjamaah yang diteruskan dengan berdzikir hingga menjelang waktu syuruq (matahari terbit). Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ  تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ


"Siapa yang shalat Shubuh dengan berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sehingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang tiga kali)." (HR. Al-Tirmidzi. 971).

Hadits ini menerangkan kesunnahan shalat dua rekaat setelah matahari terbit. Hanya saja siapa yang mengerjakan sunnah shalat sunnah syuruq tanpa melengkapinya dengan prasyarat tersebut (jamaah subuh dan dzikir) maka pahala yang ada hanya pahala shalat sunnah tanpa pahala haji dan umrah.

Adapun niatnya sebagaimana diterangkan Syaikh Nawawi dalam NIhayatuz Zain adalah;

أصلى سنة الإشراق ركعتين لله تعالى


Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala.

Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.

Kemudian pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah, sebaiknya membaca surat Wad-Dhuha dan pada rakaat kedua membaca Alam Nasyrakh. Sebaiknya shalat ini dilakukan sesegera mungkin mengingat waktu yang terbatas. Karena setelah matahari kelihatan mulai meninggi, maka tibalah saatnya waktu shalat dhuha.

Adapun bacaan do’a-nya sebagaimana termaktub dalam Nihayatuz Zain adalah sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسِ مَا سِوَاهَا أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ

 

"Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah  bukit Thur dan Kitab yang ditulis  pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah  Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringiku hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Dan aku meminta pada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan kemuliaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari ma'rifat pada-Mu (yang ada padaku) bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal".

Redaktur: Uil Hadrawy


Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Rabu, 20 Maret 2013 pukul 13:17. Redaksi mengunggahnya ulang dengan sedikit penyuntingan .

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua