Viral Tidak Ikut Shalat Tapi Pimpin Jamaah: Ini Kajian Fiqihnya
NU Online ยท Senin, 7 Maret 2022 | 05:00 WIB

Apakah muballigh tersebut disyaratkan dari orang yang ikut shalat jamaah; atau boleh dari orang yang tidak ikut shalat, seperti dalam video sambil duduk santai itu?
Ahmad Muntaha AM
Kolomnis
โAllahu akbar โฆ Allahu akbarโ, seruan takbir via pengeras suara seorang peserta demo diikuti para jamaah. Sembari duduk santai di atas mobil komando tanpa ikut shalat jamaah, peserta demo itu seakan-akan memimpin shalat jamaah yang sedang dilaksanakan secara mantap.
Tidak menunggu lama,ย video shalat jamaah yang tidak begitu lazim di tengah demo itu pun viral di dunia maya. Netizen pun bertanya-tanya, memang boleh orang yang tidak ikut shalat memimpin jamaah?
Bila merujuk mazhab syafiโi, syarat shalat jamaah atau menjadi makmum ada 12, yaitu
(1) niat makmum atau berjamaah,
(2) posisi berdiri tidak lebih maju daripada imam,
(3) mengetahui perpindahan gerakan shalat imam,
(4) berkumpul dalam satu tempat dengan imam,
(5) menyesuaikan dengan Imam dalam melakukan atau meninggalkan kesunnahan yang dinilai sangat berbeda bila tidak mengikutinya,
(6) takbiratul ihram setelah selesainya takbiratul ihram imam,
(7) tidak bermakmum kepada imam yang diyakini batal shalatnya,
(8) tidak makmum kepada orang yang juga sedang menjadi makmum,
(9) makmum yang bacaan Fatihahnya sempurna tidak makmum kepada imam yang cacat bacaan fatihahnya,
(10) sifat dzatiyyah imam tidak lebih kurang daripada makmumโseperti imam perempuan sementara makmumnya laki-lakiโ,
(11) tidak makmum pada imam yang wajib mengulangi shalatnya,
(12) kesesuaian gerakan makmum dengan gerakan Imam. (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi,ย Nihรขyatuz Zain, [Beirut, Dรขrul Fikr], halaman 119-129).
Nah, kasus dalam video viral tersebut berkaitan dengan syarat shalat jamaah yang ketiga yaitu mengetahui perpindahan gerakan shalat imam. Untuk memenuhi syarat ini, ada empat cara, yaitu dengan
(1) melihat imam,
(2) melihat makmum lain,
(3) mendengar takbir perpindahan gerakan imam dari suara imam langsung, atau
(4) mendengar takbir perpindahan gerakan imam dari selain imam, yang disebut sebagai muballigh atau orang yang menyampaikan suara takbir perpindahan gerakan imam. (Zainuddin bin Abdil Aziz al-Malibari, Fathul Muโรฎn dicetak bersama Iโรขnatut Thรขlibรฎn, [Beirut, Dรขrul Fikr], juz II, halaman 225-226).ย
Berangkat dari cara keempat ini, dimana makmum boleh mengetahui perpindahan gerakan imam melalui suara muballigh, ulama berbeda pendapat, apakah muballigh tersebut disyaratkan dari orang yang ikut shalat jamaah; atau boleh dari orang yang tidak ikut shalat, seperti dalam video sambil duduk santai itu?ย
Statemen Imam al-Juwaini dalam kitab al-Furรปq menunjukkan syarat muballigh adalah harus orang yang ikut shalat jamaah sebagaimana pendapat shahih di lingkungan ulama Hanafiyah; sedangkan menurut Imam ar-Ramli, Imam al-Khatib as-Syirbini dan Imam Ibnu Hajar al-Haitami, boleh saja muballigh bukan orang yang ikut shalat jamaah. Al-Khatib as-Syirbini menjelaskan:
ย
ูููู: (ูุดุชุฑุท ุนูู ู) ุฃู ุงูู ุฃู ูู (ุจุงูุชูุงูุงุช ุงูุฅู ุงู ) ููุชู ูู ู ู ู ุชุงุจุนุชู (ุจุฃู ูุฑุงู) ุงูู ุฃู ูู (ุฃู) ูุฑู ( ุจุนุถ ุตู ุฃู ูุณู ุนู ุฃู ู ุจูุบุง )ุ ูุฅู ูู ููู ู ุตููุงุ ูุฅู ูุงู ููุงู ุงูุดูุฎ ุฃุจู ู ุญู ุฏ ูู ุงููุฑูู ููุชุถู ุงุดุชุฑุงุท ูููู ู ุตููุง
Artinya, โDalam berjamaah makmum disyaratkan mengetahui gerakan perpindahan imam, agar dapat mengikutinya, yaitu dengan cara ia (1) melihat imamnya, (2) melihat sebagian shaf makmum, (3) mendengar suara imam, atau (4) mendengar suara muballigh atau orang yang memperdengarkan suara imam, meskipun muballigh itu bukan orang yang ikut shalat, dan meskipun pendapat Syekh Abu Muhammad al-Juwaini menunjukkan disyaratkannya muballigh dari orang yang ikut shalat. (Muhammad al-Khatib as-Syirbini, Mughnil Muhtรขj, [Beirut, Dรขrul Fikr,] juz I, halamanย 248).ย
Sementara itu Syekh Abdul Hamid as-Syirwani mengutip dari Imam al-Kurdi:
ูุฅู ูู
ููู ู
ุตููุง ููุงูุฉ ูู
ุบูู ูุฅูุนุงุจ ูุงูุตุญูุญ ุนูุฏ ุงูุญูููุฉ ุงุดุชุฑุงุท ูููู ู
ุตููุง. ูุฑุฏูย
Artinya, โMeskipun yang menjadi muballigh bukan orang yang ikut shalat jamaah. Seperti ini menurut ar-Ramli dalam kitab Nihรขyatul Muhtรขj, al-Khatib dalam kitab Mughnil Muhtรขj, dan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab al-Iโรขb Syarhul โUbรขb. Adapun pendapat shahih di kalangan ulama Hanafiyah adalah keberadaan muballigh disyaratkan dari orang yang ikut shalat. Demikian penjelasan al-Kurdi. (Abdul Hamid as-Syirwani, Hawรขsyis Syirwรขni, [Beirut, Dรขrul Fikir], juz II, halaman 312).
Melihat perdebatan dalam urusan muballigh atau orang yang memperdengarkan suara imam kepada para makmum, ulama yang membolehkan muballigh dari orang yang tidak ikut shalat jamaah menganggap muballighโdalam sumber fiqih Maliki diistilahkan dengan kata musammiโโhanya sebagai tanda-tanda gerakan shalat imam; sementara ulama lain yang mensyaratkannya harus dari orang yang ikut shalat jamaah menganggap muballigh sebagai naib atau wakil dari imam, sehingga ia pun harus memenuhi syarat sebagai imam. (Mausรปโatul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, [Kuwait: Dรขrus Salรขsil], juz X, halaman 118).
Kembali pada pertanyaan netizen, memang boleh orang yang tidak ikut shalat memimpin shalat? Hemat penulis, dalam kasus ini sebenarnya yang memimpin shalat tetap imamnya, bukan orang di atas mobil komando yang memperdengarkan suara imam melalui pengeras suara kepada para makmum.
Bila pemahaman demikian dapat diterima, maka berkaitan kasus ini ada dua pendapat dalam mazhab Syafiโi sebagaimana telah diuraikan. Menurut sebagian ulama, orang yang tidak ikut shalat hukumnya tetap boleh menjadi muballigh yang memperdengarkan suara imam bagi para makmum; sementara menurut ulama lain tidak boleh.ย
Meski demikian kajian fiqihnya, tapi mengingat jamaahnya sedikit, apakah jamaah dalam video viral itu memang perlu menggunakan pengeras suara untuk mengetahui gerakan shalat imam? Wallรขhu aโlam.
Ustadz Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online.
Terpopuler
1
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
2
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
3
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
4
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
5
Khutbah Jumat: Persatuan Umat Lebih Utama dari Sentimen Sektarian
6
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
Terkini
Lihat Semua