Sirah Nabawiyah

Kisah Abu Bakar Mendapat Julukan Ash-Shiddiq dan Al-‘Atiq

Sen, 10 Januari 2022 | 11:45 WIB

Kisah Abu Bakar Mendapat Julukan Ash-Shiddiq dan Al-‘Atiq

Abu Bakar ash-Shiddiq. (Foto: NU Online)

Dalam tradisi bangsa Arab, dikenal dengan yang namanya laqab (julukan). Salah satu fungsi laqab disematkan pada seseorang adalah sebagai bentuk pujian atas keluhuran tabiatnya. Syekh Yahya bin Syarafuddin al-Imrithi dalam petikan nadham Imrithi-nya mengatakan,


فَمَا بِمَدْحٍ أَوْ بِذَمٍّ مُشْعِرُ ¤ فَلَقَبٌ وَالاِسْمُ مَا لاَ يُشْعِرُ


Artinya: “Isim yang menunjukkan sanjungan atau hinaan disebut alam laqab, dan alam asma tidak menunjukkan makna hinaan atau pun sanjungan (nama biasa).”


Rasulullah saw juga sering memberikan julukan kepada para sahabat sebagai bentuk sanjungan sesuai dengan keunggulan yang dimiliki. Seperti Umar bin Khattab yang dijuluki al-Faruq (pembeda antara kebenaran dan kebatilan), Khalid bin Walid yang dijuluki Saifullah (pedang Allah), dan Hamzah bin Abdul Muthalib yang dijuluki Asadullah (macan Allah).


Sebagai sahabat Nabi yang paling utama, Abu Bakar juga memiliki julukan khusus, yaitu ash-Shiddiq dan al-‘Atiq. Berikut penjelasan arti serta alasan penyematan kedua julukan tersebut.


Ash-Shiddiq

Ash-Shiddiq memiliki arti orang yang sangat jujur atau banyak membenarkan. Abu Bakar mendapat julukan ini karena merupakan sahabat Nabi yang paling mempercayai Nabi, bahkan terkait hal-hal yang tidak masuk akal sekalipun. Seperti pernah dikisahkan saat setelah peristiwa isra mi’raj. Dalam satu malam, Rasulullah melakukan perjalanan kilat dari Makkah ke Baitul Maqdis, dan dilanjut perjalanan langit dengan segala keajaibannya. 


Keesokan harinya, Nabi Muhammad menceritakan kepada penduduk Makkah apa yang baru saja dialaminya semalam. Bukan malah tambah beriman, penduduk Makkah justru banyak yang tidak percaya. Yang tadinya suka mencela Nabi semakin heboh mengolok-olok karena mendapat momen emas untuk mencela sang nabi. 


Parahnya lagi, orang-orang yang imannya lemah menjadi murtad karena terhasut dan menganggap Nabi Muhammad sebagai pendusta. Dalam keadaan yang demikian genting, Abu Bakar muncul dengan gagah dan penuh percaya diri membenarkan apa saja yang Rasulullah sampaikan tanpa tapi. Sejak kejadian itu, Nabi menjulukinya ash-Shiddiq.


Dalam hadits riwayat Siti Aisyah dijelaskan,


لَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى، أَصْبَحَ يُحَدِّثُ بِذَلِكَ النَّاسَ، فَارْتَدَّ نَاسٌ مِمَّنْ كَانَ آمَنَ وَصَدَّقَ بِهِ وَفُتِنُوا، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي لأُصَدِّقُهُ فِيمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ، أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ غَدْوَةً أَوْ رَوْحَةً، فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقَ 


Artinya: “Begitu Nabi melakukan isra ke Masjid al-Aqsha, paginya ia kabarkan hal itu kepada warga (Makkah). (Saking tidak percayanya), sampai-sampai mereka yang tadinya beriman dan mempercayai Nabi menjadi murtad. Mereka celaka. Abu Bakar pun berkata, ‘Aku membenarkannya pada perkara yang lebih dari pada itu, aku membenarkannya tentang wahyu yang ia terima dari langit di pagi atau pun sore hari’. Oleh karena itu, Abu Bakar dinamakan ash-Shiddiq.” (Ibnul Atsir, Usdul Ghabah fi Ma’rifatish Shababah, juz III, h. 310)


Sementara Imam an-Nawawi dalam Tadzhibul Asma wal Lughat juga menegaskan,


وأجمعت الأئمة على تسميته صديقًا. قال على بن أبى طالب، رضى الله عنه: إن الله تعالى هو الذى سمى أبا بكر على لسان رسول الله - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - صديقًا، وسبب تسميته أنه بادر إلى تصديق رسول الله - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ولازم الصدق، فلم يقع منهم هناة ولا وقفة فى حال من الأحوال. 


Artinya: “Para imam (ulama) sepakat atas julukan ash-Shiddiq pada Abu Bakar. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra pernah mengatakan, ‘Sesunngguhnya Alllah lah yang memberi nama (julukan) ash-Shidddiq memalui perantara Rasulullah saw.’ Sebab penamaan itu karena Abu Bakar merupakan orang yang selalu terdepan dalam membenarkan Nabi dan tidak sekali pun dia mendustakannya." (An-Nawawi, Tadzhibul Asma wal Lughat, juz II, h. 181)


Al-‘Atiq

Julukan yang dimiliki Abu Bakar berikutnya adalah al-Atiq. Ulama berbeda pendapat apa yang menyebabkan ia dijuluki dengan nama ini. Ada yang mengatakan karena wajah Abu Bakar tampan rupawan. Pendapat ini menurut Laits bin Sa’ad, Ahmad bin Hambal, Ibnu Mu’in, dan lainnya. 


Ada pula yang mengatakan karena Abu Bakar merupakan orang yang terdepan dalam hal kebaikan. Pendapat ini menurut Abu Nu’aim al-Fahdl bin Dukain. Sementara versi lain mengatakan karena Abu Bakar terlahir dari nasab yang suci sebab nasab nenek moyangnya terhindar dari perbuatan zina. Ada juga yang mengatakan karena Abu Bakar sudah mendapat jaminan terbebas dari siksa neraka. (As-Suyuti, Tarikhul Khulafa, h. 27)


Penyebutan julukan ini juga disebut dalam beberapa hadits, salah satunya adalah hadits Aisyah berikut,


والله إني لفي بيتي ذات يوم ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه في الفناء والستر بيني وبينهم إذ أقبل أبو بكر، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر


Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku sedang berada di rumahku pada suatu hari, sementara Rasulullah saw dan beberapa sahabat berada di halaman. Di antara aku dan mereka tertutup oleh pembatas. Tiba-tiba datang Abu Bakar, lalu Nabi bersabda, ‘Siapa yang senang melihat orang yang terbebas (‘atiq) dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar.” (HR Al-Hakim)


Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta