Syariah

Perbedaan Subsidi Pemerintahan Abu Bakar dan Umar

Senin, 5 September 2022 | 10:00 WIB

Perbedaan Subsidi Pemerintahan Abu Bakar dan Umar

Perbedaan subsidi pemerintahan Abu Bakar dan Umar

Kejayaan Islam pada masa awal tidak bisa lepas dari perjuangan Khulafaur Rasyidin. Khususnya Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab, mereka berhasil mengelola keuangan negara dan layak dicontoh saat ini. Masa pemerintahan sahabat Abu Bakar dan Umar, dianggap sebagai era paling cemerlang dalam sejarah kaum muslimin setelah Nabi Muhammad saw.


Pembagian Subsidi Pemerintahan Abu Bakar

Dalam hal ini, sahabat Abu Bakar as-Siddiq membagi rata subsidi kepada semua umat Islam. Status lebih dahulu Islam dan iman tidak menjadi alasan untuk mendapatkan bagian subsidi lebih banyak. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Abul Walid al-Qurthubi (wafat 520 H) dalam kitabnya:


كَانَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ يُسَاوِي بَيْنَ النَّاسِ فِي قِسْمِ الْمَالِ عَلَيْهِمْ، وَلَا يُفَضِّلُ أَحَدًا فِي الْعَطَاءِ بِسَابِقَةٍ


Artinya, “Abu Bakar as-Siddiq membagi rata antara manusia dalam membagi harta pada mereka. Ia tidak memberi hak lebih pada siapa pun dalam subsidi disebabkan lebih dahulu masuk Islam.” (Abul Walid al-Qurthubi, al-Bayan wa at-Tahshil wasy Syarh wat Taujih wat Ta’lil fi Masailil Mustakhrajah, [Darul ‘Arab al-Islami: tt], halaman 175).


Dalam hal ini, Syekh Abul Walid al-Qurthubi mengutip pendapat Imam Malik bin Anas yang menyetujui ijtihad Abu Bakar. Hanya saja menurutnya, orang-orang fakir harus tetap didahulukan dari yang lainnya. Baru selanjutnya membagi rata subsidi:


وَاخْتَارَ مَالِكُ فِعْلَ أَبُوْ بَكْرٍ، فَقَالَ: يُبْدَأُ بِالْفُقَرَاءِ ثُمَّ يُسَاوِيْ بَيْنَ مَنْ بَقِيَ، اِلَّا أَنْ يَشَاءَ الْاِمَامُ أَنْ يَحْبِسَهُ لِنَوَائِبِ الْاِسْلَامِ


Artinya, “Imam Malik bin Anas lebih memilih perbuatan Abu Bakar. Kemudian ia berkata: ‘Dimulai dari orang-orang fakir, selanjutnya dibagi rata bagi orang-orang yang tersisa, kecuali jika imam (pemerintah) hendak menahannya untuk kebutuhan-kebutuhan Islam.” (Abul Walid al-Qurthubi, 156).


Abu Bakar as-Siddiq tidak melihat status keagamaan seseorang pada masa itu dalam menentukan subsidi yang diberikan. Ia membagi rata kepada semua manusia tanpa memandang statusnya. 


Pembagian Subsidi Pemerintahan Umar

Setelah kepergian sahabat Abu Bakar, penerus estafet kepemimpinannya beralih pada tangan Sahabat Umar bin Khattab. Ia melanjutkan perjuangan Abu Bakar dalam menjadi seorang pemimpin, termasuk dalam membagi subsidi kepada umat manusia. 


Namun demikian, Umar memilih cara yang berbeda dari pemimpin sebelumnya. Ia memberikan hak subsidi lebih banyak kepada kerabat Rasulullah saw saat itu melebihi yang lainnya. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Syekh Syekh Muhammad al-Harafi al-Balawi mengutip perkataan Sayyidina Umar, yaitu:


وَاللهِ لَا أُسَاوِيْ بَيْنَ مَنْ قَاتَلَ رَسُوْلَ اللهِ مَعَ مَنْ قَاتَلَ مَعَ رَسُوْلِ الله


Artinya, “Demi Allah, aku tidak akan mempersamakan (bagian subsidi) antara orang yang memerangi Rasulullah dan orang yang berperang bersama Rasulullah.”


Karena jalur inilah, Umar kemudian menentukan besaran subsidi yang akan diberikan kepada umat manusia saat itu berdasarkan kedekatannya atau pun jauhnya dengan Rasulullah dan berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam. Ditambah dengan kriteria lainnya. (Syekh al-Harafi, al-Mursyid al-Wajiz fit Tarikh wal Hadharah al-Islamiyah, [Maktabah ats-Tsaqafah ad-Diniah: tt], halaman 292).


Demikian penjelasan perihal kebijakan subsidi di masa pemerintahan Sahabat Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Keduanya memiliki cara dan pandangan yang berbeda dalam menentukan besaran yang bisa didapatkan oleh rakyatnya. Sahabat Abu Bakar memilih menyamaratakan pemberian subsidi tanpa memandang statusnya; sementara sahabat Umar memilih cara yang berbeda, yaitu memberikan besaran yang lebih banyak kepada orang yang lebih dekat dengan Rasulullah saw dan yang lebih dahulu masuk Islam. Wallahu a’lam.

 


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.