Alwi Jamalulel Ubab
Kolomnis
Anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang tua. Selain memenuhi kebutuhan jasmani, orang tua juga memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anak.
Tentu, pendidikan yang baik merupakan lingkungan keluarga yaitu lingkungan utama di mana anak tumbuh dan berkembang sedari kecil. Oleh karenanya, orang tua memiliki peran yang sangat signifikan terhadap pendidikan anak.
Nabi Muhammad saw dalam haditsnya menjelaskan bahwa setiap anak lahir dengan fitrah suci, yang membentuknya sehingga mungkin sesuai dengan fitrah asal atau malah mungkin menyimpang adalah lingkungan tempat ia berada.
Nabi Muhammad saw bersabda:
Baca Juga
Keutamaan Mendidik Anak dalam Islam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: setiap yang lahir itu menetapi kefitrahan sedang kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari)
Hadits ini menjelaskan bahwa fitrah agama anak dibentuk oleh pengaruh kedua orang tuanya yang merupakan lingkungan di mana ia tumbuh. Sebagaimana fitrah agama, karakter dan moral manusia juga dibentuk di dalamnya.
Lingkunganlah yang memberikan warna, membentuknya menjadi pribadi yang baik atau sebaliknya. Oleh karenanya sangat penting sekali memberlakukan pendidikan karakter yang baik pada anak sejak dini. Sehingga dengan demikian diharapkan ia akan menjadi pribadi baik kelak.
3 Panduan Al-Qur’an dalam Mendidik Anak
Dalam hal ini, Islam melalui Al-Qur’an, memberikan beberapa panduan yang dapat dilakukan dalam pendidikan anak. Berikut adalah di antara panduan Al-Qur’an terhadap pendidikan anak:
1. Memberikan kasih sayang dan perhatian
Pendidikan yang baik terhadap anak tentu dapat maksimal jika dilakukan dengan cara yang baik pula. Al-Qur’an memberikan contoh pendidikan anak yang baik ialah pendidikan yang dilakukan dengan dasar kasih sayang.
Allah ta’ala berfirman:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan bahwa ungkapan “ya bunayya” yang memiliki makna wahai anak kecilku merupakan ungkapan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. (Kairo: Darul hadits, tt, hal 541).
Ini menjelaskan bahwa Islam lewat Al-Qur’an menekankan pola pendidikan kasih sayang terhadap anak. Banyak sekali orang tua yang salah kaprah ketika memberikan nasihat kepada anaknya, melakukannya dengan kasar, membentak bahkan tidak jarang sampai melakukan kontak fisik. Hal tersebut merupakan kesalahan fatal.
Alih-alih anak akan menurut dengan baik dan sukarela malah ia akan melakukannya karena terpaksa dan takut. Pekerjaan yang timbul karena rasa takut dan keterpaksaan tidak akan bertahan lama.
2. Mengajarkan dan mencontohkan nilai-nilai kebaikan sejak dini
Panduan Al-Qur’an berikutnya dalam pola pendidikan anak ialah dengan mengajarkan dan mencontohkan kebaikan kepada anak sejak dini. Mengajarkan kebaikan kepada anak sejak dini penting dilakukan supaya anak terbiasa melakukannya hingga ia dewasa.
Hal ini juga yang dilakukan oleh Luqman saat menasehati anaknya. Dalam kisahnya, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk menjaga hubungan baik dengan Tuhannya dan lingkungan tempat dia berada. Mulai dari tidak menyekutukan Allah swt, berbakti kepada orang tua, melaksanakan shalat, hingga tidak berlaku angkuh dan sombong di dunia.
Salah satu yang diajarkan oleh Luqman dalam kisahnya juga ialah menanamkan kepada anak bahwa kebaikan sekecil apapun akan memiliki nilai yang bermakna dalam kehidupan.
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti. (QS. Luqman: 16)
Ayat ini menjelaskan bagaimana Allah, lewat kisah Luqman, memberikan pembelajaran pentingnya mendidik anak untuk tidak meremehkan kebaikan atau keburukan sekecil apapun. Sebab semuanya akan mendapatkan balasannya kelak.
Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berikut ini:
هذه وصايا نافعة قد حكاها الله سبحانه عَنْ لُقْمَانَ الْحَكِيمِ، لِيَمْتَثِلَهَا النَّاسُ وَيَقْتَدُوا بِهَا، فَقَالَ يَا بُنَيَّ إِنَّها إِنْ تَكُ مِثْقالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَيْ إِنَّ الْمَظْلَمَةَ أَوِ الْخَطِيئَةَ لَوْ كَانَتْ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ، وَجَوَّزَ بَعْضُهُمْ أَنْ يَكُونَ الضَّمِيرُ فِي قَوْلِهِ إِنَّهَا ضَمِيرَ الشَّأْنِ وَالْقِصَّةِ، وَجَوَّزَ عَلَى هَذَا رفع مثقال، والأول أولى. وقوله عز وجل يَأْتِ بِهَا اللَّهُ أَيْ أَحْضَرَهَا اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ، وَجَازَى عَلَيْهَا إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ،
Artinya: “Ini adalah nasihat yang memiliki nilai manfaat yang dikisahkan oleh Allah tentang Luqman Al-Hakim agar umat manusia dapat mencontoh dan mengikutinya. Luqman dalam kisahnya berkata “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi pun, akan Allah hadirkan balasannya di hari kiamat kelak dan akan membalasnya sesuai amal perbuatannya. Jika beramal baik maka akan mendapatkan balasan yang baik, begitupun sebaliknya jika beramal buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1419 H], juz VI, hal 302).
3. Melakukan komunikasi yang terbuka dengan anak
Panduan berikutnya dalam mendidik anak ialah melakukan komunikasi yang intens dan baik dengan anak. Komunikasi yang baik di sini ialah keterbukaan anak dan orang tua dapat diperoleh dengan ikatan atau hubungan yang erat dengan anak. Tentunya, hal itu dapat dilakukan jika anak memiliki kepercayaan penuh kepada orang tuanya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.
Dalam Al-Qur’an, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak tercermin dari kisah Nabi Ibrahim yang menjelaskan mimpinya kepada Ismail yang berisi perintah pengorbanan. Nabi Ibrahim yang saat itu baru memiliki keturunan tentu memiliki kasih sayang yang luar biasa terhadap anaknya. Dengan komunikasi yang baik dan terbuka dengan anaknya, akhirnya Nabi Ibrahim mengungkapkan perintah Allah lewat mimpinya itu.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).
Dari paparan ini bisa disimpulkan bahwa sangat diperlukan pendidikan dengan kasih sayang, menjadi contoh yang baik, serta diiringi komunikasi yang baik. pendidikan yang baik oleh orang tua sejak kecil sangat diperlukan agar menjadi karakter anak hingga dewasa.
Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta
Terpopuler
1
Pramoedya Ananta Toer, Ayahnya, dan NU Blora
2
Khutbah Jumat: Cara Meraih Ketenangan Hidup
3
Munas NU 2025 Putuskan 3 Hal tentang Penyembelihan dan Distribusi Dam Haji Tamattu
4
Gus Baha: Jangan Berkecil Hati Jadi Umat Islam Indonesia
5
Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah
6
Munas NU 2025: Hukum Kekerasan di Lembaga Pendidikan adalah Haram
Terkini
Lihat Semua