Tasawuf/Akhlak

Ketika Rasulullah saw Menolak Bercinta dengan Aisyah ra

Senin, 13 Desember 2021 | 06:30 WIB

Ketika Rasulullah saw Menolak Bercinta dengan Aisyah ra

Mendapat permintaan seperti ini, air mata Aisyah mengalir. Ia terharu mengenang peristiwa malam itu.

Suatu hari Atha bersama Ubaid bin Umair menemui Sayyidatia Aisyah ra. Keduanya mengatakan, “Wahai ibu kaum beriman, ceritakan kepada kami perbuatan Rasulullah paling mengherankan bagimu?”


Mendapat permintaan seperti ini, air mata Aisyah mengalir. Ia terharu mengenang peristiwa malam itu. Menurutnya, malam itu peristiwa yang menakjubkan bagi seorang Aisyah ra. peristiwa itu benar-benar berbeda. Peristiwa itu tidak terjadi pada malam sebelum dan sesudahnya.


“Bagaimana aku tidak terharu? Suatu malam Rasulullah mendatangiku. Ia naik ke atas kasurku dan masuk ke dalam selimut sehingga kulit kami bersentuhan. Lalu ia berbisik, ‘Wahai putri Abu Bakar, biarkan aku ibadah kepada Tuhan malam ini…’”


“Sungguh aku ingin dekat denganmu wahai utusan Allah…,” kata Aisyah mengizinkan keinginan suaminya.


Rasulullah mendekati geriba, wadah kulit untuk menyimpan air. Rasulullah saw menuang air dan mulai berwudhu. Rasulullah menggunakan air lebih banyak dari biasanya. Rasulullah saw kemudian menyelesaikan wudhunya.


Rasulullah, Aisyah melanjutkan ceritanya, mulai melakukan shalat malam. Pada awal shalat, air matanya menetes sehingga membasahi dadanya. Rasulullah kemudian rukuk. Air matanya juga masih menetes pada saat rukuk. Ketika sujud pun demikian. Air matanya menetes ketika wajahnya yang mulia menyentuh tempat sujud.


Rasulullah masih saja meneteskan air ketika melanjutkan rakaat kedua. Rasulullah melakukan shalat sunnah sepanjang malam itu. Sepanjang shalat Rasulullah menetaskan air mata. Demikian seterusnya sampai Bilal mengetuk pintu untuk mengabarkan datangnya waktu Subuh.


“Wahai utusan Allah, apa yang membuatmu menangis? Padahal, Allah telah menjanjikan pengampunan dosamu yang dahulu dan yang kemudian,” tanya Aisyah ra.


“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang pandai bersyukur dan tahu berterima kasih? Mengapa tidak perlu kulakukan? Padahal Allah telah menurunkan Surat Ali Imran ayat 190,” jawab Rasulullah saw.


***


Adapun Surat Ali Imran ayat 190 adalah sebagai berikut:


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ


Artinya, “Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”


Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Qusyairi dalam bab syukur pada karyanya Ar-Risalatul Qusyairiyah. (Al-Qusyairi, Ar-Risalatul Qusyairiyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 97).

 


Demikian bentuk ekspresi syukur Rasulullah. Ibadah baginya bukan melulu dimaknai sebagai kewajiban, tetapi sebagai wujud terima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang dianugerahkan kepada manusia. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan