Tasawuf/Akhlak

Ini Makhluk yang Lebih Mulia dan Istimewa dari Ka’bah

Sen, 20 Maret 2023 | 23:26 WIB

Ini Makhluk yang Lebih Mulia dan Istimewa dari Ka’bah

Ka'bah dan Masjidil Nabawi (Foto: Istimewa)

Imam Abdul Wahhab As-Sya’rani mengutip pandangan sahabat Ibnu Abbas yang menyebutkan kemuliaan Ka’bah yang menjadi arah kiblat shalat umat Islam. Ka’bah menjadi arah kebaikan yang menghubungkan manusia dan Allah melalui ibadah shalat dan thawaf.


Rasulullah saw menyatakan bahwa shalat di Masjidil Haram tempat di mana Ka’bah berada memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan shalat di masjid lainnya. Ibadah di Masjidil Haram memiliki keutamaan yang berlipat ganda dibandingkan ibadah di masjid lain.


صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ


Artinya, “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Sedangkan shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya,” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).


Meski demikian, sahabat Ibnu Abbas ra menyebut makhluk yang lebih utama dari Ka’bah dan Masjidil Haram, yaitu manusia. Manusia terutama orang mukmin lebih utama dan istimewa di sisi Allah dari Ka’bah dan Masjidil Haram.


وكان عبد الله بن عباس يقول أفضل الحسنات إكرام الجليس وكان ينظر إلى الكعبة ويقول إن الله حرمك وشرفك وكرمك والمؤمن أعظم حرمة عند الله تعالى منك


Artinya, “Sahabat Abdullah bin Abbas ra mengatakan, ‘Kebaikan paling utama adalah penghormatan terhadap teman duduk.’ Ibnu Abbas ra memandang Ka’bah dan berkata, ‘Sungguh Allah menghormati, mengagungkan, dan memuliakanmu (Ka’bah), tetapi orang mukmin lebih terhormat di sisi Allah darimu,’” (Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, Tanbihul Mughtarrin, [Semarang, Thaha Putra: tanpa tahun], halaman 29).


Surat Al-Isra ayat 70 sendiri menyebutkan kemuliaan dan keistimewaan manusia secara umum. Allah meninggikan manusia sekian derajat di atas makhluk lain pada umumnya.


وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.


Pandangan sahabat Ibnu Abbas ra bukan tanpa dasar. Surat Al-Mujadalah ayat 11 menyebut kemuliaan dan keistimewaan orang mukmin dan orang berilmu:


يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


Artinya, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Pandangan sahabat Ibnu Abbas ra dikutip oleh Imam As-Sya’rani dalam karyanya ketika menyebut akhlak para wali yang menaruh takzim dan menyukai kebaikan bagi orang yang beriman karena penghormatan terhadap orang mukmin merupakan salah satu syiar Allah.


Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU